Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Miss Kunti Pattaya Thailand Ingin Liburan Gratis ke Indonesia

24 Juni 2024   13:03 Diperbarui: 24 Juni 2024   13:06 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merengut. Sesampainya di hotel, tak ada teman yang menyadari hilangnya aku. Sungguh setia kawan!

Saat itu aku tak menyadari. Sebenarnya, aku tak sendiri. Bisakah kau menebaknya?

***

HihihiHIHIHIHI.


Suara cekikikan kunti itu semakin lama makin keras diiringi bunyi putaran bagian atas meja-meja makan bulat yang menggasing sendiri, tanpa ada satu orang pun yang memutarnya.

Meja-meja makan tersebut merupakan meja makan yang terbuat dari kayu jati berwarna cokelat gelap dan terdiri atas dua tingkat, yaitu tingkat pertama merupakan fondasi dan tingkat kedua merupakan bagian yang bisa diputar sehingga lebih praktis dalam mengambil sajian kuliner yang diinginkan. Selain berfungsi sebagai meja makan, meja berbentuk bulat identik dengan ritual pemanggilan arwah di Eropa. Biasanya pengikut sekte sesat akan duduk mengelilingi meja sembari saling bergenggaman tangan dan sang mediator akan mengalami kesurupan arwah. Kemudian, anggota lainnya dapat bertanya suatu hal pada si mediator.


Meja-meja makan tersebut melayang dari segala sudut ruangan dan mengepungku hingga membentuk lingkaran besar. Aku dan kunti berdiri berseberangan. Walaupun demikian, aku bisa melihat kedalaman ceruk matanya yang seperti sumur. Pupil matanya begitu lebar dan hitam seakan-akan hendak menelanku dalam kegelapan. Warna kulitnya yang seputih kanvas diimbangi warna bibir yang merah darah. Rambutnya yang hitam lebat, sangat kusut.


Tiba-tiba angin berhembus kencang sehingga daster putih si kunti berkibar bak bendera perang. Aku  merasakan mataku perih terkena gesekan angin. Sekarang suara cekikikan kunti bersahut-sahutan dan menggema ke seluruh penjuru ruangan. Raut wajahnya pun tambah menyeramkan. Aku merasakan diriku terseret oleh angin hingga aku berdiri begitu dekat dengan kunti tersebut. Ia mengangkat kedua tangannya dan mencengkeram bahuku. Walaupun tertutup baju, kukunya yang kotor, panjang, dan runcing menyayat kulitku. Matanya menghipnotisku. Aku sangat takut, tapi tak bisa melarikan diri. Seiring suara cekikikannya yang menggelegar, aku merasa bulu romaku berdiri semua. Rambutku yang panjang menjadi kaku dan tegak ke atas seperti tersetrum aliran listrik. Jika diibaratkan, rambutku persis bentuk rambut Marge Simpson, tokoh kartun The Simpsons. Lucu, bukan?


Aku tak tahu berapa lama aku berhadapan dengan si kunti karena kesadaranku semakin menghilang. Gigi taringnya yang putih, tampak mengancam dan bergerak mendekat. Akhirnya, semua menjadi gelap dan aku terbangun dengan wajah konyol di kasurku sendiri. Ibuku yang berada di sampingku, tertawa dan menceritakan bahwa aku mengigau. Ibuku usil sekali. Ia tidak membangunkanku yang bermimpi buruk.


Setelah mendengarkan kisah mimpiku yang seram, ibuku bertanya, "Sis, apakah saat di Thailand, kau mengunjungi daerah seram?"


"Tidak, Bu," jawabku sembari menggelengkan kepala. Aku berpikir sejenak, "Memang rombongan study tour kami makan di restoran seafood Thailand yang agak aneh dan suram. Seluruh meja makannya merupakan meja bundar seperti mimpiku. Selain itu, aku juga berjalan-jalan menyusuri pantai Pattaya tepat tengah malam bersama dengan sekelompok kawanku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun