Kisah ini dimulai pada tanggal 17 Desember 2010 di perdesaan bernama Sidi Bouzid, Tunisia. Mohamed Bouazizi berusia 26 tahun sedang bersiap-siap untuk menjual buah-buahan dan sayuran di kota itu. Setelah ayahnya meninggal karena serangan jantung saat ia berumur 10 tahun, Bouazizi otomatis menjadi ujung tombak keluarganya, apalagi paman Bouazizi yang dinikahi ibunya kemudian sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja.
Bouazizi harus mencukupi kebutuhan ibu dan enam saudara kandungnya. Bouazizi tidak pernah lulus dari universitas meskipun pendidikan tinggi merupakan salah satu impian bagi dirinya dan saudara-saudaranya. Bouazizi semenjak umur 10 tahun harus bekerja serabutan dan di masa remaja, ia harus merelakan impian untuk ke pendidikan tinggi agar bisa bekerja penuh waktu.
Kota Sidi Bouzid adalah kota dengan tingkat korupsi dan pengangguran tinggi di Tunisia. Setiap hari, Bouazizi harus menempuh 20 menit jalan kaki ke pusat Kota Sidi Bouzid untuk berjualan buah dan sayur agar ia bisa menghidupi ibu, paman adik-adiknya serta seorang kakak yang sedang menyelesaikan pendidikan di universitas.
Marah dan kecewa atau perlakuan yang ia terima dari penguasa setempat, Bouazizi kemudian menuju gedung pemerintahan. Di depan gedung itu ia berbaring dan membakar diri sebagai bentuk protes atas perlakuan yang diterima dari penguasa setempat.
Tindakan putus asa yang ia lakukan akhirnya bergaung. Dari Kota Sidi Bouzid itulah protes kemudian menjalar sampai ke seluruh negeri. Lewat internet yang disebar di media sosial, protes bermunculan di kota-kota Tunisia. Protes itu berakibat mundurnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang kemudian melarikan diri keluar dari Tunisia.
Arab Spring atau yang dikenal sebagai demokrasi musim semi merupakan gelombang revolusioner baik dengan demontrasi kekerasan maupun tanpa kekerasan. Arab Spring juga menandai dimulainya gelombang protes, kerusuhan, kudeta dan perang sipil di Dunia Arab.
Beberapa negara yang terkena gelombang Arab Spring adalah; Tunisia dengan tumbangnya Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang berkuasa hampir 24 tahun. Mesir melengserkan Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun. Libya dengan berakhirnya kekuasaan Moammar Gadhafi selama 42 tahun. Negara lain yang sampai saat ini masih mengalami perang sipil yaitu Suriah dan Yaman.
Protes juga terjadi di beberapa negara seperti Algeria, Irak, Jordania, Kuwait, Maroko dan Oman.
Pada bulan Agustus 2011 setelah pecahnya perang saudara di Suriah, pemimpin Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi mendelegasikan misi ke Suriah dengan nama Jabhat an-Nuṣrah li-Ahli ash-Shām atau dikenal sebagai Front al-Nusra. Abu Bakr al-Baghdadi kemudian menggabungkan Front al-Nusrah dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Perang sipil di Suriah dan Irak serta pergolakan yang terjadi di timur tengah dan sebagian negara di Afrika Utara membawa perubahan bagi dunia. Gelombang imigran yang membanjiri Eropa membawa rasa tidak nyaman bagi penduduk Eropa yang bertahun-tahun merasakan kenyamanan di negaranya.
Imigran yang kabur dari negara-negara konflik di Timur Tengah menuju Eropa juga membawa budaya dan ideologinya masing-masing yang membuat orang lokal tidak nyaman. Salah satunya gelombang pelecehan seksual di Jerman dan berbagai teror berdarah di Perancis, Belgia dan Jerman. Orang Eropa kemudian tidak lagi berpikir rasional, mereka kemudian menjadi emosional.
Lambat laun dunia yang saya tinggali menjadi dunia yang emosional, bukan lagi berpikir jernih dan terpilah-pilah. Keputusan yang dibuat para warganya juga bukanlah sebuah keputusan rasional melainkan lebih emosional. Inggris contohnya memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Uni Eropa agar bisa mempunyai keleluasaan untuk menolak imigran yang datang kenegaranya. Sentimen anti imigran yang dibalut dengan anti muslim semakin kuat di negara Eropa.
Saya berkunjung pertama kali ke Tunisia pada tahun 2009 sebelum Arab Spring di Kota Gabes. Kemudian kunjungan berikutnya di Kota Tunis pada tahun 2011 setelah Arab Spring. Tidak ada hal yang berbeda yang terjadi ketika saya berkunjung di Tunis. Masyarakat masih ramah dan mereka sangat mengenal orang Indonesia.
Hubungan Indonesia dan Tunisia sudah terjalin sejak tahun 1951. Pada tahun tersebut, Habib Bourguiba sendiri datang ke Indonesia untuk meminta dukungan bagi kemerdekaan Tunisia. Peran Indonesia saat itu jelas membantu rakyat Tunisia untuk memperoleh kemerdekaannya. Tunisia juga dilibatkan dalam Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 meski masih berstatus peninjau dari Afrika Utara karena masih dijajah oleh Perancis.
Pada tahun 1956, Tunisia memperoleh kemerdekaan dan pemerintah Tunisia memberikan penghargaan tertinggi, Wism Jumhuria dan Al Istihqaq Al Watani, kepada Mohammad Natsir dan Hamid Algadri selaku ketua dan sekretaris jenderal Panitia Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Afrika Utara.
Transisi politik yang terjadi di Tunisia setelah Arab Spring tidak sekeras yang terjadi di Suriah atau Libya. Tunisia sendiri setelah tahun 2010 mulai berbenah dan mulai mengembangkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk waktu itu. Tempat wisata di Kota Tunis kemudian diperbaiki dan semakin gencar berbagai promosi untuk mengenalkan kembali Tunisia.
Pada tahun 2011, Kota Tunis belum seramai saat ini. Meski Kota Tunis adalah kota terbesar sekaligus ibu kota Tunisia, ketika itu suasana Arab Spring masih terasa. Saat itu saya tidak bisa melihat dari dekat kediaman presiden Fouad Mebazaa, pengganti Presiden Zine El Abidine Ben Ali, karena penjagaan yang sangat ketat.
Acropolium of Carthage ini terletak di puncak Byrsa Hill dan dekat dengan reruntuhan Punic. Katedral ini dibangun di atas reruntuhan sebuah kuil tua untuk Dewa Eshmun. Bangunan kuil ini masih bisa diakses lewat ruang bawah tanah katedral. Di sini saya menemukan banyak peninggalan dari Romawi Kuno baik dari gaya arsitektur katedral maupun berbagai patung dan reruntuhan di sekitar katedral.
Di tempat ini banyak juga ditemukan para penjual koin kuno yang berasal dari peninggalan Romawi Kuno. Akan tetapi ada baiknya untuk berhati-hati membeli karena banyak juga yang menjual koin tiruan yang mirip dengan aslinya.
Carthage kemudian didirikan kembali pada tahun 44 dan berada di bawah kekuasaan Romawi di zaman Kaisar Agustus. Kota ini merupakan kota yang paling makmur di Afrika Utara. Meski sempat dijarah oleh kaum Vandal pada tahun 440, kota ini dibangun kembali di zaman kekaisaran Bizantium pada tahun 533. Pada tahun 698, Carthage akhirnya jatuh di tangan orang-orang Arab.
Carthage sendiri sejak tahun 1979 sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai peninggalan kuno yang dilindungi. Reruntuhan Carthage yang menjadi salah satu tempat wisata yang selalu dikunjungi para penjelajah dunia sampai saat ini masih terawat dan dilindungi oleh undang-undang negara Tunisia.
Pagi para penjelajah dunia yang tertarik dengan sejarah masa lalu dan berkunjung ke tempat wisata peninggalan sejarah, jangan lewatkan berkunjung ke reruntuhan Kota Carthage. Selain amphitheater, para penjelajah dunia juga bisa menemukan situs kuno agama punic yang dikenal dengan Kuil Ball Hammon. Selain itu di sini juga terdapat museum Palechristian yang berisi peninggalan arkeologi seperti marmer, peralatan rumah tangga, mosaik dan lain-lain.
Peninggalan Romawi selalu identik dengan permandian, salah satunya Pemandian Antonin yang dibangun sekitar tahun 145 sampai 162 Masehi. Pemandian Antonin merupakan pemandian yang terbesar ketiga di dunia setelah pemandian Caracalla dan Diocletian. Selain itu para penjelajah dunia bisa berkunjung ke reruntuhan teater, reruntuhan pemukiman romawi atau museum Carthage.
Abū Zayd ‘Abd ar-Raḥmān ibn Muḥammad ibn Khaldūn al-Ḥaḍramī atau dikenal sebagai Ibn Khaldun hidup pada tahun 1332-1406, adalah seorang penulis sejarah dan sejarawan arab di Afrika Utara. Ia dikenal sebagai pendahulu dari disiplin ilmu modern sosiologi dan demografi. Salah satu karya yang terkenal dari Ibn Khaldun adalah the Muqaddimah atau Prolegomena yang dipengaruhi oleh sejarah Ottoman abad ke-17. Ibn Khaldun dikenal sebagai salah satu filsuf terbesar dari Abad Pertengahan dari era keemasan Islam. Hidupnya dihabiskan untuk pelayanan masyarakat dan mengajar.
Di alun-alun kemerdekaan ini juga ditemukan dua bangunan bersejarah yang terkenal yaitu General Residence yang dibangun tahun 1861 dan sekarang menjadi kedutaan Perancis dan Katedral St. Vincent de Paul. Katedral St. Vincent de Paul dibangun antara tahun 1893 dan 1897. Selain bangunan bersejarah, di alun-alun kemerdekaan para penjelajah dunia bisa menemukan berbagai pusat perbelanjaan seperti Mall Central Park, Mall Claridge dan Mall Palmarium.
Jadi, bagi para penjelajah dunia yang ingin berkunjung ke Tunis, jangan pernah lewatkan untuk datang ke Kota Tua Medina. Anda bisa menemukan Kasbah yang merupakan barak tertua di Kota Tunis, pasar tradisional yang bisa ditawar dengan harga gila-gilaan, atau Masjid Agung Jamaa Ezzaitouna yang diartikan sebagai Masjid Pohon Zaitun.
Masjid Agung Jamaa Ezzaitouna ini merupakan masjid terbesar dan paling dihormati di Tunis. Untuk para penjelajah dunia yang non-muslim, ada beberapa ruang doa khusus yang tidak bisa dikunjungi ketika masuk ke tempat ini.
Awalnya saya memang takut untuk berkeliling di kota ini karena terus terang situasi saat itu digambarkan oleh media masih terdapat berbagai demontrasi di sana sini. Akan tetapi kadang apa yang ditampilkan di media dengan kenyataannya sungguh berbeda. Media hanya menampilkan satu sisi dari kenyataan yang ada ditambah bumbu-bumbu agar terkesan wah serta kekinian.
Oleh sebab itu, di kota ini saya tidak hanya menemukan kehidupan masa lalu yang tetap dipelihara dan saling berdampingan, tetapi di sini saya juga menemukan tentang kehidupan nyata yang jauh dari kekerasan yang digambarkan oleh media.
Apakah ingin mengalaminya? Jangan ragu untuk berkunjung ke Kota Tunis, dijamin para penjelajah dunia akan menemukan cara pandang yang berbeda dalam memandang Islam, Kristen dan peninggalan masa lalunya. Anda akan menjadi tamu yang diterima di kota ini, apa pun latar belakang keyakinan dan kepercayaan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H