Gobar MAG Cibubur-Goa Silandak-Sodong
Reportase by Sirun Muyassirun
Petualangan gobar MAG (Muslim Adventure Group) kali ini kembali menyisir area Bogor dengan rute Cibubur menuju Sodong dengan tujuan Goa Silandak. Rute ini sedikit mengingatkan kami pada petualangan ajib MAG dengan beberapa tragedi di Cioray karena lokasi yang sama-sama sekitaran Klapa Nunggal. Sempat juga membuat kuatir. Namun tempaan kawah candradimuka gunung cioray ternyata telah membuat nyali para alumni setegar karang, tak gentar dan siap melibas segala medan. Lanjuuut…. Marshal trip lagi-lagi dipercayakan kepada suhu Boni Sibon, yang katanya mendapatkan info track dari explorer legendaris om Eko Siswanto. Info marshal yang menegaskan kalau rute kali ini tak ada setengahnya Cioray membuat peserta gobar sumringah tersenyum lebar, pede dan tampak sedikit pongah. Berbekal sarapan bubur ayam langganan pak Anto selaku tuan rumah tikum, semua peserta tampak siap tempur. Oh ia, gobar ini dimeriahkan oleh bebrapa bintang tamu diantaranya Om Fatur (Depok), Om Tribudi (GP), om Goest Rist (FR) dan sahabat MAG lainnya. Ini sudah menjadi kebijakan admin om Adhany yang diaminkan seluruh anggota MAG untuk selalu mengundang bintang tamu di setiap event gobar. Tak lain dan tak bukan untuk menjalin tali silaturohim serta memperluas persahabatan. Total rombongan 30 orang. Lumayaan…
Masih menunggu...
Masih menunggu sambil nyabu (nyarap bubur)
Tepat jam 8 lebih dikit, setelah semua peserta tiba dan siap, kamipun segera meluncur memulai perjalanan melalui pintu belakang Legenda Wisata. Rombongan singgah sebentar di AlfaMidi tuk membeli beberapa perbekalan, lanjut menyebrangi jalan Raya Cikuda, lalu meluncur ke arah pemukiman penduduk Wanaherang. Jalan mulus beraspal hingga beberapa ratus meter lalu kami berbelok ke jalan tanah setapak di sela-sela rumah penduduk. Rumah-rumah berjarak-jarak dan tidaklah padat layaknya di Jakarta. Banyak lahan kosong kiri dan kanannya. Kebun, tanah lapang rerumputan, semak belukar serta hutan bambu kami lalui.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Selepas blusukan di antara rumah-rumah warga, rombongan lalu tiba di tanah lapang luas dengan rumput belukar tinggi tak terawat. Kami melewati tower sutet tinggi menjulang dengan kabel-kabel yang melengkung terhubung entah kemana. Di sebelah kanan jalan ternyata tempat pembuangan sampah limbah plastik yang menggunung. Di sekitarnya berdiri beberapa gubuk-gubuk kayu seadanya yang beberapa di antaranya sudah mulai doyong. Kami menyapa pamit pada beberapa bapak-bapak pemulung saat melintas. Bau sampahnya tidak tercium menyengat, namun jelas udaranya tak segar sama sekali. Ayunan pedal sedikit dipercepat. Tak ada kata gowes-santai tuk menikmati pemandangan sekitar. Yang ada semua serius ngacir berusaha untuk segera mendapatkan udara segar. Saking seriusnya kami tak sadar ternyata om admin, ustad Daniel dan 3 lainnya tertinggal di belakang. Om Adi langsung tanggap balik arah menjemput menghilang di antara gundukan sampah. Tak lama berselang, mereka tiba.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Perjalanan lanjut dengan rute jalan kecil di antara rerumputan tinggi. Jalan tanah berbatu menurun lengkap dengan asesoris tokai di sana sini. Dari bentuk, tekstur dan baunya, dapat ditebak itu milik sapi betina, hehe. Nah, di depan mata kepala saya, dengan lihai om Faisal melibas sang tokai tanpa ragu, membelahnya menjadi dua. Sedaaap…! Di belakang, pak Anto yang juga menjadi saksi hidup memutuskan TTB melewati tuh tokai, lalu kembali menunggangi “le Brons-nya”, meluncur deras ke bawah. Kemudian diikuti om Raafi dan ustad Daniel dan saya.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Di ujung turunan terpampang pemandangan yang sudah sangat lama tak pernah saya saksikan. Sungai lebar dengan air yang mengalir di sela-sela bebatuan. Gemericik air yang mengalir terdengar berbisik lirih, bahkan seperti tak terdengar. Teringat masa kecil di kampung, rame-rame bocah kampong telanjang bulat melompat dari pinggiran bukit salto lalu menghujam ke dalam sungai. Pengalaman yang pastinya takkan mungkin terulang. Beberapa orang sudah menuntun sepeda berusaha menyebrangi sungai sambil beberapa kali singgah tuk pepotoan selfie maupun welfie. Sebenarnya ada yang nyelutuk kalau di sebelah sungai atas ada penyebrangan sampan yang bisa membawa sepeda menyeberang. Mmm... Kayaknya om Boni paham kalo peserta gobar semuanya lelaki tangguh yang suka petualangan dan tantangan. Mantaaaap…! Ternyata sungai ini tak seindah penampakannya. Batu-batunya licin oleh lumut karena air yang terpolusi membuat kami harus copot alas kaki dan berhati-hati tuk menyeberang. Tak ada seekor ikanpun yang terlihat., kesannya jadi tak baik. Ini bertambah ketika sungai ini menelan korban. Pak Asep sahabat MAG dari Cileungsi terpeleset dan harus kehilangan salah satu sepatunya. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik, aamiin.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Di seberang sungai kami berkumpul, cuci kaki dan kembali memakai alas kaki sambil beristirahat. Sebagian menginterogasi pak Asep mengorek keterangan bagaimana sampai insiden kehilangan sepatu tadi bisa terjadi. Karena beliau merasa tak pantas kalau harus bersendal jepit meneruskan perjalanan, akhirnya beliau bersama 2 lainnya rombongan dari Cileungsi memutuskan untuk tidak ikut meneruskan perjalanan. Sangat kami sayangkan, tapi mungkin itu lebih baik dan aman bagi beliau.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Selepas sungai, kami langsung disapa tanjakan pertama di antara pinggiran sungai dan kebun. Tak seberapa sih, tapi ternyata om Roni jadi korban. Rantai sepeda putus karena shifting yang telat dan sepeda dipaksa ngeden. Om Desnial, yang sudah pengalaman putus rantai dan telah merasakan bagaimana sakitnya diputuskan (hehe…), merasa terpanggil dan langsung membantu. Karena kebetulan saya membawa tools, sayapun ikut membantu dan alhamdulillah kami berhasil.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Perjalanan kembali mengarah ke selatan melintasi jalan Raya Narogong masuk ke jalan Cagak lalu belok kanan melewati rumah-rumah penduduk. Berbelok ke kiri arah pemakanan umum kemudian balik arah lagi. Teryata om marshal salah jalan. Kirain mau ngajak mampir yasinan atau nyekar, tapi kok sabtu dan siang bolong pulak? hehe…
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Ternyata jalanan tembus di jalan Raya Klapanunggal, 200 meter kemudian berbelok ke Barat arah Kembang Kuning. Beberapa belokan tiba-tiba kami sudah tiba di jalan aspal lebar yang panjang dan berdebu dengan latar belakang gunung kapur. Kemudian berbelok memasuki perumahan Cluster Modesta yang dibelakangnya terbentang luas sawah dan rerumputan serta gunung batu kapur.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Kami sempat singgah di sebuah gua di bukit batu pertama yang kami lewati untuk foto keluarga. Beberapa nak SMP yang nongkrong di sekitar goa bergeser memberi ruang. Sekalian aja seorang dari mereka kami minta untuk memfoto biar semua peserta bisa narsis. Begitu lanjut, kami dihadang gerombolan puluhan sapi yang menguasai jalan. Ternyata di ada goweser yang panik langsung menepi. Mungkin takut diseruduk, hehe. Tapi ada juga yang berhenti ditengah di antara sapi-sapi dan minta difoto bareng. Mungkin baru kali itu liat sapi, hahaha…
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Di pinggiran gunung batu ada kolam air menggenang hitam yang baunya sangat menusuk seolah-olah mau merontokkan bulu hidung. Meneruskan penyusuran pinggiran gunung batu, kami melewati komplek perumahan kecil sederhana yang mana sebagian tampak rusak dan tak berpenghuni. Di ujung perumahan ada semacam gudang tak terurus tempat kami grouping dan melepas lelah. Di sini om Fatur sempat mengganti ban dalam belakang yang bermasalah.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Sepeda-sepeda kembali menggelinding memasuki kaki gunung lebih jauh. Di persimpangan jalan kami berhenti untuk grouping kembali. Kebetulan ada seorang bapak penduduk lokal bermotor yang berhenti di situ. Seseorang tiba-tiba nyelutuk “mmm… ada bau duren nih”. Yang lain nimpali “halusinasi!”. Tapi ternyata beneran bapak tadi membawa sekarung duren di motornya. Beliau menawarkan kepada kami dengan harga seratus ribu. Kami bersorak dalam hati dan membayangkan makan sekarung duren hanya dengan duit cepek. Tapi semua diam seribu bahasa setelah tahu bapak tadi menjelaskan kalau itu harga perbuah. What…!!! Dikira kita gak tau harga duren???
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Semua lalu mlengos mengikuti marshal yang memutuskan mengambil jalan kanan yang menanjak lumayan panjang. Beberapa menyayangkan karena jalan kiri adalah turunan yang begitu menggoda. Alhamdulillah semua taat pada amir perjalanan dan tak ada satupun yang khoroja minal jamaah. Tanjakan batu kapur itu ternyata lumayan panjang dan menguras tenaga. Paru-paru yang sedari tadi bisa dikatakan normal tiba-tiba berpacu dengan degup jantung yang semakin cepat. Keringat mengimbangi panas yang mulai terasa terik. Tiba di akhir tanjakan, semua tampak ngos-ngosan. Termasuk yang memutuskan untuk TTB. Kirain alumni Cioray akan melibas tanjakan dengan mudah. Ternyata ada yang gagal juga. Tentu saya takkan menyebut namanya di sini. Biar foto yang berbicara. Upss….! Karena view yang indah, tentu kami tak lupa foto bareng sebelum meneruskan perjalanan.
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
???????????????????????????????
Traveling berlanjut. Terhitung beberapa kali rombongan terhenti lagi. Saat singgah di warung samping masjid kecil, saat memetik rambutan penduduk, saat menunggu om Arie yang kebablasan menikmati turunan setapak mulus menuju permandian Sodong dan di persimpangan sambil grouping menunggu komando marshal jalan mana yang akan di tempuh. Tak ada tanjakan yang berarti kami lalui hingga akhirnya kami sampai di Goa Silandak. Mungkin goa ini dulu di huni keluarga landak sehingga dinamai Silandak. Atau mungkin dulu penjajah “Belandak” pernah lari bersembunyi di sini menghindari pasukan gerilya NKRI. Hehe… maksa banget ya. Di samping goa, semua perserta duduk santai di antara rindangnya pepohonan kaki gunung. Semua menghadap sisi samping goa di mana ustadz Daniel duduk bersila. Om Amril bersiap-siap dengan tabletnya. “Satu, duaa… tiga…!” Ustadz Daniel membuka tausiahnya. Sudah menjadi ciri khas MAG, dimana di setiap kesempatan gobar atau kumpul-kumpul selalu diadakan tausiah singkat agar kebersamaan kami tidak hanya sekedar haha-hihi, tapi selalu ada waktu untuk muhasabah dan bertafakkur. Inilah yang menjadi pembeda dan ternyata menjadi daya tarik MAG. Jazahumullohu khoiron…
Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal. Sepeda ustadz mengalami masalah. Titus el Guapo berwarna gold itu berubah menjadi fixie. Sproketnya macet seperti terkunci sehingga saat berjalan pedalnya terus terputar tidak bisa berhenti. Jadilah ustad seperti bermain sirkus saat mengangkat kedua kaki ke frame sementara sepedanya terus menggelinding. Hehe…
Kami kemudian memasuki areal persawahan yang sangat luas. Sejauh mata memandang terhampar sawah hijau segar berpetak-petak. Buah padi yang masih hijau seperti melambai-lambai tertiup angin sepoi-sepoi. Kamipun berhenti di saung kecil di tengah sawah yang secara kebetulan ada penjual bakso nyasar melintas. Alhamdulillaah. Bisa ditebak, beberapa langsung ngeroyok abang bakso sementara yang lain jeprat-jepret mengabadikan spot langka yang sangat oke untuk dijadikan tempat foto prewed. Tak lupa kami foto keluarga.
Entah siapa yang memulai, tiba-tiba lelucon untuk mengkudeta admin MAG muncul. Dan yang digadang-gadang sebai penggantinya, tak lain dan tak bukan adalah marshal keren om Boni Sibon. Walau sekedar lelucon, ini bisa menjadi bahaya laten yang harus ditindak. Om Boni dan om Adhany pun tampak mojok di pematang melakukan negosiasi. Walau proses tampak berjalan alot, semangkok bakso bagi masing-masing tampaknya menjadi mediasi yang manjur. Akhirnya mereka mencapai kata sepakat dengan keputusan om Adhany tetap menjadi admin MAG selama hayat dikandung badan, hingga waktu yang tidak ditentukan. [dramatisasi:off] Hahaha…
Indahnya persawahan ini ternyata juga memakan dua korban. Om Fachrul Pranoto terpeleset di pematang selepas jembatan kayu kecil, sementara om Faisal Cihuy nyungsep di sawah. Tahukan bedanya terpeleset dan nyungsep? Saya sendiri tak melihat kejadiannya. Yang jelas separuh badan om Faisal hitam penuh lumpur sawah. Diapun terpaksa numpang di rumah penduduk tuk siram-siram. Karena merasa kurang bersih, diapun berhenti di tempat cuci steam mobil dan motor untuk minta di-steam sekalian. Sepeda sekaligus orangnya, hehe…
Tiba di jalan raya Narogong, kami singgah untuk sholat dzuhur sekaligus makan siang. Hujan rintik-rintik turun mengiringi jalan kami pulang. Om Boni memutuskan untuk mengambil jalan onroad melewati Waterland, Mekar Sari, Radio Rodja 765am, flyover alternatif Cibubur, hingga akhirnya masuk ke Legenda Wisata ke rumah pak Anto. Alhamdulillaah… Overall perjalanan berjalan lancer, selamat tanpa hambatan yang berarti. Jazakumullohu khoiron kepada: om Dhany admin MAG yang mengatur acara gobar. Pak Anto yang kembali membuka pintu rumah untuk menjamu peserta gobar. Om Boni yang memimpin rombongan walau kurang sehat. Oh iya, karena sedang flu atau radang, suara om Boni saat itu seksi banget loh. Kalau pernah dengar Evi Tamala,suaranya mirip itu. Tapi yang versi cowoknya :) Ustadz Abu Fateema Ahmad Danield yang setia menasehati dan membimbing kami Sahabat MAG yang turut meramaikan acara gobar ini Sampai jumpa di lain kesempatan. Wassalamu alaikum warohmatullohi wa barokatuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya