“Okay, aku setuju. Kau akan merasuk pada diri siapa?” Tanya Aril.
“Aku merasa aura kau yang paling cocok, Tuan Aril. Untuk menyempurnakan perjanjian ini, mari kita menyegelnya dengan setitik darahmu. Tolong oleskan darahmu ke atas kepalaku.”
***
Aku dan Anto duduk di pojok kanan pada deretan bangku teratas di bioskop. Mataku tertuju pada kedua sejoli yang duduk menempel satu sama lain. Ya, Vita yang angkuh, sudah jatuh ke dalam pesona mistis si jailangkung yang berada dalam tubuh Aril. Aku menoleh pada Anto yang cuek. Anto asyik menonton the Grotesque Mansion sembari mengunyah popcorn. Padahal Anto penakut, tapi ia senang menonton film horror ini.
Tiba-tiba boneka jailangkung yang berisi roh Aril bergerak-bergerak gelisah. Kepalanya menyembul dari dalam tas yang berada di pelukanku. Aku langsung menekan batok kelapa tersebut tanpa hasil.
“Hey, kau sudah gila ya, Ril. Jika pengunjung bioskop melihatmu, semua akan kacau,” bisikku kasar.
“Tapi, aku kuatir si jailangkung akan berbuat macam-macam pada Vita,” keluh Aril. Kemudian, mata Aril yang sekarang merupakan dua rongga kosong pada tempurung kelapa, menatap nanar ke depan. “Argh, Fero. Mereka berciuman. Aku akan menghajar si jailangkung sialan itu. Ia sudah menipuku. Aku ingin kembali ke ragaku. Tolong bawa aku ke tempat mereka.”
Aku menyanggupi permintaan Aril dan berjalan ke tempat duduk Vita dan si jailangkung, diiringi suara pengunjung bioskop yang jengkel karena pandangan mereka terhalang tubuhku. Kemudian, aku berbisik pada si jailangkung mengenai keinginan Aril untuk kembali ke tubuhnya.
Aku sangat terkejut karena tubuhku didorong oleh si jailangkung yang kabur bersama Vita. Aril yang mendengar kegaduhan tersebut, keluar dari tasku dan terbang menjangkau kepala si jailangkung. Menyaksikan hal tersebut, Vita yang penuh semangat malah membantu si jailangkung dan memukuli tempurung kelapa Aril. Pergumulan mereka bertiga begitu heboh dan disaksikan seisi bioskop. Bahkan, banyak yang memvideokan adegan mistis tersebut. Satpam yang hendak melerai malah babak belur terkena tendangan jailangkung, pukulan Aril, dan cakaran Vita.
Usahaku untuk melindungi Aril sia-sia karena si jailangkung sangat kuat. Aril terduduk di lantai dan diinjak-injak oleh si jailangkung yang murka. Tak disangka Anto datang dan menjadi pahlawan. Ia menyetrum mereka berdua dengan penyetrum listrik yang biasa dipakai para gadis untuk melindungi diri.
“Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Biarkan aku mencintaimu,” seru si jailangkung yang sudah kembali ke wujud boneka jailangkung. Vita yang masih belum sadar sepenuhnya dari pesona si jailangkung, malah memeluk si jailangkung dan menangis terisak-isak. Perlahan boneka jailangkung itu terdiam dan kaku.