Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Volunteer Cantik

23 November 2023   19:21 Diperbarui: 23 November 2023   19:24 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.pixabay.com.

"TOLONG! TOLONG!"

Tanganku menggapai-gapai dengan panik. Semoga ada orang di tepi pantai yang bisa melihat lambaian tanganku. Tapi, harapanku sia-sia.

Aku memang bisa berenang. Tapi, terapung berjam-jam di tengah laut tanpa pegangan batang kayu ataupun pelampung, sungguh menguras energi. Aku lelah berjuang melawan arus laut yang cukup kuat dan membiarkan diriku terhanyut semakin ke tengah laut. Taktikku untuk bertahan agar tidak tenggelam ialah dengan merentangkan kedua tanganku ke samping dan membiarkan arus laut mempermainkan nasibku.

Pemandangan di sekitarku begitu indah dengan bentangan laut biru. Bahkan, samar-samar aku bisa melihat karang berwarna-warni di bawah sana. Tapi, sekarang aku tak lagi menikmati keheningan alam yang awalnya menyihirku. Sinar matahari yang terik, menyiksa kulitku dengan kejam dan membakar kerongkonganku.

Kilas balik peristiwa yang menyebabkanku jatuh ke laut, masih terpateri dalam hatiku. Beberapa saat yang lalu, Don mendorongku dari speedboat yang dikemudikan Rio. Dan Rio hanya tertawa terbahak-bahak menertawakanku. Mereka berdua sahabatku. Tapi karena sedang mabuk bir, mereka berdua bertindak impulsif! Don kesal karena aku menolak untuk menjawab pertanyaannya tentang  mengapa aku putus dengan Erni. Aku tahu diam-diam Don jatuh hati dengan Erni yang imut. Tapi, aku memiliki alasan tersendiri untuk menyembunyikan alasan putusnya hubungan cintaku. Erni berhak untuk hidup bahagia dengan pilihannya sendiri. Jika Erni lebih memilih untuk bertunangan dengan duda kaya pilihan orang tuanya, maka aku tak bisa bersikap egois dan memaksanya untuk tetap memilihku. Apalah artinya aku, Tama, sang mantan kekasih, yang belum berpenghasilan stabil. Aku baru saja merintis jualan T-shirt online.  

Aku tak ingin Don, sahabatku, kecewa ketika mengetahui Erni tidak sepolos yang ia bayangkan. Biarlah ia mengingat Erni dalam kenangan manis.

Bayang-bayang matahari terlukis memanjang di hamparan laut. Entah berapa lama aku terapung di tengah laut. Arus air terasa semakin kuat membawaku semakin ke tengah laut. Pandangan mataku mulai berkunang-kunang. Manusia memang aneh. Manusia tak pernah puas. Aku seringkali merasa depresi dan ingin diriku segera saja mati. Tapi begitu aku menghadapi malaikat maut, aku ingin sekali hidup.

Dalam keadaan setengah sadar, aku merasa diriku dipeluk gadis cantik berambut panjang yang memakai baju selam dan snorkeling. Ia memelukku dan memakaikan rompi pelampung oranye pada diriku.

Untunglah, aku selamat! Tuhan masih menyayangiku dengan mengirimkan sesosok malaikat. Aku berusaha tersenyum pada gadis tersebut. Kemudian, hanya kegelapan yang menghampiriku.

Ketika membuka mata, aku terperangah. Di mana malaikatku?

Aku terbaring di kasur rumah sakit. Don dan Rio memelukku secara bersamaan hingga kepala kami bertiga terantuk.

"ADUH!" Seru kami bertiga serempak. Kemudian, kami tertawa keras bersama.

"Maafkan aku. Aku berjanji tak akan minum bir lagi," kata Don dengan wajah mengkerut. Jika merasa bersalah, Don selalu bermimik seperti kucing tercebur di dalam got!

"Tama, maafkan aku. Ketika sadar dari mabuk, ternyata kau hilang. Aku dan Don panik mencarimu ke mana-mana  di tengah laut. Tapi, kami tak bisa menemukanmu. Akhirnya, kami melapor dan meminta bantuan petugas SAR. Ternyata kau terdampar di pantai yang lokasinya agak terpencil. Untunglah, kau memakai rompi pelampung oranye sehingga petugas SAR segera melihatmu dari speed boat," kata Rio. "Aku sangat menyesal dengan kejadian ini. Aku juga akan berusaha menghentikan kebiasaanku minum bir."

Aku mengganggukkan kepala. Ternyata musibah yang menimpa diriku, bisa membawa kebaikan bagi kedua sahabatku yang kecanduan minum bir.

"Gadis malaikat. Di mana gadis malaikat yang menolongku itu?" Tanyaku yang tiba-tiba teringat dengan penolongku.

Don saling memandang dengan Rio.

"Tidak ada gadis yang kau katakan itu. Kau ditemukan terdampar sendirian di tepi pantai," jawab Rio. "Tapi, memang ada kejanggalan pada rompi pelampung yang kau pakai."

"Kejanggalan apa?" Tanyaku.

Rio mendesah. "Don, kau saja yang memberitahukannya."

"Menurut Pak Sarmin, petugas SAR yang menemukanmu, rompi yang kau pakai itu memiliki tanda pengenal yang dijahit di bagian kanan depan. Syarina, Lombok Volunteer."

"Berarti nama gadis yang menolongku itu Syarina. Aku akan menghubunginya untuk mengucapkan terimakasih karena telah menolongku," ujarku antusias.

Rio mendecakkan lidahnya, "Kau jangan senang dulu. Pak Sarmin menyatakan Syarina merupakan volunteer yang tewas tenggelam di area tersebut 5 tahun yang lalu. Ia sendiri yang menemukan jenazah Syarina, tepat di lokasi pantai kau terdampar. Oleh karena itu, ia sangat terkejut ketika melihat rompi pelampung milik Syarina yang dipakai olehmu. Memang ketika ditemukan, jenazah Syarina tidak menggunakan rompi pelampung. Mungkin rompi tersebut terhanyut akibat arus laut."

Wajahku berubah pucat pasi. "Jadi..."

"Setidaknya, Syarina berjasa menolongmu," sahut Rio. "Sungguh suatu keajaiban."

Aku terpekur. Tanpa terasa air mataku berlinang. Tuhan sungguh mengirimkan malaikatnya. Padahal sudah lama aku tak menghadap diri-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun