Nakdis tersenyum simpul. Ia mengira, yang pantas disebut tante itu kalau sudah menikah dan punya anak.Â
"Nak, dulu bunda dipanggil 'tante' waktu kelas 1 SD, lho." Saya menjelaskan padanha bahwa keponakan tertua dari jalur kerabat bundanya hanya selisih usia tujuh tahun saja, namun tetaplah panggilan 'tante' melekat pada saya, dan gak mungkin si keponakan memanggil 'mbak' kepada saya.
Nakdis tertawa dan mulai menghafal sedikit demi sedikit nama anak-anak sepupunya agar dirinya terbiasa dipanggil 'tante' oleh mereka.
Ia pun mulai paham, sebutan Nduk adalah anak perempuan untuk bahasa jawa pada umumnya, Neng adalah sebutan yang sama dengan bahasa Sunda dan Nok adalah sebutan dari bahasa daerah pantura jawa.
"Bunda, lalu Andrea manggil bunda gimana dong? Kan dia punya Mbah Putri, tuh, Bude Ida. Dia manggilnya 'Mbah Uti'. Nah, apa nyebutnya ke Bunda?" Nakdisku menanti jawaban.
"Sesuai permintaan Bunda, Andrea dan seluruh cucu-cucu keponakan, manggilnya 'Nek Mut' alias Nenek Imut, karena bunda usianya paling imut, dan supaya mereka gak bingung juga manggil saudara-saudara eyangnya."
Nakdis dan para sepupunya tergelak dengan permintaan saya. Para cucu keponakan tertawa geli. "Mana ada nenek-nenek imut?"
Apapun sapaan untuk saya dari mereka, yang penting sehat dan selalu ingat bahagia!
Duhai, kiranya saya sudah punya banyak cucu!
***
Artikel 66 - 2022