"Bagaimana ya? Kamu itu pacar yang menyebalkan. Kamu menghabiskan persediaan masker Jeju-ku."
"Sadis," kataku sembari membaringkan diri di atas kasur Nuri yang empuk. "Aku merasa waktuku tak lama lagi. Tadi mataku yang copot, entah nanti apa yang copot?"
"Mengapa kau membebani dirimu? Jika copot, tinggal dipasang," jawab Nuri dingin. Matanya sibuk menatap pergerakan uang crypto di layar komputer. Aku menyesal mengenalkannya uang crypto karena sekarang ia tak begitu mempedulikanku.
Aku terbang menghampirinya, "Nur, aku sangat mencintaimu. Maafkan segala kesalahanku. Tolong sampaikan juga permohonan maafku pada Rudi dan Doni." Setelah berkata itu, aku menghilang dan meninggalkan Nuri yang memanggil-manggilku.
***
"Pak, Rangga akan pulang. Bapak menikah saja dengan Bi Tari jika Bapak mencintainya. Rangga sayang Bapak."
Pak Brata tersedak kopi panasnya. Ia tergopoh-gopoh menghampirinya, tapi terlambat. Bayangan anaknya perlahan memudar dan memudar menjadi semburat keemasan.
***
"Assalamualaikum, saya Romi, anak tetangga sebelah. Ibu saya membuatkan nasi kuning sebagai perayaan pindahan kami. Silakan diterima!"
Nuri tercengang melihat senyum  manis di wajah Romi yang bak pinang dibelah dua dengan Rangga.
----
Siapa yang mau kenalan dengan Rangga?