Aku terbaring di kasur rumah sakit. Don dan Rio memelukku secara bersamaan hingga kepala kami bertiga terantuk.
"ADUH!" Seru kami bertiga serempak. Kemudian, kami tertawa keras bersama.
"Maafkan aku. Aku berjanji tak akan minum bir lagi," kata Don dengan wajah mengkerut. Jika merasa bersalah, Don selalu bermimik seperti kucing tercebur di dalam got!
"Tama, maafkan aku. Ketika sadar dari mabuk, ternyata kau hilang. Aku dan Don panik mencarimu ke mana-mana  di tengah laut. Tapi, kami tak bisa menemukanmu. Akhirnya, kami melapor dan meminta bantuan petugas SAR. Ternyata kau terdampar di pantai yang lokasinya agak terpencil. Untunglah, kau memakai rompi pelampung oranye sehingga petugas SAR segera melihatmu dari speed boat," kata Rio. "Aku sangat menyesal dengan kejadian ini. Aku juga akan berusaha menghentikan kebiasaanku minum bir."
Aku mengganggukkan kepala. Ternyata musibah yang menimpa diriku, bisa membawa kebaikan bagi kedua sahabatku yang kecanduan minum bir.
"Gadis malaikat. Di mana gadis malaikat yang menolongku itu?" Tanyaku yang tiba-tiba teringat dengan penolongku.
Don saling memandang dengan Rio.
"Tidak ada gadis yang kau katakan itu. Kau ditemukan terdampar sendirian di tepi pantai," jawab Rio. "Tapi, memang ada kejanggalan pada rompi pelampung yang kau pakai."
"Kejanggalan apa?" Tanyaku.
Rio mendesah. "Don, kau saja yang memberitahukannya."
"Menurut Pak Sarmin, petugas SAR yang menemukanmu, rompi yang kau pakai itu memiliki tanda pengenal yang dijahit di bagian kanan depan. Syarina, Lombok Volunteer."