"Arsik, nila bakar, mie gomak, mie bakmi, ombus-ombus, tipa-tipa, dali." Semua makanan itu dikenangnya.
"Jangan lupa kopi Samosir, Simalungun," yang lain menyahut.
"Tentu, bahkan aromanya sudah mulai terasa," senyum terkulum.
"Bahkan kolam-kolam renang masa kecil seperti Bah Sampuran, Manigom, Matio bahkan Rindam harus dijajal juga" terlalu banyak kenangan terekat sampai sekarang.Â
Ya...sebagai bagian dari meluruhkan lemak. Karena seyakin-yakinnya karbohidrat, lemak, bahkan kolesterol akan memenuhi tubuhnya yang singset saat perjalanan natal dan tahun baru nanti.
Kabar-kabar antara sedap dan khawatir juga bermunculan. Sedang musim durian di Simalungun. Ada toko roti ganda baru di Siantar. Tentu toping roti kelapa, selai manis dan coklat originalnya melambai-lambai untuk dinikmati.
Dan buah penambah selera petai dan jengkol sedang lebat-lebatnya di ladang Saudari dua.
***
Saudari enam  melanjutkan rute memunculkan Sidikalang, Sumbul, Singkil, dan berbelok kembali ke arah Merek, Sumbul, Tele, Dolok Sanggul, Bakara, Bakti Raja, Lontung dan titik spot kedua Muara. Kecamatan Muara dengan desa Silalitoruan adalah kunjungan utamanya.
"Makan siang terbaik di Dolok Sanggul. Dengan rendang kuda terenak." menjadi hal baru bagi kalian. Sela si Saudari enam. Kita akan melewat Bakara dan Bakti Raja, sebuah lanskap alam yang aduhai. Ada danau di kiri dengan sawah-sawah ciamik. Rumah Batak dengan arsitektur menggoda. Di sisi kanan, gunung hijau dan membiru. Lontung sebuah desa tepat di tepi danau bahkan beberapa dapurnya di bawah adalah air danau. Pohon mangga sedang musim dengan warna hijau kekuningan. Akan banyak dan berlimpah dari Lontung ke Muara. Buah beraroma segar dengan kandungan vitamin C yang sangat lengkap.
Saat Muara muncul, ada keheningan. Memori sedih dan kenangan berseliweran. Delapan saudari sudah membawa angan terbaik. Ucapan rindu di makan perempuan dan lelaki yang kini terbaring di bangunan semen yang dingin.Â