Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cawan Kakek Tua, Segelas Teh, dan Gelang Baheula

24 Desember 2020   10:20 Diperbarui: 24 Desember 2020   10:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


***


Seminggu berlalu sejak kejadian, lebam akibat tumbukan motor masih melekat di betis. Saya perhatikan warnanya bukan biru atau merah layaknya luka memar. Lebih cenderung oranye kemerahan, seperti buah jeruk masak atau mangga yang ranum. Jika disentuh, tidak sakit sama sekali. Namun jika berjalan, rasanya nyeri luar biasa. Sungguh, tak masuk logika. Bahkan ketika shalat dalam posisi berdiri, saya tetap kuat. Namun tak sempurna ketika duduk diantara dua sujud atau tahiyat akhir.


Saya lihatkan keadaan tersebut kepada kakak. Beliau memanggil rekan sejawatnya di kantor, yang kami tuakan untuk meminta pendapat. Abah -demikian kami memanggil karena akrab- tercenung sejenak melihat kondisi betis saya.


"Sis, jika berkenan, Abah antar ke rumah kawan. Seorang perempuan yang in syaa Allah bisa bantu lah untuk -minimal- mengurangi lebamnya. Abah perhatikan, ini bukan lebam biasa." Nada bicaranya serius.


"Maksudnya gimana, Bah?" Saya belum paham.


"Nanti lah kita ngobrol di sana, ya. Kawan Abah perempuan, masih muda, mahasiswi. Lebih nyaman kalau diobatin sesama perempuan."


Baiklah, saya menurut.


***


Sesampai di tujuan, tak berlangsung lama, saya bertemu tuan rumah. Zahra -sebut saja demikian- mahasiswi berhijab yang 'mendiagnosa' lebam.


"Mbak Siska sudah ke dokter? Atau cuma di kasih minyak urut saja?" Ia bertanya setelah kami saling berkenalan.


"Cuma saya kasih minyak tawon, dan dipijet atau urut di bagian tumit, telapak kaki, berharap peredaran darah lancar saja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun