Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

"Kamasutra" di Atas Meja Kerja

26 Januari 2021   10:08 Diperbarui: 26 Januari 2021   10:27 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar:pixabay.com

Lalu, "Sitka, Sorry, I cannot attend your wedding, ya." Tiba-tiba pimpinan menyapa, bersender sejenak di pintu dekat meja kerja saya. (Entah kenapa, nama saya selalu terucap Sitka, bukan Siska. Apa benar mereka agak susah menyebut 'Sis'?)

Posisi saya sendiri masih di depan komputer, berjarak sekitar satu setengah meter saja dari meja kerja yang cukup luas itu. "It's Ok, Khun," balas saya sembari menangkup tangan di depan dada, tanda salam hormat. Ya, beliau takbisa hadir sehubungan acara pernikahan saya berlangsung di luar kota.

"This is a gift for you, I hope you like it." Senyum paling ramah yang pernah saya lihat sejak bekerja sebagai sekretarisnya. 

"Oh, thank you, Khun." Saya mengganguk senang. Beliau meletakkan sebuah kotak berwarna merah fanta berukuran seperti sebungkus  kertas HVS, berpita pink nan cantik, di meja kerja saya. Ia pun kembali ke ruangannya. 

Lagi-lagi saya tidak beranjak dari kursi di depan komputer. "Tumben, bos baik banget ngasih kado perkawinan seromantis itu. Sekotak coklat berbungkus pita merah jambu," gumam saya sembari melanjutkan pekerjaan.

Dua-tiga chief dan manager masuk-keluar melalui ruangan saya untuk bertemu Pak Bos. Tentu dengan seizin saya juga, yang lagi-lagi tidak beranjak dari depan komputer.

Setiap keluar ruangan, mereka melirik kado pernikahan itu, lalu tersenyum simpul. Bahkan ada yang tertawa tertahan, saya cuekin ajah.

Begitu juga ketika Kepala Administrasi menitipkan setumpuk dokumen yang harus ditandatangani Pak Bos dan meletakkannya di meja kerja, ia juga cekikikan. "Hadiah pernikahan dari Bos, Pak." Ujar saya sambil terus ngetik. "Yaa....yaa..." jawabnya cengar-cengir.

Manager berikutnya masuk ke ruangan bos, berdiskusi agak lama. Saat keluar, ia mampir sejenak ke meja saya. "Hai, Sitka, why you don't keep this book ke you punya laci, ha?" Ia bertanya dengan nada setengah tertawa. Ya, para expatriat ini sering mencampur bahasa, suka-suka mereka.
Saya menoleh. Buku?

"Cepat simpan, ha. Just read it later at lunch." Terkekeh si Manager berlalu, dengan menyetil kotak hadiah.

Saya pun beranjak menuju meja kerja, dan astaga!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun