Lalu, kapan kita boleh berutang?
Pertama, tentu saja kita boleh berutang saat kita siap berkomitmen untuk membayar kewajiban itu di masa depan
Kita juga harus tahu, sumber untuk membayar kewajiban tersebut di masa depan berasal dari mana? Kalau kita tidak terbayang membayarnya nanti bagaimana, berasal dari sumber apa, berarti kita tidak siap untuk melakukan komitmen.
Sumbernya harus kita ketahui dulu, apakah melalui pengorbanan aset yang dimiliki, atau apakah dari pemotongan gaji bulanan sebesar sekian persen.
Kalau ada yang aset yang bisa dijual atau potong gaji, untuk bisa membayar cicilan utang itu, silakan menyatakan siap berutang. Jadi, pastikan bahwa sumber pembayaran kewajiban di masa depan harus ada.
Lebih detailnya, sumber pembayaran yang kita upayakan dari pendapatan (revenue), bisa jadi ada yang memiliki penghasilan tunggal (single income), hanya mengandalkan gaji saja sebagai pekerja kantoran atau kedinasan, ada pula yang memiliki banyak sumber penghasilan, misalnya gaji, komisi, bonus, dagang online, dan lain sebagainya.
Nah, kita harus mengukur tentang pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran kita sehari-hari. Dari analisis sendiri, kita bisa mengukur kemampuan kita memenuhi kebutuhan dan kemampuan untuk membayar kewajiban saat kita berutang.
Misalkan dari seratus ribu untuk kebutuhan kita yang tidak bisa dikurangi lagi, maka kita tak punya alokasi untuk membayar kewajiban. Namun jika kita berkomitmen dan sepakat dengan keluarga untuk mengurangi kebutuhan yang ada dari seratus ribu menjadi delapan puluh ribu, maka kita bisa alokasikan dua puluh ribu sebagai cicilan membayar kewajiban.
Atau, ketika kita memiliki potensi pendapatan lain selain dari gaji, maka kebutuhan kita masih aman seratus ribu tanpa harus dikurangi. Keuntungan dari jualan online bisa kita gunakan untuk membayar kewajiban.
Bisa jadi, antara kebutuhan dan pendapatan tidak bisa diotak-atik alias stagnan. Nah, kita bisa mengajukan termin perpanjangan pembayaran, biasa disebut dengan grace period.
Jadi, kita bisa mencari atau menyediakan waktu beberapa bulan untuk mengusahakan mendapatkan sumber pendapatan lain agar bisa membayar utang. Sehingga kita juga tetap bisa mengatur keuangan demi memenuhi kebutuhan dan melakukan kewajiban. Kita pun berupaya pula untuk bisa meyakinkan pihak si pemberi utang tentamg situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi.