Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 3 - Lampor

16 September 2024   11:06 Diperbarui: 16 September 2024   11:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa kau bisa menangani hantu itu?" Tanya Pak Dira dengan gugup. Tak henti-hentinya ia mengusap kumis panjangnya. "Kupikir Kakek Fandi sendiri yang akan menangani hantu ini. Kau masih begitu muda."

                "Tenang saja, Pak. Aku sudah biasa menangani hantu, "bualku. "Kakek menaruh harapan besar pada diriku."

                "Oh, begitu?" komentar Pak Dira dengan mata curiga. "Jika kau yakin bisa mengatasinya sendiri, maka menginaplah malam ini di ruang tamu yang letaknya tepat di sebelah ruang tidurku dan istriku. Atau, lebih baik kita tidur bersama?"

                "Sebaiknya, kita berada di kamar terpisah agar hantu itu lengah. Gangguan hantunya seperti apa?"

                "Awalnya, ia hanya mengetuk-ngetuk pintu secara perlahan saat larut malam. Tapi akhir-akhir ini, ia tidak hanya mengetuk pintu, tapi menggedor pintu dan memanggil-manggil namaku. Istriku mengalami insomnia karena terlampau takut. Ia mengancam tak akan pulang ke rumah sebelum aku membereskan hantu ini. Sekarang istriku berada di rumah mertuaku. Bahkan, ia menuduh aku melakukan praktek pesugihan hingga hantu mendatangiku dan ia tak mau menjadi tumbal ritual sesat. Jadi, tolonglah kami, Nak! Musnahkan hantu jahat tersebut sebelum istriku menceraikanku!"

                Seperti adegan telenovela, Pak Dira menggenggam kedua tanganku erat-erat. Sungguh pria yang emosional! Dengan gaya profesional, aku meyakinkannya bahwa aku, Raymond Antariksa, berjanji akan mengubah hantu tersebut menjadi debu seukuran partikel nano. Setelah menjadi debu, hantunya tinggal ditiup. Fuuuh!

               

***

                Tepat jam 2 malam, aku terbangun karena mendengar bunyi ketukan pintu kamar Pak Dira. Bunyi tersebut perlahan dan ragu seolah takut membangunkan Pak Dira. Aku menajamkan telinga lagi. Tak ada apa-apa. Aku pun terlelap kembali.

                TOK TOK TOK.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun