Sun Go Kong berkonsentrasi sebentar, dan hanya dalam hitungan detik, muncullah Dewa Bayu di sampingnya.
"Salam untukmu, Go Kong dan Pat Kay. Ada urusan apakah engkau memanggilku?"
"Salam juga untukmu, Bayu. Begini, Bayu, engkau tentu sudah mendengar melalui anak buahmu yang tersebar dimana-mana tentang ulah Polisi Indonesia yang amat melecehkan Pat Kay. Bagaimana pendapatmu sendiri tentang hal itu?"
"Sama dengan pikiranmu, mereka norak dan keterlaluan. Apa kalian mau melabraknya?"
"Betul, tapi kami kawatir membuat hati Guru Tong yang begitu lembut menjadi sedih nantinya, maka kami ingin mendengar dulu pendapat para Dewa yang lain. Untuk itulah aku ingin minta bantuanmu mengundang mereka sebanyak-banyaknya agar segera hadir disini secepatnya melalui perantara anak buahmu, yaitu angin yang tersebar dimana-mana."
"Oh itu gampang, aku bisa mengundang semuanya dengan cepat di wilayah yang ada anak buahku. Selebihnya aku bisa minta bantuan Dewa Matahari melalui pancaran sinarnya."
"Bagus, segeralah lakukan, biar kita sama-sama mendengar komentar dari mereka."
Dewa Bayu segera mengerahkan kekuatannya, maka dalam sekejap saja sudah bermunculan banyak Dewa yang sangat berpengaruh di jagat ini, antara lain: Dewa Matahari, Dewa Indra, Dewa Api, Dewa Laut, Dewa Dharma (kebaikan), Dewa Tanah, Dewa Hujan, dan tak ketinggalan Dewa Humor serta Dewa Maya (Dewanya jagat maya) serta seratusan Dewa yang lain. Akibat berkumpulnya ratusan Dewa ini membuat Dewa Wisnu (Kepribadian Tuhan) tertarik dan ingin tahu apa persoalannya. Iapun mengintip dan menguping pertemuan itu dari atas. Go Kong yang lebih pandai berbicara daripada Pat Kay segera menjelaskan maksud undangannya tersebut dan segera saja para Dewa itu memaklumi kekesalan Pat Kay.
Dewa Api yang berangasan dan mudah panas hatinya segera berkomentar:
"Memang sungguh keterlaluan para polisi itu, saya siap membantumu melabrak mereka, Pat Kay!" Seruan ini disetujui oleh banyak Dewa yang lain sehingga tempat tersebut menjadi gaduh sekali. Dewa Dharma segera menengahi suara gaduh tersebut.
"Saudara-saudara, tolong dengar dulu pendapat saya! Harap tenang dulu!" Semua berhenti gaduh dan mendengarkan pendapat Dewa Dharma. Suara Dewa Dharma sangat berwibawa dan mantap.