Di ujung turunan terpampang pemandangan yang sudah sangat lama tak pernah saya saksikan. Sungai lebar dengan air yang mengalir di sela-sela bebatuan. Gemericik air yang mengalir terdengar berbisik lirih, bahkan seperti tak terdengar. Teringat masa kecil di kampung, rame-rame bocah kampong telanjang bulat melompat dari pinggiran bukit salto lalu menghujam ke dalam sungai. Pengalaman yang pastinya takkan mungkin terulang. Beberapa orang sudah menuntun sepeda berusaha menyebrangi sungai sambil beberapa kali singgah tuk pepotoan selfie maupun welfie. Sebenarnya ada yang nyelutuk kalau di sebelah sungai atas ada penyebrangan sampan yang bisa membawa sepeda menyeberang. Mmm... Kayaknya om Boni paham kalo peserta gobar semuanya lelaki tangguh yang suka petualangan dan tantangan. Mantaaaap…! Ternyata sungai ini tak seindah penampakannya. Batu-batunya licin oleh lumut karena air yang terpolusi membuat kami harus copot alas kaki dan berhati-hati tuk menyeberang. Tak ada seekor ikanpun yang terlihat., kesannya jadi tak baik. Ini bertambah ketika sungai ini menelan korban. Pak Asep sahabat MAG dari Cileungsi terpeleset dan harus kehilangan salah satu sepatunya. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik, aamiin.