Setelah memperoleh resep dari petugas di Loket resep, aku dan Dani bergegas menuju ruang rawat inap Paman. Aku merinding dan tanpa sadar memegang tangan kanan Dani dengan lebih erat.
"Lorongnya seram sekali ya, Kak Kimmy? Gelap padahal baru jam 7 malam," celoteh Dani. "Kok rasanya kita tidak sampai-sampai."
"Iya, sepertinya kita tersesat," kataku. "Mari kita tanya perawat yang lewat tersebut."
Aku dan Dani menghampiri perawat pria yang sedang mendorong brankar kosong. "Pak, jika ingin ke ruang rawat inap Anggrek No. 5 ke arah mana?"
"Adik belok kiri, kemudian ada persimpangan, belok kanan. Ikuti lorong. Nanti ada papan kecil yang bertuliskan ruang rawat inap Anggrek."
Aku dan Dani pun berlari kecil mengikuti petunjuk arah si perawat.
"Kak, sepertinya ini ruangnya! Ruang Anggrek!" Seru Dani antusias. Telunjuknya mengarah pada tulisan Anggrek. Jemari Dani sudah memegang kenop pintu tersebut.
Aku terpana membaca kata kamar mayat yang berada di atas kata Anggrek. Kata kamar mayat tersebut hurufnya kecil sehingga tidak terbaca oleh Dani. Langsung saja aku menepis tangan Dani.
"Itu kamar mayat!" Seruku.
TROK TROK.
Tiba-tiba terdengar bunyi misterius dari dalam kamar mayat. Mata Dani pun langsung melotot. Wajahnya pucat pasi.