Menurut Freud dalam Bertens (2006:33) ego terbentuk karena diferensiasi dari id karena kontaknya dengan dunia luar, khususnya orang di sekitar bayi kecil, seperti orang tua, pengasuh, dan kakak-adik.
"Eat, Pray, Love" adalah film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Elizabeth Gilbert. Film ini mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita bernama Elizabeth Gilbert, yang diperankan oleh Julia Roberts.
Ego yang terdapat dalam tokoh utama film "Eat, Pray, and Love" karya Ryan Murphi yang dirasakan oleh Liz karena adanya beberapa masalah psikologis yang dirasakannya. Perubahan id menjadi ego dalam diri Liz disebabkan oleh orang terdekatnya, yaitu suaminya sendiri.
Masalah tersebut diawali dengan ketidaknyamanan dalam hati Liz karena sudah delapan tahun menikah dengan David tetapi belum juga mempunyai rumah pribadi. Kehidupan mereka hanya numpang dan ngontrak. Kemudian konflik semakin mendalam saat Liz merasa suaminya tidak pernah memberikan nafkah lahir dan natkah batin kepada dirinya.
Liz merasa cintanya kandas oleh orang yang dicintainya. Konflik semakin meruncing setelah David menghabiskan seluruh harta Liz untuk melunasi hutang- hutangnya. Liz semakin merasa terpukul dan terjadilah perceraian.
Dengan konflik di atas, maka Liz pun berubah menjadi perempuan yang semakin keras kepala dan sibuk mencari kebahagiaan. Liz mencoba mencari kebahagiaan dengan membaca buku To be Happy. Saat itu, Liz tetap juga tidak menemukan makna bahagia itu sendiri. Maka, dia memutuskan untuk melanglang. buana ke Italia. Di Italia, Liz bertemu dengan beberapa orang yang bisa dijadikan sebagai sahabat. Kesenagan yang dirasakan Liz selama Italia hanya pada makanan. Liz sangat menikmati beberapa makanan halia seperti gelarto, spagetti, napolen, kopi cappucino, dan pizza. Oleh karena itu, berat badan Liz naik hingga delupun kilogram.
Liz tersentak ketika seorang ibu pemilik kos tempat Liz menginap mengatakana bahwa kebahagiaan permanen ada pada keluarga. liz juga mencoba membaca pesona di suatu tempat di Roma. Tempat tersebut sangat berantakan ddan semrawut. Liz mulai mengambil kesimpulan bahwa kekacauan tetap akan bertahan. Kerusakan adalah kebahagiaan. Dan kerusakan adalah jalan transformasi berupa gelombang untuk perubahan.
Lalu, Liz berangkat menuju India untuk mencari ketenangan batin. Liz. menjalani meditasi sebagai upaya pendekatan kepada dewa Liz bertemu lelaki.
Amerika yang juga sedang menjalani meditasi di India Lelaki tersebut. mengatakan pada Liz bahwa memaafkan diri sendiri lebih baik daripada menunggu pasangan memberi maaf terlebih dahulu.
Setelah beberap lama di India, Liz kembali lagi ke Bali bertemu dengan guru spiritualnya, Ketut Liyer Selama di Bali, Liz berusaha untuk mencari jati diri. Sampai akhirnya Ketut menyampaikan tiga kekuatan yang harus ada dalam diri, yaitu mile with face, smile with mind, and smile with hearth.
Analisis Ego Pemain
Dalam analisis ego pemain dalam film ini, kita dapat memahami perubahan dan perkembangan karakter utama sepanjang perjalanan spiritualnya yang melibatkan tiga fase: eat di Italia, pray di India, dan love di Indonesia.
1. Elizabeth Gilbert (Julia Roberts)
Fase Eat (Italia)
Ego Awal: Elizabeth dalam fase ini terlihat tenggelam dalam ego-nya yang terkait dengan kebutuhan materi dan hedonisme. Dia mencari kebahagiaan melalui kenikmatan kuliner dan hubungan romantis tanpa benar-benar mengenal dirinya sendiri.
Perubahan Ego: Seiring berjalannya waktu di Italia, Elizabeth mulai mempertanyakan nilai-nilai hidupnya dan merenung tentang siapa sebenarnya dirinya. Ego-nya yang tadinya terkait dengan pencarian kenikmatan fisik mulai terbuka terhadap dimensi spiritual yang lebih dalam.
Fase Pray (India)
Ego dalam Pencarian Spiritual: Elizabeth pergi ke India dalam upayanya mencari makna hidup dan kedamaian batin. Dalam fase ini, ego-nya terkait dengan keinginan untuk mencapai pencerahan dan pemahaman spiritual. Dia belajar untuk merendahkan ego-nya dan membuka diri terhadap pengalaman rohaniah.
Transformasi Ego: Melalui meditasi dan refleksi di India, Elizabeth mengalami perubahan signifikan dalam cara dia memandang dirinya sendiri dan dunia. Ego-nya yang tadinya terfokus pada kepuasan pribadi mulai berkembang menjadi kepedulian terhadap kebahagiaan dan keberadaan orang lain.
Fase Love (Indonesia)
Ego Penuh Cinta: Elizabeth, di Indonesia, menemukan keseimbangan antara kebahagiaan pribadi dan cinta yang lebih besar. Ego-nya yang berkembang sepanjang perjalanan menjadi lebih terbuka terhadap hubungan interpersonal yang sehat dan penuh kasih sayang.
Keseimbangan Ego: Pada akhirnya, Elizabeth mencapai keseimbangan antara ego yang diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Ego-nya sekarang tidak lagi bersifat egois, tetapi lebih terhubung dengan pemahaman diri yang lebih mendalam.
Selain karakter utama Elizabeth Gilbert yang diperankan oleh Julia Roberts, terdapat juga karakter pendukung yang memiliki peran penting dalam cerita. Berikut ini adalah analisis ego beberapa pemain kunci dalam film ini:
2. Richard (Richard Jenkins)
Ego Awal: Richard, seorang guru spiritual di India, awalnya memiliki ego yang mungkin terlihat kaku atau keras kepala. Namun, dia juga memiliki kebijaksanaan yang mendalam yang membantu Elizabeth melalui perjalanannya.
Perubahan Ego: Melalui interaksinya dengan Elizabeth dan pengalamannya di India, Richard menunjukkan sisi lebih lunak dari ego spiritualnya. Dia tumbuh menjadi sosok yang lebih terbuka terhadap pembelajaran dan pemahaman bersama.
3. Felipe (Javier Bardem)
Ego Awal: Felipe mewakili poin pandang tentang cinta dan hubungan. Awalnya, dia mencerminkan ketakutan untuk membuka hati setelah pengalaman pahit sebelumnya.
Perubahan Ego: Felipe mengalami perubahan dalam cara dia memandang cinta dan kehidupan berpasangan melalui hubungannya dengan Elizabeth. Ego-nya yang tadinya mungkin terlalu berhati-hati dan tertutup mulai terbuka pada kemungkinan cinta yang sejati dan mendalam.
4. Sofi (Tuva Novotny)
Ego Awal: Sahabat Elizabeth, Sofi, mewakili aspek dari kehidupan yang mungkin diidamkan banyak orang. Namun, seperti yang diungkapkan melalui perjalanan Elizabeth, kebahagiaan tidak selalu ditemukan dalam kehidupan yang tampak sempurna.
Perubahan Ego: Meskipun tidak sepenuhnya terfokus pada perubahan ego, karakter Sofi memberikan perspektif tentang kompleksitas kehidupan dan pentingnya mencari kebahagiaan dari dalam diri sendiri, bukan hanya melalui pencapaian luar.
Kesimpulan
Analisis ini memberikan gambaran tentang perkembangan karakter dan perubahan ego yang dialami oleh beberapa pemain dalam film "Eat, Pray, and Love." Setiap karakter memberikan kontribusi pada naratif yang mendalam tentang pencarian makna hidup, kesadaran diri, dan cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H