Kring.................kring.....................beberapa nada dering di November menjadi kesukaan terbesar.
Aroma-aroma libur, travelling dan rindu akan kampung halaman menjadi topik ngangenin.
Telah terjadi beberapa kali video call
***
Kak Pelita, si bidan berhati baik sudah jauh-jauh hari berkirim kabar.
Mobil innova terbaru yang sarat dengan salak, buah alpokat, berbagai minuman alkohol dosis rendah sudah pasti memenuhi keluarga besar dengan anak lima ini.
Sebagai menantu kesayangan, kak Pelita berhati sendu ini akan selalu melewati malam tahun baruan di rumah mertua.Â
"Selebihnya bebas," gelak tawanya kadang diiringi titik air sedih atau bahagia di pelupuk mata, pastinya  tidak tau.
Artinya, jumlah melepas rindu dengan keluarga diatas tanggal satu Januari.
Dia memiliki tujuh Saudari.Â
Delapan kepribadian, delapan versi keluarga dan kondisi pekerjaan serta status sosial sulit mencari tanggal tepat untuk spot terbaik. Bertemu di desa Casinder. Sebuah desa dimana delapan saudari ini lahir, besar dan mengalami berbagai proses hidup selama ini.
Sebuah desa yang dipenuhi dengan aneka ragam tanaman yang subur di daerah sejuk. Ada kopi, berbagai macam buah-buahaan, sawah-sawah sengkedan yang harmoni alam. Desa ini juga sudah terkena korporasi industri tanaman sejak jaman Belanda hingga jaman reformasi saat ini. Tanah yang dulu pernah ditanamai pohon teh, coklat, dan saat ini kelapa sawit.
Belum lagi desa ini telah melahirkan dan membesarkan orang-orang hingga empat generasi dengan karakter yang dikenal oleh delapan saudari ini. Profil ini akan menjadi topik perbincangan menrik. Tentang anggota DEPEER puluhan tahun dari desa ini. Atau seorang perempuan sedikit kurang waras bernama Kandi. Dengan banyak cerita di dalamnya. Atau tentang keluarga-keluarga yang lucu, yang prihatin atau bahkan keluarga menonjol karena ekonominya.
Sungguh sebuah proses evolusi puluhan tahun telah membingkai keinginan untuk berkunjung di akhir tahun ini.
***
Video call memunculkan wajah-wajah antusiasme. Keluarga yang tergolong super komunikatif tinggal di kota Medan. Saudari dengan pangkat urutan enam ini paling banyak ide briliant.Â
Merangkai rute menakjubkan.Â
"Kita akan memulai perjalanan dari Simp. Adam Malik."
"Makan siang terbaik dengan babi panggang terenak di kota Medan."
"Tesalonika?" bertanya saudari nomor dua.Â
Rumah makan ini sudah terkenal seantero Indonesia saat berkunjung ke Medan.
Saudari enam menjelaskan bahwa ini rumah makan baru dengan lemak minyak daging renyah super lezat
Akan ada perjalanan berbelok. Kita mulai dari Berastagi dengan keelokan wisata. Jalan memutar, sebelumnya melewati Sungai Sembahe. Nanti akan dilanjut dengan makan siang di Cafe Wajik. Mendaki terus ke arah Tiga Panah, Tiga Lingga dan Merek dengan ladang sayurnya yang luas.Â
Perladangan tradisional hingga modern akan kita jumpai. Dengan skala gudang besar menampung buah jeruk berton-ton, kemudian warna orange wortel dikemas ciamik dalam karung dan keranjang besar.
Saudari enam menghela nafas sangkin semangatnya. Yang lain mendengar.
Terdengar seruputan kopi Menrabic Mencerahkan Hari dengan desain gelas kecil ditangannya. Di meja sudut, ada roti segitiga tuna dengan aroma baru saja dibakar.Â
"Lagi dimana dek?" Tiga saudari lainnya bertanya.
Saudari enam menjelaskan sedang di kantor dengan waktu yang sangat santai.Â
"Lagi banyak jam kosong. Proyek kami baru selesai. Jadi sedang santai edit dan revisi narasi dan budget untuk proyek tiga tahun lagi."
 Tujuh yang lain menghela nafas kecemburuan. Ini menjadi jam paling sibuk bagi mereka. Laporan akhir tahun. Penilaian performance birokrat negara. Bahkan menjadi  jadwal tersibuk dengan berbagai kunjungan assesor terkait standarisasi nasional.
Tentu video call tentang persiapan perjalanan natal dan tahun baru menjadi aroma menyenangkan dan membahagiakan di bawah tekanan bekerja di masing-masing kota.
Si nomor lima yang suka bernyanyi bersiul di bawah bendera perusahaan properti dimana dia bekerja. Bertemu mertua, kunjungan ke makam ayah ibu, berkunjung ke rumah saudari enam, tiga, empat akan menjadi agenda utama.Â
"Sudah delapan tahun saya tidak mengunjungi danau Toba." ada sendu dilapisi rindu.Â
"Arsik, nila bakar, mie gomak, mie bakmi, ombus-ombus, tipa-tipa, dali." Semua makanan itu dikenangnya.
"Jangan lupa kopi Samosir, Simalungun," yang lain menyahut.
"Tentu, bahkan aromanya sudah mulai terasa," senyum terkulum.
"Bahkan kolam-kolam renang masa kecil seperti Bah Sampuran, Manigom, Matio bahkan Rindam harus dijajal juga" terlalu banyak kenangan terekat sampai sekarang.Â
Ya...sebagai bagian dari meluruhkan lemak. Karena seyakin-yakinnya karbohidrat, lemak, bahkan kolesterol akan memenuhi tubuhnya yang singset saat perjalanan natal dan tahun baru nanti.
Kabar-kabar antara sedap dan khawatir juga bermunculan. Sedang musim durian di Simalungun. Ada toko roti ganda baru di Siantar. Tentu toping roti kelapa, selai manis dan coklat originalnya melambai-lambai untuk dinikmati.
Dan buah penambah selera petai dan jengkol sedang lebat-lebatnya di ladang Saudari dua.
***
Saudari enam  melanjutkan rute memunculkan Sidikalang, Sumbul, Singkil, dan berbelok kembali ke arah Merek, Sumbul, Tele, Dolok Sanggul, Bakara, Bakti Raja, Lontung dan titik spot kedua Muara. Kecamatan Muara dengan desa Silalitoruan adalah kunjungan utamanya.
"Makan siang terbaik di Dolok Sanggul. Dengan rendang kuda terenak." menjadi hal baru bagi kalian. Sela si Saudari enam. Kita akan melewat Bakara dan Bakti Raja, sebuah lanskap alam yang aduhai. Ada danau di kiri dengan sawah-sawah ciamik. Rumah Batak dengan arsitektur menggoda. Di sisi kanan, gunung hijau dan membiru. Lontung sebuah desa tepat di tepi danau bahkan beberapa dapurnya di bawah adalah air danau. Pohon mangga sedang musim dengan warna hijau kekuningan. Akan banyak dan berlimpah dari Lontung ke Muara. Buah beraroma segar dengan kandungan vitamin C yang sangat lengkap.
Saat Muara muncul, ada keheningan. Memori sedih dan kenangan berseliweran. Delapan saudari sudah membawa angan terbaik. Ucapan rindu di makan perempuan dan lelaki yang kini terbaring di bangunan semen yang dingin.Â
Orangtua yang telah pergi mendahului.Â
Bunga mawar, bunga ros dan beberapa bunga lokal akan dipetik diantara Berastagi dan Merek. Warna-warni hijau, kuning , merah dan putih memberikan semerbak wangi.Â
Begitu teduh, damai dan penuh doa.
Begitukah
***
Tergopoh saudari tiga sedang asyik menelpon anaknya. Sebuah beban dengan tiga anak kuliah di tiga kota di Indonesia.Â
"Tanggal berapa?" berulang-ulang dia bertanya.
Tanggal dua tujuh, tanggal dua, tanggal tiga puluh satu, tanggal tiga puluh.
Tak ada tanggal yang menyatu.
Cuti panjang si saudari properti tentu bebas sebebas-bebasnya.
"Saya sudah masuk kerja tanggal empat."
"Mana mungkin lagi bertemu di Casinder tanggal dua."
Si Saudari enam menjadi jujur. Proyek awal tahun membuat perusahaan tidak kasih cuti panjang di Januari 2024.
Baiklah, semua menjadi menggerutu. Si Saudari bontot yang tinggal di Riau sibuk menghitung tabungan liburannya yang sudah membengkak.
Tetapi masih khawatir soal jalan tol yang belum selesai. Punya mertua di daerah Kisaran membuatnya bahagia ketika cerita bahwa tol Medan-Kisaran dah dibuka.Â
"Tabungan ini harus menjadi digit nol."
"Bakso Amat, Mie Bakmi Pringgan, Ucok Durian, Rumah Makan Horas,"
"Tehaer belum cair, dah cukup ya biaya PP Riau Sumatera," ledek yang lain.Â
Senyumnya mengembang.Â
Si irit dan tidak suka ke mall membuatnya merencanakan liburan natal dan tahun baru secara sempurna.Â
Bahkan amplop-amplop berwarna-warni dengan kesesuaian orang dan jumlah sudah berderet rapi.
Amplop lain tentang bensin, jalan toll, konsumsi, parkir disusunnya di tas besarnya yang bermotif ulos.
"Kita mengunjungi kolam renang, sungai, laut dan danau juga kan?" tanyanya. Tentu memastikan semua perangkat kesana termasuk berbagai obat-obatan P3 K bagi sikecilnya yang sensitif.
Woi.............cerita tanggal dulu.
Si saudari empat mengingatkan.Â
Kapan bertemu di Casinder?
Semua diam.Â
Yang satu berkutat di tanggal masuk kerja 4 Januari. Yang lain takut dimarah mertua tidak beracara malam di tahun baru. Dan si saudari properti terserah-terserah.Â
Belum dapat....hingga suara tit...tit.....tit...........suara telepon hendak berhenti
Sebentar saya mau transfer uang anak kuliah, entah saudari ke berapa. Karena akhirnya sambungan telepon putus.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H