Begitupun dengan saudara dari kerabat ayah dan ibu. Ada yang saya panggil dengan Oom dan tante. Ada pula Pakde dan Bude. Namun sepupu saya ada yang terbiasa sengan menyebut PakWo-MakWo, PakNga -MakNga, Pakcik - Makcik.
***
Saya adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Sangat mudah bagi Nakdis untuk menyapa mereka dengan sebutan Pakde dan Bude.Â
Sedangkan suami saya adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Sehingga Nakdis membiasakan diri untuk menghafal urutan saudara ayahnya agar tidak keliru mana yang harus dipanggil Pakde-Bude dan mana yang harus disapa dengan Paklik-Bulik.
Meski telah mengenal nama dan urutannya sejak kanak, Nakdis kadang masih keliru bersapa. Hal ini karena dirinya jarang bertemu dan berinteraksi langsung sengan keluarga besar.
Bagi masyarakat jawa, jika orangtunya merupakan orang tertua dan sesuai urutan lahir, maka anak-anaknya akan saling menyapa mbak atau mas sesama sepupu sesuai dengan urutan orangtuanya, bukan berdasarkan umur nasing-masing.
***
Seperti kejadian kumpul keluarga saat ini, Nakdis ikut mengantar Pakde-Budenya ke Jawa. It's ok, bertemu dengan seluruh pakde-bude lainnya(kakak kandung dan kakak ipar saya).
Yang membuatnya bingung, tiba-tiba ada yang memanggil dirinya 'tante', ada yang menyapanya 'Nduk', 'Neng', 'Nok', dan menyimak sebutan berbeda diantara para sepupunya.
"Jangan panggil aku 'tante' dong! Berasa tua, tau. Panggil kakak aja " pinta Nakdis kepada Andrea- salah satu anak sepupunya.Â
"Ya gak lah, Te. Kan tante sama mamahku sepupuan. Gimana, sih?" Ujar Andrea