Karena, memberi dengan maksud mengharapkan balasan mengurangi ketulusan. Setidaknya, dapat membuat kecewa.
Dengan tulus memberi, pastilah Tuhan memberi dengan cara lain kepada pemberi. Sebagaimana juga halnya semesta, matahari, bulan, udara, hujan, pohon, dan sebagainya memancarkan sinar, semangat, udara, air, dan tempat teduh. Manusia lebih layak lagi untuk memberi, jangan hanya menggunakan atau bahkan merusaknya.
Saya ingin menutup ini dengan kisah seorang bijak. Seorang turis kehabisan uang di negara lain. Ia bertemu dengan seorang bijak dan berkata butuh uang untuk ongkos pulang ke negaranya. Si bijak memberikan uangnya, ketika si turis minta alamat si bijak bestari agar suatu waktu ia dapat mengembalikan duit itu. Si bijak menatapnya dengan penuh senyuman tulus seraya menjawab, "Gunakanlah dan tak perlu dikembalikan lagi!" Si turis kaget! Kok, bisa? Si bijak berkata, "Aku banyak menerima bantuan dari orang lain?"Sambil keduanya berpisah dan tak kunjung bertemu lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H