Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gerimis yang Tak Mau Pergi

13 Februari 2021   16:38 Diperbarui: 13 Februari 2021   16:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku harus segera bergegas pulang, bis sekolah sudah menunggu di tempat biasa. Tergesa menuju ke teras depan sekolah, dan... aaah, mataku beradu pandang dengannya yang sedang menunggu abang becak menghampirinya.

"Ayo, sekalian bareng," ajaknya dengan senyum yang kurindu. Menoleh ke belakang, tak ada siapa-siapa.

"Eh, aku ngomong sama kamu. Ayo, keburu ketinggalan bis." Bujuknya.

Aku masih terkesiap. Mengajakku?

Diary, olalaaa, kami belum bermaafan. Enggan, tapi mau segera pulang. Dengan canggung, aku naik duluan ke atas becak, menyusul dia duduk di sebelahku. Ya, dimana lagi? Masa di belakang menggantikan abang becak? 

Dan sok romantis, dia menutup plastik tebal di depan kami, menjentikkan jemari ke terpal atas, "Pak, kita ke Monumen Perjuangan dulu ya, baru antar saya pulang," pintanya pada si abang dan langsung mengayuh becaknya.

Ampun, Diary.

Aku berasa takkaruan, antara kangen tapi masih marah. Antara mau memaafkan tapi gengsi. Dan, ow! Tanpa permisi ia meraih dan menggenggam jemariku. Aku sejenak tak bisa bernapas , Ry! 

"Aku minta maaf. Aku yang salah. Harusnya aku memperhatikan nasehatmu, agar aku bisa menjaga pergaulanku. Mulai saat ini, aku janji sama kamu, untuk memilih dan menyaring teman yang bisa memberikan dan membawa kebaikan padaku. Taklagi egois, taklagi berbantahan. Mau memafkan aku, kan?"

Aku hanya terdiam, Ry. Bagaimana bisa jawab, jika sekujur tubuhku masih merinding disko dengan genggaman tangannya.

"Halow? Apa kah si ceriwis masih disisiku?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun