(1)
kesepian adalah ranting kering yang ditinggalkan daun-daunnyaÂ
pasrah; dipunguti pencari kayu bakar
menjadi abu atau arang
sama menderitanya
(2)
sepi adalah lorong waktu menuju pintu-pintu kenangan dan bayangan masa depan.
kuketuk satu pintu yang hanya ada kamu, saat kesepian
(3)
siang terlalu ramai bagi seorang yang mencintai kesunyian
dan hanya pada malam juga bening matamu dapat kutemui kedamaian utuh, kekasih.
(4)
aku membaca kesedihan tanpa kata;
sepi yang terperangkap di bening matamu.
(5)
mengapa mengaduh saat sepi?
bukankah sepi itu obat ketika penat?
pun sebagai penuntun arah kala mencari sejatinya diri.
merenunglah ....
(6)
biar kupunguti sendiri kepingan sepi ini, kekasihÂ
karena bagiku, sepi adalah keramaian hati;
bermain-main dengan rindu sunyiku menjadi gaduh!
(7)
dalam lingkar sunyi
wajah-wajah riang hanya ada dalam bayangan berlarian ke sana-kemari menghibur hati
sementara malam-malamku (tanpamu) tetaplah sepi.
(8)
dalam sepi kerinduanÂ
bintang jatuh tak membawa serta keajaiban!
aku, tetaplah pungguk yang merindukan bulan
(9)
sepi membumbung tinggi hingga menyentuh langit hati, sementara cuaca dingin masih setia mengelus jemariku yang mulai kaku;
lelah menggenggam rindu.
(10)
sungguh sadis sepi ini, kekasih.
dari empat penjuru alam
bayang senyummu menjelma pisau belati yang merobek ulu hati.
sial!
(11)
aku tenggelam
pada sunyi yang sebening embun, sepi sehangat kuntum.
sebahagia Qais Laila---aku kembara dituntun cinta.
(12)
menyendiri, namun tak sendiri.Â
menyepi, namun tak sepi.Â
aku sedang menyelami aku;
bercumbu rayu dalam luasÂ
samudra kalbu.
-----0-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H