Semangat Pagi Pembaca Kompasiana yang berbahagia!
Ngomong-ngomong soal rangkap tugas di tempat kerja, saya pun pernah menjalankan hal tersebut saat aktif bekerja di sebuah lembaga pendidikan usai mengundurkan diri dari perusahaan asing sebagai sekretaris.
Dengan modal kemampuan dan ketrampilan berorganisasi dan bekerja sama dengan tim, alhamdulillaah saya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru.
Saat itu, sahabat saya yang sudah mengundurkan diri lebih awal dari perusahaan yang sama, merintis usaha berupa lembaga pendidikan berbahasa Inggris untuk level Pre-Elementary hingga Advance. Baik untuk anak-anak, remaja dan usia dewasa. Usaha yang diambil ini dalam bentuk waralaba.
Karena kami sudah saling mengenal sangat baik dan akrab, beliau menawarkan saya sebelum mengundurkan diri, untuk ikut mengelola usaha yang dirintisnya tersebut dengan posisi sebagai Principal (Kepala Sekolah).
Tentu saja saya menyambut baik tawaran tersebut. Notabene karena kami memiliki satu cita-cita dan kegemaran di dunia pendidikan. Sehingga ketika benar-benar keluar dari perusahaan, saya langsung aktif mengikuti prosedur kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan tersebut.
Karena baru merintis usaha, ada beberapa hal yang kami sepakati dalam beberapa deskripsi pekerjaan sebagai tanggung jawab saya. Meski berlabel sebagai seorang Kepala Sekolah, saya pun melakukan rangkap tugas sebagai pengajar dan tenaga administrasi.
***
Apa alasan saya menerima amanah ini dengan senang hati?
1. Niat
Bagi saya pribadi, segala sesuatu harus dilakukan dan dilandasi dengan niat baik. Niat adalah penentu awal sebuah kegiatan dilakukan agar mendapat berkah pahala.Â
Saya menerima rangkap tugas tersebut dengan berniat membantu kelancaran kegiatan awal usaha sahabat, memaksimalkan kemampuan dan ketrampilan saya di bidang komunikasi  (belajar-mengajar di dalam dan ruang kelas) dan mendisiplinkan diri tertib administrasi di sebuah lembaga.
2. Mengasah dan mempraktekkan ilmu.
Dalam mengerjakan tangkap tugas ini, saya meneguhkan diri untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah saya pelajari dan dapatkan di dunia kerja sebelumnya, tentu dengan menyesuaikan kondisi dan situasi kerja.
Semakin ilmu tersebut terasah di dunia kerja dalam penerapannya, maka kita akan mendapatkan kekayaan pengalaman kerja.Â
Mulai dari menangani keluh kesah dan curhatan orang tua siswa dan para guru di lingkungan kerja, tertib administrasi dalam pembayaran uang belajar, jadwal guru, pembagian ruang kelas, alat dan bahan ajar, pembagian raport / hasil Belajar, menyusun kurikulum dan lain-lain.
Selain itu juga mewakili manajemen dalam mengikuti rapat antarkantor cabang, bekerja sama dengan tim kantor lain guna materi bahan ajar, serta kegiatan lainnya.
Maka, ilmu yang kita dapatkan bisa dipraktekkan langsung, wawasan dan ketrampilan kita makin bertambah dan terasah, juga pertemanan dan hubungan sesama rekan kerja makin meluas.
3. Berbagi pengalaman kepada rekan kerja.
Bukan bermaksud senioritas dalam usia dan pengalaman kerja, namun berbagi ilmu dan tugas kepada rekan kerja adalah kelancaran dan kemudahan dalam bekerja bersama tim. Begitupun dengan saya, tidak mungkin bisa bekerja maksimal tanpa tim.Â
Dengan berbagi pengalaman bagaimana menangani urusan tertib administrasi, melayani konsumen (orang tua dan siswa) dan para pengajar serta karyawan di lembaga, menjadikan diri bermanfaat keberadaannya bagi sesama rekan kerja.Â
Setiap kita memiliki pengalaman dan cara menerapkan solusi masing-masing di setiap permasalahan yang ada. Supaya aktivitas berjalan kondusif dan menyenangkan, tentu saja dibutuhkan kekompakan dan seia-sekata dalam mengambil keputusan.
Berbagi pengalaman ini juga memberikan manfaat bagi rekan kerja baru saja lulus kuliah atau baru pertama kali bekerja, sehingga mereka pun bisa belajar dan mencontoh apa yang kita lakukan. Dengan demikian, beban kerja yang kita rasakan bisa terasa ringan dengan berbagi tugas.
4. Gaji ganda? Itu 'bonus dunia'
Tidak dipungkiri bahwa dengan menjalankan rangkap tugas, maka gaji saya pun berganda. Bukan karena pemilik usaha adalah sahabat sendiri, namun sesuai kesepakatan, maka saya pun dibayar sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan.Â
Tentu saya pun berusaha melakoni tugas rangkap dengan sebaik dan semaksimal mungkin, meski sebagai manusia biasa, kadang saya juga terselip melakukan kesalahan atau kekurangnyamanan.
Bagi saya, double salary itu bukan tujuan utama. Kembali ke nomer 1, dengan didasari niat yang baik, maka kebaikan akan datang berupa rezeki materi atau nonmateri. Nikmat sehat dan bisa beraktivitas dengan nyaman, itu juga 'gaji dari Allah' untuk saya.
Gaji ganda adalah bonus dunia, bonus akhiratnya in syaa Allah pahala kebaikan dari segala apa yang kita lakukan dengan baik dan tulus.
Jadi, menerima tugas rangkap atau menolaknya, itu dalah hak Anda, Pembaca. Jika bisa menerima dan melakukan dengan ringan hati tanpa keluhan, mengapa tidak? Namun jika Anda merasa berat, tidak bahagia, malah dengan satu atau dua tugas saja mengeluh, ya jangan coba-coba nambah.
Silakan bisa dikomunikasikan secara baik-baik dengan pimpinan, kompensasi apa yang didapatkan dan lain-lain. In syaa Allah ada solusi terbaik.
Demikian berbagi pengalaman saya tentang rangkap tugas. Semoga berkenan.Â
Salam sehat dan bahagia, ya!
***
Tulisan ini saya dedikasikan jua untuk sahabatku tercinta, berinisial YA, barakallaah fii umrik di bulan Agustus ini. Terima kasih telah memberikan kesempatan berjuang bersama di dunia pendidikan. In syaa Allah berkah ya, mbakyu!
#Tulisanke-238
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H