Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Studi Kasus Bisnis Mak Comblang di Lereng Gunung

12 Oktober 2024   01:46 Diperbarui: 12 Oktober 2024   02:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Disclaimer: Bisnis mak comblang yang ganjil ini benar-benar terjadi. Tak heran angka pernikahan dan perceraian begitu tinggi di area lereng gunung X, Jawa Barat. Jasa mak comblang dipatok 3-5 juta Rupiah untuk satu pasangan yang berhasil menikah di KUA. Lumayan banget, kan? Bisa untuk jajan bakso 300-500 mangkuk selama setahun sehingga berubah wujud jadi kocheng gemoy nan imoet ^.^

______

"Mang, berapa harga sebungkus sayuran sop?" Tanya Nisa.

"Lima ribu Rupiah," Jawab Mang Udin. Ia mendongak dan terperangah. Cantik dan modern nian gadis kota ini. Sungguh mempesona mata renta Mang Udin. Ia pun menggosok-gosokkan kedua belah tangannya dengan penuh semangat. "Neng, sudah punya suami?"

Nisa menggelengkan kepala sembari tersenyum sopan. Ia sudah menduga warga desa pasti kepo abis ala agen FBI. "Aku janda beranak satu."

Melihat Mang Udin yang tampak girang mendengar statusnya, langsung Nisa menambahkan, "Tapi, aku sudah memiliki tunangan yang sedang bekerja di luar pulau. Kami akan menikah tahun depan."

Raut wajah Mang Udin yang antusias langsung berubah sedatar tembok. "Tunangannya bekerja di mana? Sebagai apa?"

"Chef di tambang batubara," jawab Nisa.

"Chef?"

"Koki."

"Oh, begitu. Neng mau ya Mamang jodohkan dengan Surya, anak Haji Gandi? Neng tak akan menyesal. Pak Haji orang terkaya di desa ini. Ia memiliki 4 rumah dan 3 mobil. Sawahnya sekitar 10 hektar. Belum lagi usaha penggilingan beras."

"Lalu, tunanganku?"

Mang Udin menghela napas. "Selama janur kuning belum terpasang, Neng berhak memperoleh pasangan terbaik. Neng ini sangat cantik. Pasti Surya terpikat."

"Aduh, Mang. Aku ini sudah berjanji akan menikah dengan Rio. Sebaiknya, Mamang mencari perempuan lain saja untuk dijodohkan. Tentu banyak gadis desa yang jauh lebih bening dan cantik dari diriku," tolak Nisa sembari memilih kentang. Di area ini ukuran kentang kecil dan kurang segar. Mungkin udara yang sangat lembab menyebabkan kualitas pangan menurun.

Mang Udin yang keras kepala, tak gentar oleh penolakan tersebut. Ia sudah terlampau berpengalaman menjadi mak comblang. Dengan cekatan, ia pun menulis no handphonenya di kertas bon. Kemudian, ia menyodorkan kertas tersebut pada Nisa.

"Jika Neng berubah pikiran, hubungi Mamang di no handphone ini," ujar Mang Udin dengan nada suara seprofesional mungkin.

Nisa tertegun. Ia berusaha menolak. Tapi, Mang Udin menjejalkan kertas tersebut ke dalam genggamannya.

"Baiklah, Mang. Terimakasih banyak untuk niat baik Mamang. Jadi, berapa total belanjaanku?"

"Dua puluh ribu Rupiah."

Bisnis mak comblang alias biro jodoh konvensional luar biasa berkembang di area lereng gunung. Nisa sampai bingung jika keluar rumah, pasti orang tak dikenal menawarkan jasa mak comblang. Aneh luar biasa. Kalah sudah promo aplikasi online dating dibandingkan promosi mulut ke mulut warga sekampung! Kalah sudah kecepatan meteor dibandingkan kecepatan mak comblang mengenali adanya perempuan single :P

"Mau ya dikenalkan dengan Geri, anak Ustaz Rohim yang galau tingkat dewa akibat patah hati. Ganteng dan masih muda. Baru 25 tahun," ujar Bi Isah antusias. "Nanti Nisa bisa memesan kebaya penganten di Bibi. Jahitan Bibi paling rapi di desa ini."

"Masa dengan berondong? Nggak salah tuh?" Tanya Nisa terpana. Sungguh ajaib penawaran jodoh yang didengarnya.

"Ya, nggak salah. Kan masih muda, kuat, dan sehat," jawab Bi Isah sembari mengedipkan mata kanannya dengan genit. Untuk sesaat, ia tampak lebih muda 20 tahun.

"Nggak ah."  

"Pak Ustaz bilang kalau mau, nanti diberi rumah dan dimodali berjualan sayur."

"Nggak. Terimakasih."

Keesokan harinya, Bi Isah datang lagi dengan wajah berseri-seri. Semangat tetangga yang satu ini memang tak ada matinya.

"Kata Pak Ustaz, ditambah sawah dan..."

"Cari perempuan yang lain saja. Aku sudah bertunangan."

Bi Isah menjerit, "Sekarang ditambah warung sembako."

Nisa pun tertawa. "Kayak lelang, ya?"

Bi Isah menghela napas. Dengan nada suara segetir sambiloto yang dicampur brotowali, ia berkata, "Coba Bibi masih muda. Mending Bibi yang nikah dengan Geri. Ayahnya kaya raya dan baik hati."

"Ya sudah, Bi Isah nikah saja dengan Geri. Kan jiwa Bi Isah masih muda. Hehehe."

Bi Isah tertawa terpingkal. Nisa berpikir urusan mak comblang ini akan berhenti. Ternyata seminggu kemudian, datanglah utusan lain. Kali ini Mang Fajri, tetangganya yang bekerja sebagai petani.

"Nisa mau ya menikah Geri, anak Ustaz Rohim? Nanti Nisa memperoleh mas kawin berupa rumah, sawah, dan warung. Ustaz Rohim juga berpesan Nisa ingin apa lagi? Jika sanggup, Ustaz Rohim pasti akan mengabulkan segala permintaan Nisa asalkan Nisa setuju menikah secepatnya dengan Geri."

"Aduh, Mang. Terimakasih banyak atas niat baik Mamang dan Ustaz Rohim. Tapi, aku sudah bertunangan."

"Tak ada salahnya kan jika Nisa berkenalan dulu dengan Geri. Siapa tahu berjodoh," desak Mang Fajri. "Jadi, kapan Nisa bisa bertemu dengan Geri dan Ustaz Rohim?"

Nisa mengeluh dalam hati. Aku ini seperti komoditi bisnis saja...

______

Penulis merasa sangat heran dengan fenomena yang terjadi. Ketika berada di area ini, mayoritas warga sangatlah irit membelanjakan uang untuk kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan perputaran uang tak lancar, ekonomi stagnant, dan mayoritas warga terjebak pinjaman, baik pinjaman Bank Emok ataupun pinjaman online. Di area ini, lapangan kerja terbatas dan mayoritas lapangan kerja ialah pekerjaan fisik sehingga biasanya generasi muda bekerja di kota. Sementara generasi berumur bekerja sebagai petani, membuka warung sembako kecil, berjualan gorengan, dll. Jadi, tergolong usaha mikro. 

Berdasarkan teori bisnis, ekonomi yang stagnant karena daya beli rendah. Ya, itu opini penulis sebelum melihat kenyataan. Ketika pernikahan dan event, barulah opini penulis runtuh. Ternyata warga itu bukan tak memiliki uang untuk kehidupan sehari-hari, tapi memiliki karakteristik super irit karena mengutamakan uang untuk menikah ataupun menyelenggarakan event. Pernikahan di area ini sangat meriah dengan lauk-pauk berlimpah. Unik, bukan?

Apakah bisnis mak comblang ini legal?

Karena aplikasi online dating yang mempertemukan 2 hati legal, sepertinya bisnis mak comblang konvensional ini legal. Jasa mak comblang ini memastikan kedua belah pihak agar sama-sama untung dan puas. Pihak pengantin pria memperoleh istri dengan spesifikasi yang diinginkan. Sementara pihak pengantin perempuan memperoleh suami dengan mahar (mas kawin) sesuai yang diinginkan. Pernikahan yang terjadi juga legal, bukan pernikahan siri atau kontrak yang dilarang oleh pemerintah.

Potensi bisnis mak comblang ini menjadi ilegal?

Bisnis mak comblang ini bisa dikategorikan ilegal ketika terjadi pemaksaan untuk menggunakan jasa mak comblang dan keharusan untuk setuju menikah.

Ketika terjadi pemaksaan, peraturan yang dilanggar ialah sebagai berikut:

-Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

Pasal 3 Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai individu.

-Pasal tindak pidana penjualan orang.

UU 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang:

Pasal 1 ayat 1 mendefinisikan perdagangan orang atau perdagangan manusia adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antarnegara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Pasal 2 ayat 1 mengenai sanksi Tindak Pidana Penjualan Orang:

Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120 juta dan paling banyak Rp600 juta.

_______

"Selamat atas pernikahannya. Jangan menikah lagi, ya! Fira kan sudah menikah dua kali. Anak pun sudah 3 bocil. Yang anteng dengan suami baru," ujar Bi Isah setajam stiletto. Bibirnya tersenyum semanis mungkin. Tapi, di balik madu ada racun.

Sang penganten baru pun merengut. Kedua matanya memancarkan semburan api. Ia tampak ingin mencekik Bi Isah. Syeraaam!

Dengan cuek bebek, Bi Isah menyalami sang penganten baru. Kemudian, ngeloyor untuk menikmati kuliner yang melimpah ruah. Ada rendang, ikan pesmol, ayam goreng, sup, dll. Pesta pernikahan di area lereng gunung ini selalu meriah. Pernikahan merupakan ajang unjuk gigi.

Dampak positif bisnis mak comblang:

  • Mak comblang memastikan asal usul kedua belah pihak jelas sehingga tak ada yang merasa tertipu.
  • Mayoritas perempuan memperoleh rumah, emas, dan uang sebagai mahar. Jarang warga yang tunawisma di area ini.
  • Mudah melepas status jomlo.

Dampak negatif bisnis mak comblang:

  • Perempuan single akan merasa tak nyaman tinggal di area ini karena diperlakukan seperti komoditi bisnis. Rentan pemaksaan dan eksploitasi.
  • Angka pernikahan dan perceraian begitu tinggi. Pria cenderung jenuh pada istri dan mudah sekali menceraikan, ataupun memiliki banyak istri karena penawaran mak comblang yang gencar. Sementara perempuan juga menikah lebih berdasarkan materi dibandingkan cinta sehingga mudah sekali meminta cerai.
  • Ekonomi stagnant karena pria lebih suka menghambur-hamburkan uang untuk pernikahan. Menikah lagi dan lagi. Sementara para janda sangat irit karena mereka harus membiayai diri sendiri dan anak yang ditinggalkan sang mantan suami. Walaupun demikian, para janda tersebut tak mengeluh karena mahar rumah yang diberikan oleh sang mantan suami saat ijab kabul, tak diminta lagi oleh sang mantan suami. Para istri pun sangat ketat mengeluarkan uang karena perputaran uang yang buruk di area ini. Hampir praktis tak ada yang membeli barang baru. Barang yang diminati ialah baju bekas yang dirombak dan berharga 10-30 ribu Rupiah. Itu pun sangat sulit laku. Kejayaan piring porselen sudah berlalu di area ini. Yang laku ialah peralatan makan dari plastik ataupun bahan gelas yang murah meriah. Makanan yang laku berupa bakso, bubur ayam, buras, dan gorengan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun