Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Fabel: Kancil Taubat

7 Januari 2021   12:11 Diperbarui: 7 Januari 2021   12:15 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://m.apkpure.com

"Kalau kau tak percaya, ya sudahlah. Lebih baik aku pergi dari sini dan memberitahu kawan lain yang mau mendapatkan keajaiban itu." Lanjutnya sembari berjalan menjauh.


"Hei, tunggu dulu!" Singa menghardik Kancil.
"Kau juga butuh makanan, kan? Kita pukul sama-sama gong-nya." Singa tertarik juga dengan ucapan Kancil.
"Gong itu bisa mendatangkan makanan jika dipukul tanpa kawan lain mengetahuinya. Kenapa? Ya, itulah rahasianya. Bersyukurlah aku memberitahumu. Makanya tadi aku kesini, berharap kau pergi dan aku saja yang memukulnya." Kancil berlagak dengan mimik sok kesal.
"Baiklah, kalau begitu kau saja yang enyah dari sini. Kau sudah menggangu tidurku, biar aku saja yang menikmati makanan itu nantinya." Singa bangkit dan mengambil kayu tak jauh dari pohon besar tempatnya berteduh.

"Oke, Singa! Selamat menikmati gong ajaib. Pukul lah saat aku benar-benar telah jauh darimu! Cukup kau bersuara menyebut namaku. Jika aku masih menyahut, jangan kau pukul gong-nya. Sekali lagi, selamat menikmati!" Kancil berlari kecil, melambai dengan senyum licik kepada Singa yang tak menyadari akal bulusnya.

Singa tak sabar, ia mulai merambah dahan terdekat untuk menggapai gong besar yang terayun perlahan. Kayu besar telah siap digenggam.


"Kancil, apakah kau dengar suaraku?" Aumannya bergaung seantero lembah.
"Ya, aku dengar. Aku belum terlalu jauh, lah!" Singa mendengar balasan Kancil lamat-lamat.


Beberapa menit jeda, "Kancil, apakah kau dengar suaraku?" Kembali suaranya mengaum.
"Masih, Nga! Kau dengar sahutanku?" Suara Kancil samar terdengar ke telinga Singa.
Tak sabar, Singa bertanya kembali sambil bersiap mengayunkan kayunya.
"Kancil, apakah kau masih dengar suaraku?" Lebih bergema dan gaungnya memantul dari ilalang di sekitarnya.
Tak terdengar suara apapun, hanya deru angin mengantarkan hembusan kuat ke pohon besar.

Singa pun segera dengan kuat memukul gong besar. 

Buuk!!

Dan, astaga!
Lebah-lebah berhambur dari sarangnya. Mereka mengamuk atas hancurnya rumah yang dihuninya beberapa pekan. Mata nyalang menatap musuh, posisi membentuk formasi, tanpa ampun langsung menyerang Singa!

Terkejut bukan kepalang, belum siap dengan keadaan yang berbalik ricuh. Singa melempar kayu, berusaha melarikan diri. Suara dengung pasukan lebah membuatnya tunggang langgang. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Sejauh dia berlari, lebah menyerangnya bertubi-tubi. 

Syukurlah ia menemukan telaga, menceburkan diri sembari menahan sengatan perih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun