Sebagai bagian dari kerja bersama kelompok Horas Jaya juga selalu membangun kolaborasi dengan semua pihak. Tentu upaya ini juga sangat disambut baik oleh bu Riama sebagai ketua Kelompok. Tahun 2021 desa dimana dia tinggal bersinergi dalam Program Kampung Iklim (Proklim) yang diselenggarakan oleh KLHK. Proklim dinilai dari keaktifan anggota, konsep pertanian ramah iklim, penggunaan pupuk organik sebagai input yang ramah. Walau belum menang di tingkat nasional, kelompok ini mendapat sertifikat di tingkat Kabupaten Simalungun dengan peringkat 2.
Kelompok ini juga sering difasilitasi training oleh Dinas Lingkungan Hidup tentang ecoenzym, pembuatan magot, dengan LSM BITRA Indonesia tentang pemasaran produk organik dan pemerintah desa dengan program pengembangan kapasitas kelompok tani perempuan.
Mengembangkan Lahan Sayur OrganikÂ
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga terutama uang tunai untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah. Di sebagian lahan miliknya bu Riama menanam berbagai jenis sayur organik seperti bayam, sawi, kangkung dan lain-lain. Ibu ini dibantu anaknya memasarkan sayur organiknya baik secara offline dan online yang bisa dilihat di link facebooknya FB. Kwt Horas Jaya. Sayur dengan budidaya organik tentu ramah iklim karena tidak lagi menggunakan pupuk kimia sintesis seperti urea yang berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfir. Penggunaan limbah yang berasal dari bahan lokal seperti limbah pertanian, limbah ternak dan limbah rumah tangga diaplikasikan ke lahan sayur.
Pengakuan dari konsumen menyatakan produk sayur organik bu Riama renyah, lembut dan enak. Dan secara lingkungan juga sangat bagus bagi kesehatan air, udara dan tanah di sekelilingnya.
Penanaman dan Perawatan PohonÂ
Lahan pertanian bu Riama bukan hanya berisi tanaman muda. Ibu Riama tetap mempertahankan beberapa bagian lahannya sebagai lahan liar yang berisi tanaman keras seperti durian, jengkol, bambu dan tanaman kayu lainnya. Tanaman ini berfungsi bagi menjaga lokasi lahannya yang tetap asri dan terjaga. Di sisi yang lain, masih ditemukan pohon-pohon bambu yang tumbuh dengan baik dan sangat bermanfaat bagi pengikat tanah dan juga kebutuhan rumah dan bahan bangunan ramah iklim.
Upaya menanam pohon dan merawat adalah tradisi yang diturunkan oleh orangtuanya.Dan sampai sekarang masih diteruskannya, baik secara sendiri maupun jika ada kerjasama dengan pihak lain. Bahkan dua tahun terakhir ini ibu sebagai ketua kelompok dengan anggota sekitar 25 orang ini bekerjasama dengan BITRA Indonesia, Dinas Lingkungan Hidup dan Pemerintah Desa melakukan penanaman (sumber FB. Berliana Fruits) Â berbagai tanaman buah di area lahan pertaniannya.
Begitulah sosok perempuan sederhana ini menjalani hari-harinya. Sebagai petani perempuan. Untuk keluarganya, lingkungannya dan masa depan kita semua.
Horas dari Sumatera Utara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H