Bu Gladys menatap dengan pandangan nanar, "Benarkah? Jika begitu, kalian berdua ikutlah dengan Ibu ke basement. Ada benda penting terkait ritual penyempurnaan arwah yang harus Ibu ambil di sana. Tapi, Ibu takut mengambilnya sendiri."
Kami semua pun turun ke ruang basement yang luas. Bulu kudukku merinding melihat barang-barang antik yang berserakkan. Udaranya dingin dan lembab. Cahaya lampu yang kurang terang memainkan bayang-bayang setan yang bermain dalam kegelapan dan siap menyerang kapan pun. Aku sungguh tak betah berlama-lama di sini.
"Ivo, tolong carikan tempat lilin antik berornamen mawar dan buku tua berjudul Ritual Penyempurnaan Arwah. Ibu akan mengambil senter sebentar di ruang atas," pinta Bu Gladys, "Dan kau , Sean, temani Ivo di sini."
***
Sejam kemudian
"Aneh sekali, Bu Gladys tak kembali turun ke basement," ujarku pada Sean.
"Mari kita ke ruang atas. Mungkin terjadi sesuatu pada Ibu," seru Sean panik.
"Aneh, mengapa pintu basement ini dikunci? Apakah Bu Gladys mengalami demensia?" Aku mulai merasa takut. "Sean, tak bisakah kau membuka pintu ini dengan kekuatan mistismu?"
"Maafkan aku, Ivo. Aku hantu lemah yang belum memiliki kekuatan mistis. Aku hanya bisa merasuk ke tubuh manusia."
"Kalau begitu cobalah kau rasuki tubuhku dan dobrak pintu ini."
Sean pun merasuki tubuhku. Tapi, usahanya sia-sia. Pintu basement tetap tertutup rapat. Aku mulai berteriak-teriak memanggil Bu Gladys. Ternyata harapanku terkabul. Ia mendengar suaraku. Tapi, kalimat yang Bu Gladys ucapkan sungguh membuat hatiku mati seketika.