"Ray, coba kau jelaskan. Mengapa kau yakin Tuan Kamizawa dan Pak Rangga kerasukan jin ular? Aku tak melihat adanya hawa negatif pada diri mereka."
Ray menengadah sembari tertawa terbahak-bahak. Wajah tampannya tampak begitu keji hingga Tama yang merupakan hantu kucing juga merasa aliran dingin di tengkuknya. Â Apa Ranko dan Ray kerasukan?
Ranko menyodorkan sebuah belati ke tangan kanan Ray. "Mari kita mulai ritualnya."
"Hentikan perbuatan jahat kalian. Ranko, Ray, sadarlah."
"Tama, kau berani menghalangi kami?" Jerit Ranko. Matanya melotot menakutkan. Ia mendesis-desis.
"Ah, rupanya jin ular masih merasuk," cibir Tama. "Hey, ular betina tak tahu diri, cepat kau tinggalkan tubuh gadis kesayanganku."
"Kau tak akan menang melawan kami. Â Hanya hantu kucing berumur puluhan tahun beraninya melawan jin ular berumur ratusan tahun," tegas Ray.
"Di mana Ray yang asli?"
"Mau tahu atau mau tahu banget?" Canda Ranko. Ia memainkan kalung emas berliontin mutiara laut hitamnya. Kemudian, matanya bermain dengan nakal. "Coba tebak ia ada di mana? Sebenarnya, ia dekat. Tapi terasa begitu jauh."
Tama terkesiap. Tak mungkin. Di dalam mutiara laut hitam itu tampak roh halus Ray ukuran mikro sedang sibuk melompat-lompat dan melambaikan kedua tangannya. Dasar pemuda ceroboh. Sudah kukatakan untuk berhati-hati saat berhadapan dengan jin ular. Ini belum juga apa-apa, sudah KO terkurung dalam mutiara laut hitam. Bagaimana cara mengeluarkan roh halus Ray dari mutiara dan memasukkannya kembali ke dalam tubuhnya? Bagaimana aku bisa menang melawan mereka berdua sedangkan orang yang bisa menggunakan mantera pengusir hantu dan Jurnal Hantu hanya Ray seorang.
"Serahkan leontin mutiara itu!" Tegas Tama.