Aih, alih-alih merapal rumus Kimia, Fisika atau nama-nama latin dalam pelajaran Biologi, lebih baik saya merumus barisan not balok dengan nada rendah tinggi, deh! Atau menghafal rumus grammar Bahasa Inggris saya sanggupi sehari semalam. Dan porsi pelajaran itu bisa saya temui di Jurusan A3.
"Semua materi, asal dipelajari dengan tekun dan cermat, bisa kamu kuasai, Nak," Wali Kelas memotivasi saya. "Maaf, Pak Guru, saya lebih suka dan menguasai pelajaran IPS daripada IPA." Dengan memulai dari rasa suka, cinta, maka apapun akan saya lakukan untuk menjadi yang terbaik di bidang tersebut, itu tekad saya semasa era Dilan.
Ya, masa itu, jurusan yang digadang-gadang hebat adalah A1 dan A2. Sekolah saya tak menyelenggarakan jurusan A4. Maka saya optimis mengambil A3, menyuguhkan mata pelajaran yang sangat saya sukai dengan porsi jam pertemuan berlebih daripada jurusan lain.
Akuntansi, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Sosiologi dan Antropologi, Tata Negara (sekarang Pendidikan Kewarganegaraan), Geografi dan Kesenian, adalah mata 'pelajaran wajib' jurusan kesukaan saya.
Matematika, Pendidikan Moral Pancasila, dan Bahasa Indonesia adalah pelajaran wajib seluruh jurusan yang tentu juga saya sukai untuk mempelajarinya.
***
Dua tahun berjalan, tak terasa jelang kelulusan SMA. Saat itu penilaian berdasarkan Nilai Ebtanas Murni (NEM) dengan berbasis komputer (mengerjakan ujian dengan lembar jawaban berisi kolom bulatan, pake pensil 2B) dan Nilai Ujian Sekolah yang tertera di Surat Tanda Tamat Belajar (STTB - semacam ijazah sekolah).
Alhamdulillah, saya membuktikan kepada diri saya, Ibu dan keluarga, juga para guru, bahwa saya telah berusaha memberikan yang terbaik. Lulus dengan nilai NEM tertinggi di sekolah untuk Jurusan A3 dan diterima di Universitas melalui jalur Penerimaan Selesksi Siswa Berpotensi (PSSB), perjuangan saya tidak sia-sia dengan memilih jurisan IPS yang masih dipandang sebelah mata.
Saya bersyukur atas pengertian dan dukungan dari keluarga dan para guru, yang bisa mengukur dan melihat kemampuan anak didik seperti saya.Â