"JUTEK AMAT JADI COWOK. SUDAH BAGUS KUNIKAHI. JIKA TIDAK, KAU JADI HANTU JOMBLO. DASAR ARWAH PENASARAN!"
TOK TOK TOK.
Terdengar suara berdehem. Kemudian Bu Gladys berkata dari balik pintu, "Sean, ibu memilih Ivo karena ia gadis yang baik, tidak seperti Inka yang menyebabkan kau mati merana ketika ia meninggalkanmu. Kau tak konsentrasi menyetir mobil hingga mengalami tabrakan beruntun dan tewas seketika. Baik-baiklah dengan Ivo supaya arwahmu bisa sempurna dan tidak lagi menjadi arwah penasaran. Dan Ivo, tolong bersabarlah dengan Sean. Ia memang jutek, tapi hatinya lembut. Ibu harap kali berdua akur. Ibu lelah sekali dan ingin segera tidur."
Aku menatap Sean dengan mengancam. Lalu, aku berbaring di tempat tidur.
"Dasar cewek tak sopan. Main tidur begitu saja di tempat tidurku."
Mataku nyalang. "Lalu, aku harus tidur di mana? Di pecahan guci bersamamu?"
Sean menghela napas kesal dan malah berbaring di sampingku. "Ibu tak mengerti keinginanku. Aku hanya ingin dibiarkan hidup sendiri."
"Maksudmu, mati sendiri?"
"Terserahlah. Kau cewek matre. Mana mungkin kau mengerti perasaanku."
"Memangnya apa yang kau beratkan dalam hidup hingga kau menjadi arwah penasaran?"
"Aku ingin bertemu Inka untuk terakhir kalinya."