Kalau kita sederhanakan komentar kontra di atas, ada komentar tokoh yang mengatakan BPIP dibubarkan saja, karena tidak peka di tengah Covid, ada yang bilang dibubarkan saja kalau sudah tidak ada manfaatnya?
Ada yang bilang tema ini, Islamofobia, justru kurasa si kawan kita itulah yang berlebihan fobia terhadap BPIP, mungkin ya?
Ada yang berupaya memberikan usul tema! Ahai, memang dia bisa menulis artikel ilmiah gak? Ahai! Dikiranya, orang yang buat tema di BPIP tanpa pertimbangan ilmiah? Padahal yang di BPIP aku rasa lebih banyak menulis ilmiah daripada mereka yang sekadar sarankan usul dan usung tema lain.
Tanggapan yang lain, katanya BPIP mengidap skizofrenia. Apakah dia psikolog? Kadang kita lumrah menuduh orang lain skizofrenia padahal kita sendirilah yang begitu. Menyelami pikiran dan perasaan orang lain secara autobiografis merupakan ilunisasi maniak, berlebihan?
Ada pun pihak yang pro, tampaknya mereka sudah terbiasa dengan perbedaan dan menerima keragaman bahkan keganjilan sesuatu yang masih dapat didialogkan dan diskusikan.
Di negara seperti Amerika Serikat, Anda berpendapat aneh, ganjil di luar pendapat umum, tidak akan menjadi urusan umu asal masih pribadi. Misalnya, Obama dulu pro-aborsi dan LGBT? Malah, mereka buka Fakultas/Jurusan/Program studi di universitas terkait itu menjadi kajian ilmiah.
Mungkin kita sebagian di Indonesia, kalau ada yang begitu atau berbeda pendapat dengan pendapat umum, ada oknum yang main ancam bunuh atau usir? Atau setidaknya debat kusir hingga kursi melayang? Padahal, kita perlu lebih dewasa menghadapi keanehan yang terjadi dalam demokrasi. Bukan main bubarkan atau usir?
Pandangan Saya
Saya sendiri termasuk bagian dari yang pro atau merasa tema lomba artikel tersebut relevan dan penting buat bangsa Indonesia kini. Karena kita perlu mengakui masih ada orang atau kelompok yang beranggapan hormat bendera dan menyanyikan lagu Indonesia raya itu hukumnya: haram bahkan syirik?
Sebagai guru di tingkat menengah, saya mengetahui ada beberapa remaja yang sangat anti pemerintah dari ucapan dan komentarnya. Bahkan saya pernah mengajar pada SMA Islam Terpadu, beberapa pertanyaan siswa membuat saya kaget, karena mereka mempertanyakan hukum hormat bendera kepada saya? Padahal saya guru bahasa Arab waktu itu. Cuma karena saya mengerti kebanyak pengelola sekolah waktu itu ada afiliasinya dengan partai dan organisasi tertentu sehingga saya menduga barangkali asal muasal pertanyaan itu karena mentoring dari partai/organisasi tersebut.
Dari pertanyaan beberapa oknum "pelajar Islam" aku tahu maksud mereka, sebenarnya mereka tidak mau menghormati bendera karena mereka anggap haram dan bahkan syirik.