Lalu apakah saya kini bekerja di bidang komunikasi seperti humas, jurnalistik, penyiaran, dan lain-lain seperti yang biasa dilakukan oleh para lulusannya? Tidak.
Justru sekarang saya menikmati kegiatan saya dalam dunia belajar mengajar dengan ilmu komunikasi yang pernah saya pelajari, ditambah dengan pengalaman mengajar di lembaga pendidikan, mengikuti kursus bahasa asing juga pelatihan mengajar (micro teaching) dan lain sebagainya. Bahkan, kursus singkat di bidang kesekretariatan, pertambangan, magang menjadi wartawan, apapun kegiatan pembelajaran yang saya ikuti, benar-benar ilmu yang sangat bermanfaat bagi saya sebagai bunga rampai kehidupan.Â
Dengan modal pengalaman, saya bisa berbagi kisah tentang cita-cita, hal yang disuka, mau jadi apa, bakat apa yang ingin diasah, dan hal lainnya berkaitan dengan kehidupan masa depan kepada anak-anak.
Apakah saya salah jurusan? Tidak.Â
Bagi saya, apapun jurusan, fakultas, ilmu, yang kita pilih, pelajari, tekuni, tetaplah bermanfaat bagi sendi kehidupan apapun profesi kita. Bahkan menjadi ibu rumah tangga pun, tetap butuh ilmu. Apapun latar belakang pendidikan kita.
Jujur, ada yang saya sesali dan memohon ampun kepada Allah, memohon maaf kepada ibunda tercinta. Bahwa diskusi saya bersama beliau saat memutuskan mengambil jurusan komunikasi, seakan tak memperdulikan saran beliau.Â
Betapa sebenarnya cita-cita saya sudah tertera sejak dalam kandungan, demikian saya mengibaratkan. Beliau sangat tahu, mengamati, menelisik dan memahami apa bakat dan kemampuan saya agar melejit sesuai dengan modal tersebut.
 Ya, menjadi guru bahasa asing, sekaligus kini juga mengajar mengaji.
Siapa sangka, dari pekerjaan demi pekerjaan yang saya lakukan, inilah kegiatan yang sekarang masih saya jalani dengan suka cita.Â
Andai ibu masih hidup, sungguh saya ingin memeluk erat dan terus meminta ridhonya bagi saya.Â
Kini, suamilah penggantii ridho ibu atas aktivitas saya. Jikalau saya menjalani kegiatan ini, saya yakin, ini pun berkat doa-doa ibu.