Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Harmonisnya Perpaduan Agama Samawi di Kota Tunis

7 Februari 2017   15:28 Diperbarui: 7 Februari 2017   18:53 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu toko yang menjual kerajinan tangan dan berbagai Kaligrafi dari penduduk lokal

Kisah ini dimulai pada tanggal 17 Desember 2010 di perdesaan bernama Sidi Bouzid, Tunisia. Mohamed Bouazizi berusia 26 tahun sedang bersiap-siap untuk menjual buah-buahan dan sayuran di kota itu. Setelah ayahnya meninggal karena serangan jantung saat ia berumur 10 tahun, Bouazizi otomatis menjadi ujung tombak keluarganya, apalagi paman Bouazizi yang dinikahi ibunya kemudian sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja.

Bouazizi harus mencukupi kebutuhan ibu dan enam saudara kandungnya. Bouazizi tidak pernah lulus dari universitas meskipun pendidikan tinggi merupakan salah satu impian bagi dirinya dan saudara-saudaranya. Bouazizi semenjak umur 10 tahun harus bekerja serabutan dan di masa remaja, ia harus merelakan impian untuk ke pendidikan tinggi agar bisa bekerja penuh waktu.

Kota Sidi Bouzid adalah kota dengan tingkat korupsi dan pengangguran tinggi di Tunisia. Setiap hari, Bouazizi harus menempuh 20 menit jalan kaki ke pusat Kota Sidi Bouzid untuk berjualan buah dan sayur agar ia bisa menghidupi ibu, paman adik-adiknya serta seorang kakak yang sedang menyelesaikan pendidikan di universitas.

Salah satu sudut Kota Tunis
Salah satu sudut Kota Tunis
Bouazizi menjual sayuran dan buah-buahan di atas gerobak yang ia buat sendiri. Meski demikian, Bouazizi tidak mempunyai izin dari pemerintah setempat untuk berjualan. Suatu ketika polisi ingin menyita gerobak dagangannya, akan tetapi Bouazizi menolak menyerahkannya karena ini adalah satu-satunya penghidupan yang bisa ia gunakan untuk keluarganya. Bouazizi menolak dan melawan perlakuan polisi tersebut sampai ia akhirnya ditampar oleh seorang polisi.

Marah dan kecewa atau perlakuan yang ia terima dari penguasa setempat, Bouazizi kemudian menuju gedung pemerintahan. Di depan gedung itu ia berbaring dan membakar diri sebagai bentuk protes atas perlakuan yang diterima dari penguasa setempat.

Tindakan putus asa yang ia lakukan akhirnya bergaung. Dari Kota Sidi Bouzid itulah protes kemudian menjalar sampai ke seluruh negeri. Lewat internet yang disebar di media sosial, protes bermunculan di kota-kota Tunisia. Protes itu berakibat mundurnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang kemudian melarikan diri keluar dari Tunisia.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dimulai dari sosok Mohamed Bouazizi di Kota Sidi Bouzid, protes ini kemudian menyebar ke Timur Tengah dan dikenal sebagai Arab Spring. 

Arab Spring atau yang dikenal sebagai demokrasi musim semi merupakan gelombang revolusioner baik dengan demontrasi kekerasan maupun tanpa kekerasan. Arab Spring juga menandai dimulainya gelombang protes, kerusuhan, kudeta dan perang sipil di Dunia Arab.

Beberapa negara yang terkena gelombang Arab Spring adalah; Tunisia dengan tumbangnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang berkuasa hampir 24 tahun. Mesir melengserkan Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Libya dengan berakhirnya kekuasaan Moammar Gadhafi selama 42 tahun. Negara lain yang sampai saat ini masih mengalami perang sipil yaitu Suriah dan Yaman.

Protes juga terjadi di beberapa negara seperti Algeria, Irak, Jordania, Kuwait, Maroko dan Oman.

dsc00819-589983e93f23bdab1b97da6b.jpg
dsc00819-589983e93f23bdab1b97da6b.jpg
Para demonstran menyerukan untuk menurunkan Rezim yang berkuasa saat itu. Ada yang berhasil seperti yang terjadi di Tunisia, Mesir dan Libya meski harus berdarah-darah. Ada juga yang mendapat reaksi keras dari pihak penguasa seperti perang sipil yang terjadi di Suriah sampai hari ini. Meski revolusi awal dan demontrasi memudar di tahun 2012, akan tetapi beberapa negara masih berdarah-darah.

Pada bulan Agustus 2011 setelah pecahnya perang saudara di Suriah, pemimpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi mendelegasikan misi ke Suriah dengan nama Jabhat an-Nuṣrah li-Ahli ash-Shām atau dikenal sebagai Front al-Nusra. Abu Bakr al-Baghdadi kemudian menggabungkan Front al-Nusrah dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Perang sipil di Suriah dan Irak serta pergolakan yang terjadi di timur tengah dan sebagian negara di Afrika Utara membawa perubahan bagi dunia. Gelombang imigran yang membanjiri Eropa membawa rasa tidak nyaman bagi penduduk Eropa yang bertahun-tahun merasakan kenyamanan di negaranya.

dsc00839-589983fb337b61871182b156.jpg
dsc00839-589983fb337b61871182b156.jpg
Gelombang teror juga ikut menghantui gerak-gerik penduduk Eropa ditambah rasa tidak suka dengan agama islam yang dipandang radikal dan konservatif. Tentu stigma ketidaksukaan, yang tidak mempunyai alasan logis, terhadap agama islam sudah dipupuk oleh media bahkan pemerintah barat semenjak serangan 911 terhadap gedung World Trade Center di New York yang kala itu langsung merilis foto-foto pelaku yang seluruhnya berwajah arab.

Imigran yang kabur dari negara-negara konflik di Timur Tengah menuju Eropa juga membawa budaya dan ideologinya masing-masing yang membuat orang lokal tidak nyaman. Salah satunya gelombang pelecehan seksual di Jerman dan berbagai teror berdarah di Perancis, Belgia dan Jerman. Orang Eropa kemudian tidak lagi berpikir rasional, mereka kemudian menjadi emosional.

Lambat laun dunia yang saya tinggali menjadi dunia yang emosional, bukan lagi berpikir jernih dan terpilah-pilah. Keputusan yang dibuat para warganya juga bukanlah sebuah keputusan rasional melainkan lebih emosional. Inggris contohnya memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa agar bisa mempunyai keleluasaan untuk menolak imigran yang datang kenegaranya. Sentimen anti imigran yang dibalut dengan anti muslim semakin kuat di negara Eropa.

Goulette Village Harbor
Goulette Village Harbor
Apa yang Tersisa dari Tunisia?

Saya berkunjung pertama kali ke Tunisia pada tahun 2009 sebelum Arab Spring di Kota Gabes. Kemudian kunjungan berikutnya di Kota Tunis pada tahun 2011 setelah Arab Spring. Tidak ada hal yang berbeda yang terjadi ketika saya berkunjung di Tunis. Masyarakat masih ramah dan mereka sangat mengenal orang Indonesia.

Hubungan Indonesia dan Tunisia sudah terjalin sejak tahun 1951. Pada tahun tersebut, Habib Bourguiba sendiri datang ke Indonesia untuk meminta dukungan bagi kemerdekaan Tunisia. Peran Indonesia saat itu jelas membantu rakyat Tunisia untuk memperoleh kemerdekaannya. Tunisia juga dilibatkan dalam Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 meski masih berstatus peninjau dari Afrika Utara karena masih dijajah oleh Perancis.

Pada tahun 1956, Tunisia memperoleh kemerdekaan dan pemerintah Tunisia memberikan penghargaan tertinggi, Wism Jumhuria dan Al Istihqaq Al Watani, kepada Mohammad Natsir dan Hamid Algadri selaku ketua dan sekretaris jenderal Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Afrika Utara.

Transisi politik yang terjadi di Tunisia setelah Arab Spring tidak sekeras yang terjadi di Suriah atau Libya. Tunisia sendiri setelah tahun 2010 mulai berbenah dan mulai mengembangkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk waktu itu. Tempat wisata di Kota Tunis kemudian diperbaiki dan semakin gencar berbagai promosi untuk mengenalkan kembali Tunisia.

Pada tahun 2011, Kota Tunis belum seramai saat ini. Meski Kota Tunis adalah kota terbesar sekaligus ibu kota Tunisia, ketika itu suasana Arab Spring masih terasa. Saat itu saya tidak bisa melihat dari dekat kediaman presiden Fouad Mebazaa, pengganti Presiden Zine El Abidine Ben Ali, karena penjagaan yang sangat ketat.

Acropolium of Carthage
Acropolium of Carthage
Meski suasana Arab Spring masih terasa di Tunis, tetapi kota ini adalah kota yang tenang. Saya sempat berkunjung ke salah satu tempat wisata bernama Acropolium of Carthage. Acropolium of Carthage dikenal juga sebagai Saint Louis Cathedral. Katedral ini merupakan peninggalan kuno Katedral Katolik Roma di Carthage.

Acropolium of Carthage ini terletak di puncak Byrsa Hill dan dekat dengan reruntuhan Punic. Katedral ini dibangun di atas reruntuhan sebuah kuil tua untuk Dewa Eshmun. Bangunan kuil ini masih bisa diakses lewat ruang bawah tanah katedral. Di sini saya menemukan banyak peninggalan dari Romawi Kuno baik dari gaya arsitektur katedral maupun berbagai patung dan reruntuhan di sekitar katedral.

Di tempat ini banyak juga ditemukan para penjual koin kuno yang berasal dari peninggalan Romawi Kuno. Akan tetapi ada baiknya untuk berhati-hati membeli karena banyak juga yang menjual koin tiruan yang mirip dengan aslinya.

Salah satu sisa peninggalan kuil untuk Dewa Eshmun di Acropolium of Carthage
Salah satu sisa peninggalan kuil untuk Dewa Eshmun di Acropolium of Carthage
Carthage sendiri merupakan bagian dari Kota Tunis. Carthage didirikan oleh Putri Elissa, saudara perempuan dari Raja Pygmalion. Carthage pada abad ke-3 memperoleh masa emas karena mendominasi ekonomi di Laut Mediterania. Akan tetapi tiga Perang Punic untuk melawan Roma akhirnya membuat Carthage hancur.

Carthage kemudian didirikan kembali pada tahun 44 dan berada di bawah kekuasaan Romawi di zaman Kaisar Agustus. Kota ini merupakan kota yang paling makmur di Afrika Utara. Meski sempat dijarah oleh kaum Vandal pada tahun 440, kota ini dibangun kembali di zaman kekaisaran Bizantium pada tahun 533. Pada tahun 698, Carthage akhirnya jatuh di tangan orang-orang Arab.

Carthage sendiri sejak tahun 1979 sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai peninggalan kuno yang dilindungi. Reruntuhan Carthage yang menjadi salah satu tempat wisata yang selalu dikunjungi para penjelajah dunia sampai saat ini masih terawat dan dilindungi oleh undang-undang negara Tunisia.

Salah satu toko yang menjual kerajinan tangan dan berbagai Kaligrafi dari penduduk lokal
Salah satu toko yang menjual kerajinan tangan dan berbagai Kaligrafi dari penduduk lokal
Situs-situ sejarah peninggalan Kota Carthage inilah yang menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para penjelajah dunia. Salah satunya adalah reruntuhan amphitheater yang merupakan salah satu amphitheater terbesar di jaman kekaisaran Romawi kuno. Amphitheater ini berbentuk oval dengan panjang 65 meter dan lebar 37 meter.

Pagi para penjelajah dunia yang tertarik dengan sejarah masa lalu dan berkunjung ke tempat wisata peninggalan sejarah, jangan lewatkan berkunjung ke reruntuhan Kota Carthage. Selain amphitheater, para penjelajah dunia juga bisa menemukan situs kuno agama punic yang dikenal dengan Kuil Ball Hammon. Selain itu di sini juga terdapat museum Palechristian yang berisi peninggalan arkeologi seperti marmer, peralatan rumah tangga, mosaik dan lain-lain.

Peninggalan Romawi selalu identik dengan permandian, salah satunya Pemandian Antonin yang dibangun sekitar tahun 145 sampai 162 Masehi. Pemandian Antonin merupakan pemandian yang terbesar ketiga di dunia setelah pemandian Caracalla dan Diocletian. Selain itu para penjelajah dunia bisa berkunjung ke reruntuhan teater, reruntuhan pemukiman romawi atau museum Carthage.

dsc00821-589984ea23b0bdb2068d17c2.jpg
dsc00821-589984ea23b0bdb2068d17c2.jpg
Tentu saja berkunjung ke reruntuhan bagi sebagian orang membosankan. Saya menyempatkan juga berkunjung ke pusat Kota Tunis yaitu alun-alun kemerdekaan. Alun-alun yang terletak di pusat Kota Tunis ini merupakan salah satu tempat wisata yang juga wajib untuk dikunjungi. Di sini bisa ditemukan salah satu patung tokoh yang cukup dikenal di Indonesia dan dunia islam yaitu Ibn Khaldun.

Abū Zayd ‘Abd ar-Raḥmān ibn Muḥammad ibn Khaldūn al-Ḥaḍramī atau dikenal sebagai Ibn Khaldun hidup pada tahun 1332-1406, adalah seorang penulis sejarah dan sejarawan arab di Afrika Utara. Ia dikenal sebagai pendahulu dari disiplin ilmu modern sosiologi dan demografi. Salah satu karya yang terkenal dari Ibn Khaldun adalah the Muqaddimah atau Prolegomena yang dipengaruhi oleh sejarah Ottoman abad ke-17. Ibn Khaldun dikenal sebagai salah satu filsuf terbesar dari Abad Pertengahan dari era keemasan Islam. Hidupnya dihabiskan untuk pelayanan masyarakat dan mengajar.

Di alun-alun kemerdekaan ini juga ditemukan dua bangunan bersejarah yang terkenal yaitu General Residence yang dibangun tahun 1861 dan sekarang menjadi kedutaan Perancis dan Katedral St. Vincent de Paul. Katedral St. Vincent de Paul dibangun antara tahun 1893 dan 1897. Selain bangunan bersejarah, di alun-alun kemerdekaan para penjelajah dunia bisa menemukan berbagai pusat perbelanjaan seperti Mall Central Park, Mall Claridge dan Mall Palmarium.

Kota Tua Medina yang menjadi salah satu cagar budaya di Tunisia
Kota Tua Medina yang menjadi salah satu cagar budaya di Tunisia
Di Kota Tua Tunis yang dikenal sebagai Kota Tua Medina adalah jantung dari sejarah Tunis dan merupakan peninggalan Arab-Muslim yang tetap dipelihara dan menjadi warisan dunia oleh UNESCO. Kota tua inilah pada jamannya dikenal sebagai kota terbesar dan terkaya di dunia Islam. Di sini terdapat ratusan tempat wisata bersejarah seperti istana, masjid, makam, madrasah dan berbagai air mancur.

Jadi, bagi para penjelajah dunia yang ingin berkunjung ke Tunis, jangan pernah lewatkan untuk datang ke Kota Tua Medina. Anda bisa menemukan Kasbah yang merupakan barak tertua di Kota Tunis, pasar tradisional yang bisa ditawar dengan harga gila-gilaan, atau Masjid Agung Jamaa Ezzaitouna yang diartikan sebagai Masjid Pohon Zaitun.

Masjid Agung Jamaa Ezzaitouna ini merupakan masjid terbesar dan paling dihormati di Tunis. Untuk para penjelajah dunia yang non-muslim, ada beberapa ruang doa khusus yang tidak bisa dikunjungi ketika masuk ke tempat ini.

dsc00793-58998517737a61b405aea34f.jpg
dsc00793-58998517737a61b405aea34f.jpg
Kunjungan saya ke Tunisia bersama dengan Ms. Noordam, merupakan kunjungan yang luar biasa. Kota ini menyimpan kekayaan peninggalan Romawi Kuno, Kekristenan dan Islam yang berdampingan satu sama lain.

Awalnya saya memang takut untuk berkeliling di kota ini karena terus terang situasi saat itu digambarkan oleh media masih terdapat berbagai demontrasi di sana sini. Akan tetapi kadang apa yang ditampilkan di media dengan kenyataannya sungguh berbeda. Media hanya menampilkan satu sisi dari kenyataan yang ada ditambah bumbu-bumbu agar terkesan wah serta kekinian.

Oleh sebab itu, di kota ini saya tidak hanya menemukan kehidupan masa lalu yang tetap dipelihara dan saling berdampingan, tetapi di sini saya juga menemukan tentang kehidupan nyata yang jauh dari kekerasan yang digambarkan oleh media.

Apakah ingin mengalaminya? Jangan ragu untuk berkunjung ke Kota Tunis, dijamin para penjelajah dunia akan menemukan cara pandang yang berbeda dalam memandang Islam, Kristen dan peninggalan masa lalunya. Anda akan menjadi tamu yang diterima di kota ini, apa pun latar belakang keyakinan dan kepercayaan kita.

Salam, Jelajah Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun