Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gerimis yang Tak Mau Pergi

13 Februari 2021   16:38 Diperbarui: 13 Februari 2021   16:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bestyaa.tumblr.com

Aku beranikan diri menatap wajahnya, dia balas menatapku tajam. Aku alihkan pandangan, pada pohon-pohon dan trotoar basah sepanjang perjalanan. Sebentar lagi, tiba pada pemberhentian bis sekolah.

"Tanda diammu, kuanggap sebagai penerimaan maaf, lho ya."

Sekali lagi, aku menoleh dan menatapnya. Dan tanpa permisi, ia mengecum punggung tanganku. Ow! Aku menarik napasku lebih dalam lagi, Ry!

Eh, kau jangan ikut-ikutan beringsut gitu, dong, Ry!

Hahaha, kau lihat rona pipiku? Uhuk!

Kami pun berpisah, dalam gerimis yang takmau pergi.

Ia lambaikan tangan, kuanggukkan tanda terima kasih atas kesediannya memberikan tumpangan padaku.

Bergegas kunaiki bis sekolah. Duduk di sebelah kaca yang berembun. Melihatnya dari kejauhan, dirinya berlalu bersama Abang Becak. "Kumaafkan dirimu." Lirih berbisik bersandar pada kaca bis, kutorehkan lukisan hati di sana dengan jemari.

Berharap gerimis jangan cepat berlalu, agar lukisan itu tetap terpatri, pada hati kami yang berselaput embun bahagia masa remaja.

Diary, suatu kala, kenangan itu berlalu seiring waktu. Rasa itu (pernah) ada. Kalau pun hilang, biarlah ia di peluk oleh nostalgia.

Pamit dulu ya, Ry.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun