Ustadz Adi Hidayat menilai tema yang diperlombakan, dari struktur penyusunan tema, tidak memenuhi struktur berpikir yang sempurna. (https://nasional.sindonews.com).
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Toto Izul Fatah, kata mereka: Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) telah kehilangan arah yang akut dan cenderung mengidap skizofrenia, sejenis gangguan jiwa dalam proses berpikir terbelah yang halusinatif dan paranoia, dalam merespon isu-isu besar nasional. (https://akurat.co).
Komentar Pro
Komentar tokoh di Indonesia, di antaranya:
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud menganggap biasa lomba penulisan artikel BPIP itu tanpa tendensi tertentu karena disesuaikan dengan Hari Santri dan menjelang 17 Agustus.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, Antonius Benny Susetyo mengatakan pilihan tema tersebut menyesuaikan dengan konteks Hari Santri. BPIP melihat pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam menyikapi cinta tanah air.
Mahfud MD kritik itu anggap vitamin, agak netral.
Prof. Dr. H. Wawan Wahyudin, M.Pd resmi menjadi Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH), mendukung tema lomba artikel itu.
Pengikut tarekat Sunan Anbia dan anggota Majelis Ayat Kursi Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA. Ph.D. selalu mendoakan pintu ilmu, rezki, kursi, dan turunan hingga masuk istana negara, bagaian dari pemerintahan, bukan anti- pemerintah.
Perbandingan
Belum lagi kita perhitungkan yang pro-kontra di media sosial atau orang per orang. Dalam persepsi saya sebagaimana saya petik di atas, rasanya yang paling lantang menolak tema lomba adalah tergolong "minoritas" tapi mengatasnamakan diri sebagai atau memosisikan diri sebagai "mayoritas?" Atau menunjukkan diri seolah paling cinta tanah air Indonesia, seraya agak mengecilkan peran orang lain. Padahal, kita semua sama-sama berbuat atau sedang berupaya demi kemajuan bangsa Indonesia.