Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melawan Lupa Melalui Reuni Para Alumni di Grup Whatsapp

23 Maret 2022   11:25 Diperbarui: 23 Maret 2022   11:45 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.istockphoto.com

Awal Bulan Maret 2022, tetiba saya dikejutkan adanya grup baru di Whatsapp yang muncul di daftar percakapan. Sebelumnya memang ada salah satu sahabat saya - yang dulu tinggal satu asrama putri semasa kuliah - melakukan panggilan video bersama dua nomer tak dikenal.

Dengan alasan karena saya sedang tidak berhijab ketika panggilan masuk, saya pun menekan tombol menolak, dan menyampaikan pesan melalui jalur pribadi (japri) ke sahabat.

Saya sempat bertanya, mengapa ada grup baru? Sedangkan hampir semua kawan yang tinggal di asrama sudah dibuatkan whatsapp group (WAG). Ternyata karena alasan reuni yang lebih intim khusus untuk kawan-kawan seangkatan dan perbincangan lebih privasi hanya beberapa anggota saja.

Baiklah, saya pun menerimanya, karena anggota didalamnya merupakan sahabat erat saat tinggal disana. Apalagi, obrolannya mengingatkan masa-masa keakraban dan kejadian yang hanya kami saja yang mengetahui.

Uniknya, ada satu kawan yang nomer kontaknya bisa kami dapatkan dengan cara berjuang melalui googling terlebih dahulu. Karena kami tidak menemukan dirinya melalui media sosial (medsos), hanya nama tertera persis sama pada sebuah instansi. 

Akhirnya, saya bisa mengontak salah satu koleganya yang diduga bekerja satu instansi dengannya, yang mana nomer kontaknya terpampang di medsos.

Dan, berhasil! Dalam dua hari saja menelusuri keberadaannya, akhirnya kami bisa terhubung kembali dengannya setelah hampir lebih dari 27 tahun tidak pernah saling sapa karena ketidaktahuan nomer telpon maupun alamat. Kami bersorak girang dan bersyukur.

Kini, kami disibukkan menyesuaikan jadwal agar bisa bertemu secafa virtual untuk melepas rindu dari tempat tinggal masing-masing. Karena adanya perbedaan waktu dan tempat, belum juga ada kata sepakat soal jadwal ini. Padahal masih di Indonesia aja, lho!

***

Kolase foto ediso wajah kartun alumni Komunikasi UNDIP Angkatan 1991 | Dok.Pri Maybi Prabowo WAG Kom91
Kolase foto ediso wajah kartun alumni Komunikasi UNDIP Angkatan 1991 | Dok.Pri Maybi Prabowo WAG Kom91

Berbeda halnya dengan WAG Alumni Komunikasi FISIP UNDIP angkatan 1991 yang saya ikuti. Beberapa tahun sebelumnya, saya pernah masuk dan mengikuti percakapan dengan mereka. Namun karena sesuatu dan lain hal, saya memutuskan keluar dari grup. 

Kini setelah hampir setahun saya kembali masuk, ada suasana yang berbeda dari obrolan-obrolan sebelumnya. Saya lebih nyaman dengan sapaan dan saling mendoakan dari kawan seangkatan. Mereka berbagi momen saat aktivitas reuni, membantu mengingatkan saya juga tentang teman-teman lain yang kadang saya terlupa nama tapi teringat wajahnya. 

Apalagi di beberapa bulan belakangan ini, kawan seangkatan melakukan perjalanan wisata bersama dalam rangka reuni mini ke beberapa tempat seperti Nepal Van Java di daerah Temanggung, berkumpul di Kota Semarang, ngobrol asyik di tempat nongkrong di Jakarta, bahkan silaturahim ke kawan-kawan yang tinggal di Yogyakarta, serta tempat lainnya yang sekiranya bisa melepas kangen.

Sayangnya, di setiap acara reuni akbar satu angkatan pada usia ke-10, ke-20 dan kini yang ke-30 angkatan 1991, saya  belum pernah bisa hadir membersamai bertatap muka langsung dengan mereka. Bersyukur bisa jumpa via reuni mini sekedarnya, saat saya mudik dalam rangka acara keluarga.

Kenang-kenangan menginjak tahun ke-30 angkatan kami, menghasilkan kolase foto wajah kami masing-masing dalam bentuk kartun. Seru!

Mengingatkan kembali akan keberadaan kawan seperjuangan masa kuliah, baik yang sudah berpulang keharibaan Allah SWT, maupun yang kini senantiasa sehat wal afiat.

***

https://intisari.grid.id
https://intisari.grid.id

Bagaimana dengan WAG alumni sekolah dasar, menengah pertama dan menegah atas?

Jujurly, hanya WAG alumni SMP yang sempat saya ikuti beberapa bulan saja dan memutuskan untuk keluar dari grup. 

Selain karena tablet saya sebagai perangkat aplikasi WA kurang sesuai dan sepenuhnya mendukung untuk pengoperasiannya secara maksimal, juga karena untuk meminimalisir jumlah WAG yang saya ikuti. 

Saya putuskan untuk memilih, mana yang benar-benar efektif bisa saya ikuti untuk aktivitas sehari-hari, dan mana yang sekiranya saya masih bisa silaturahim melalui jalur pribadi.

Tak semua grup bisa saya ikuti, karena malah memberatkan memori dan penggunaan aplikasi lainnya. Saya akui, WA adalah aplikasi yang lebih sering saya gunakan dibanding Telegeram yang lebih saya gunakan pada channel-channel komunitas saja.

Selain itu, tidak mudah bagi saya memaksakan diri mengingat semua kenangan atau kejadian bersama kawan semasa sekolah. Lagian, pergaulan saya dengan sahabat dekat hanya bisa dihitung tak lebih dari lima jari. Itupun kadang masih ada yang lupa saat mereka mengingatkan peristiwa unik dan lucu bersama saya.

Bisa jadi saya memang mengingat pula dari sisi memori yang tersimpan di benak saat mereka berbagi kisah. Namun, saya menghindari obrolan yang kurang berkenan untuk dikenang dan telah diupayakan untuk dilupakan.

Saya malu sendiri, apabila di dalam grup yang sama sekali saya tidak ketahui cerita ujung pangkalnya, hanya bisa menyimak tanpa memberikan komentar apa-apa. Jikalau membahas kekinian tentang keadaan kawan A, B atau si C, saya berusaha keras mengingat siapa saja mereka, belum tentu saya bisa langsung terkoneksi menemukan jawabannya.

Maklum, kadang dalam satu grup terdiri dari alumni satu angkatan dengan kelas-kelas paralel masa sekolah didalamnya. Aih, satu kelas saja belum tentu ingat semua, terlebih tiap tahun berganti alias rolling siswa. Lagi-lagi, saya hanya bisa mengingat semampu dan sebisa saya, sebatas sahabat yang benar-benar akrab.

***

Kini, WAG yang ada dalam daftar aplikasi saya, berisikan grup yang memang saya aktif saja. Seperti komunitas penulis, pembelajar, kajian dan tadabbur, keluarga besar, alumni kawan kerja dan alumni masa kuliah.

Sahabat dan kawan saya lainnya, terkadang menyapa via japri di saat mampir membaca status WA. Hal itu sangat membahagiakan. 

Melawan lupa melalui reuni memang ada manfaatnya. Mengingat kembali masa-masa perjuangan sekolah dan kehidupan bersama kawan yang seiring sejalan meraih cita-cita. Namun, saya pun membatasi diri untuk tidak mengikuti semua ajakan WAG.

Kepada seluruh sahabat saya, para kompasianer dan pembaca sekalian dimanapun berada, salam sehat, ya! Teruslah bahagia!

Saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin pula, bila selama berinteraksi dengan Anda semua, ada hal yang kurang berkenan di hati melalui unggahan tulisan.

Ceria selalu!

***

Artikel diary lainnya, silakan pembaca bisa singgah di:

***
Artikel 43 - 2021

#Tulisanke-343

#DiarySiskaArtati

#MelawanlupamelaluiReuniWAG

#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun