Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Kusambut Ramadan 1442 Hijriah] Sepuluh Indikasi Kegagalan Meraih Keutamaan Ramadan

19 Februari 2021   08:22 Diperbarui: 19 Februari 2021   08:48 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: www.gambar.pro

Pembaca yang budiman,


Pada tulisan sebelumnya berkaitan dengan persiapan menyambut bulan Ramadhan, kali ini saya bersemangat membuka kembali rangkuman tausiyah yang disampaikan oleh ustadzah pembimbing di majelis ilmu yang pernah saya ikuti. Membaca dan mempelajari kembali hal-hal yang berkaitan dengan bulan penuh kemuliaan tersebut, mengajak diri saya untuk bertekad menyiapkan diri dalam menyambutnya sedari dini.
Semangat ini muncul dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pribadi agar menjadi lebih baik.


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu', tetapi katakanlah, 'Ini telah ditakdirkan Allh, dan Allh berbuat apa saja yang Dia kehendaki', karena ucapan 'seandainya' akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.

TAKHRIJ HADITS Hadits ini shahh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664);  Ahmad (II/366, 370); Ibnu Mjah (no. 79, 4168); an-Nas-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi dalam Syarh Musykilil Aatsr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albni rahimahullah dalam Hidyatur Ruwt ila Takhrji Ahdtsil Mashbh wal Misykt (no. 5228).

Dengan bekal semangat dan tekad inilah, saya berniat berbagi kepada pembaca sekalian berkenaan dengan sepuluh indikasi kegagalan meraih keutamaan Ramadhan.

Pertama, bahwa seseorang diindikasikan gagal meraih keutamaan Ramadhan ketika kurang optimal dalam pemanasan ibadah sunnah di Bulan Rajab dan Sya'ban.

Contoh pemanasan ibadah sunnah yang dimaksud seperti: sholat dhuha yang biasanya hanya dua atau empat rakaat, bisa kita latih dengan meningkatkan jumlahnya menjadi delapan hingga 12 rakaat. Begitu juga dengan puasa sunnah senin-kamis yang jarang dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya, maka bisa kita lakukan di bulan Rajab dan Sya'ban agar di bulan Ramadhan lebih kondusif. Kondisi tubuh juga tidak terkejut dengan penyesuaian yang dalam beberapa pekan kemudian akan melaksanakan puasa sebulan penuh. 

Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan Ramadhan.

Kedua, ketika target membaca Alquran tidak tercapai, berikut target-target ibadah lannya.

Selama ini, boleh jadi  kita mengaji dan mentadabburi Alquran hanya ketika waktu senggang, di sela-sela waktu, diakhir atau sisa waktu, belum pada kondisi menyediakan waktu khusus berasyik-masyuk dengan Alquran. Maka sebelum menyambut bulan mulia tersebut, ada baiknya kita menikmati kembali ayat-ayat cinta-Nya dengan merutinkan tilawah, mengulang kembali hafalan yang kita miliki, menyimak tadabburnya, membaca tafsirnya dan ibadah lainnya berkaitan dengan Alquran. 

Berharap bahwa pada tahun ini, Allah berikan keberkahan pada kita, karena Ramadhan adalah bulan turunnya Alquran dan kebaikan dari Lailatul Qadar.

Jika selama ini sehari tilawah sebisa dan semampunya mendapatkan beberapa halaman atau lembar, kita bisa berlatih untuk meningkatkannya menjadi satu hari satu juz bahkan lebih, agar target tilawah di bulan ramadhan bisa tercapai khatam lebih dari satu kali.

Allah Ta'ala berfirman,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)" 
QS. Al Baqarah : 185

Sedangkan keutamaan membaca Al-Quran sangat banyak dijelaskan, salah satunya adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam,
"Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan "alif lam mim" satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf" (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami', no. 6469)

Ketiga, berpuasa tetapi mulut atau lisannya masih terus berkata tidak baik, tidak mampu menghalangi lisannya berbicara yang kurang baik.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan "Sesungguhnya aku sedang berpuasa." (HR. Bukhari 1904 & Muslim 1151)

Keempat, berpuasa tetapi tidak menjaga matanya dari hal-hal buruk.
Orang-orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, selain dia berpuasa menahan haus dan lapar, juga mendidik matanya atau pandangannya untuk berpuasa. Matanya selalu dipelihara agar tidak memandang apa-apa yang diharamkan oleh Allah swt, sehingga dia selalu menutup rapat-rapat pandangannya dari hal-hal yang dilarang.

Kelima, ketika malam-malam ramadhan tidak ada bedanya dengan malam-malam di luar ramadhan, yang harusnya menghidupkan malam dengan sholat tarawih, qiyamul lail, taddarus dan menghidupkan sunnah lainnya. 

Keenam, Jika saat berbuka puasa, melahap apa saja yang jadi keinginan kita. Hal ini menjadikan kita kurang memaknai tujuan berpuasa. Hanya sekedar mengetahui betapa tidak enaknya seseorang ketika lapar ataupun haus. Semua makanan dipersiapkan sebanyak-banyaknya untuk bisa dinikmati saat berbuka. 

Padahal justru dengan berpuasa inilah, kita juga dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang lapar, haus dan tidak punya apa-apa. Kita akan bisa mengerti dan memahami keadaan lingkungan orang-orang sekitar yang hidup serba kekurangan. 

Ketujuh, ketika bulan Ramadhan tidak maksimal bershadaqah atau berinfaq, padahal jika melakukan, akan dilipatgandakan pahala oleh Allah SWT. 

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW: Artinya: "Barang siapa memberikan makan berbuka kepada orang yang berpuasa maka baginya pahala serupa yang diberikan kepada orang yang berpuasa. Hanya saja pahala orang yang berpuasa tidak terkurangi sedikit pun." (H.R. Turmuzi)

Kedelapan, jelang idul fitri malah sibuk mempersiapkan pesta atau hidangan. Sibuk mempersiapkan baju baru dan penampilan terbaik untuk merayakannya, tanpa memperhatikan esensi dari hari kemenangan dan kembali pada kesucian, berharap kelak jumpa kembali dengan Ramadhan.

Kesembilan, Hari Idul Fitri sebagai momen bebas merdeka, seolah boleh melakukan apa saja sekehendaknya setelah selama sebulan lamanya berusaha menahan diri dari segala syahwat. Salah memaknai idul fitri sehingga Ramadhannya tidak membekas pada dirinya. Mereka memahami idul fitri sebagai hari kebebasan dari penderitaan yang panjang. 

Padahal dulu para ulama salaf justru merasa sedih jika akan berpisah dengan Ramadhan bahkan mereka berdoa kepada Allah selama 6 bulan setelahnya agar ibadah Ramadhannya diterima Allah.

Kesepuluh, Setelah ramadhan nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti. Aktivitas kebaikan yang sudah dilakoni selama Ramadhan, taklagi mewarnai agenda hariannya di sebelas bulan berikutnya, melupa diri akan makna bulan penuh ampunan.

Demikianlah, pembaca yang dirahmati oleh Allah. Semoga, umur kita tersampaikan hingga Bulan Ramadhan, Allah berikan kita kesempatan berjumpa kembali dengan bulan penuh kasih sayang-Nya. Harap kita bisa menjadi hamba yang powerful dan pemain terbaik di Ramadhan kali ini. In syaa Allah, Aamin.

Salam sehat selalu! Semangat Jumat penuh hikmat dan manfaat!

***

Sumber: rangkuman catatan kajian Islam bersama ustadzah pembimbing.

Referensi: 1 dan 2

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun