Mohon tunggu...
Berliana Siregar
Berliana Siregar Mohon Tunggu... Penulis - Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Do your job Pikirkan hal-hal ringan @@##Kreatiflah@!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lampu Redup yang Tertinggal

8 Desember 2023   15:08 Diperbarui: 8 Desember 2023   15:25 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Walau tidak begitu harmonis dengan mertuanya. Ingin rasanya sekali merawat. Teringat ibunya yang sudah lama pergi. Ketika dia remaja. 

***

Rumah sakit berwarna krem teduh. Sore yang mendung, nampak pengunjung sedang santai. Pertukaran shift kali ini tidak seperti biasa. Tidak tergesa. Pasien juga kebanyakan tidur pulas. Rumah sakit ini berada tepat di ujung SImpang Limun. Suasana Desember membuat beberapa sudut ruangan semarak. Ada pohon natal kecil hijau dan merah .

Mak Nanta duduk seraya mengganti pembalut yang sudah penuh. Berbau busuk, aroma sangat tak enak. Mau muntah. 

Ruangan yang sempit dengan hanya ada tempat tidur, satu kursi dan lemari kecil membuat sesak dadanya. Tiga hari ke depan, dia akan merawat mertuanya. Iparnya sudah pulang ke rumah. Keluarga sepakat  bergantian menjaga perempuan sepuh yang hampir sudah tak sadar diri ini.

Selang bantu pernafasan dua puluh empat jam. Warna hijau muda persis sama dengan infus di lengannya yang membengkak.

Sanggupkah Mak Nanta berada di rumah sakit ini? Dalam waktu tujuh puluh dua jam. Aroma obat , uap dari kamar mandi dan karbol pembersih. Bau-bau tak sedap hampir membuatnya pingsan.

Belum lagi malam horor. Saat lorong kamar-kamar sepi. Entah kemana perawat pergi. Saat dinihari infus sudah habis. Tombol pemanggil perawat tak berfungsi. 

Ini masih tiga jam pertama. Dengkuran sangat halus. Disertai batuk dan dahak terus-menerus.

***

Bahkan suaminya tak hadir. Panggilan berkali-kali tak ada jawaban. Mak Nanta akan meninggalkan perempuan ini. Mengendarai mobil Avanza miliknya yang diparkir tidak jauh dari ruang IGD. Singgah di kedai kopi langganannya. Untuk memesan roti dengan toping ikan tuna. Tak perlu dioven lagi. Ikan tuna dalam roti segitiga itu terlalu menggoda untuk langsung disantap. Bukannya kembali ke rumah sakit, Mak Nanta melaju terus ke arah Utara. Melewati toko-toko waralaba yang kini menjamur di kota Medan. Berbelok terus ke kiri, jalan besar ditumbuhi pohon rindang. Rumah sakit dengan lampu-lampu redupnya tertinggal jauh. Akhirnya tiba di rumahnya yang nyaman. Tidak terlalu besar. Bantal gulingnya wangi. Selimutnya tipis dan sangat hangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun