Mohon tunggu...
sintya srikandi
sintya srikandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Perkenalkan saya seorang mahasiswi jurusan Hubungan Internasional, saya tertarik dengan isu budaya, politik, kesetaraan gender maupun isu-isu lainnya yang menurut saya sudah seharusnya menjadi perhatian publik. Semoga tulisan saya dapat menjadi sumber informatif, edukasi, dan manfaat bagi para pembaca. Terima Kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kerja Sama Perdagangan Indonesia dan Kerajaan Eswatini, dari Kacamata Teori Konstruktivisme

8 November 2022   16:24 Diperbarui: 17 November 2022   12:48 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

       Melihat suatu fenomena internasional dari pendekatan teoritis merupakan hal penting untuk memahami sebuah fenomena internasional, yang mana dengan memandang suatu fenomena dari teori-teori tertentu akan membantu kita dapat memahami dan melihat fenomena tersebut dari berbagai perspektif yang berbeda dan kita dapat menganalisis berdasarkan pandangan-pandangan dari teori yang dikaitkan. Sebelum membahas lebih lanjut terkait topik kali ini, mari kita kenali terlebih dahulu terkait teori yang akan kita gunakan sebagai sudut pandang yaitu Teori Konstruktivisme.

Teori Konstruktivisme

            Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori dalam hubungan internasional yang berasal dari teori sosiologi, teori ini mengadopsi premis konstruksi sosial yang menggambarkan bahwa melalui adanya individu dan kelompok maka akan menciptakan sebuah ruang lingkup tempat tinggal untuk berinteraksi mulai dari level mikro hingga makro, meskipun yang di dalamnya tidak dapat mengatur seluruh kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam penerapannya ke dalam hubungan internasional, konstruktivisme melihat bahwa anarki dalam dunia internasional bukanlah sesuatu yang sudah ada sejak awal, melainkan kondisi yang tercipta dari elemen-elemen serta aturan main untuk interaksi aktor-aktor di dalamnya, sehingga hal ini tidak selamanya ada dan dapat diubah.

Teori konstruktivisme hadir jauh setelah adanya teori realisme dan liberalisme dan mulai populer pada tahun 1990an setelah berakhirnya perang dingin, munculnya perspektif konstruktivisme disebabkan karena ketidakpuasan beberapa pakar hubungan internasional dalam menerima penjelasan dari perspektif arus utama sehingga teori ini hadir untuk menjawab mengapa suatu fenomena terjadi dan juga bagaimana peran norma serta memberikan alternatif perspektif lain maupun kritik dalam melihat hubungan internasional yang sebelumnya didominasi oleh pemahaman materialis hingga realis yang berdasarkan pada materi.

            Salah satu tokoh yang mempopulerkan pemikiran konstruktivisme sebagai pemikiran alternatif selain dari teori utama dalam hubungan internasional yaitu Alexander Wendt (1992) dalam tulisannya yang berjudul “Anarchy Is What States Make of It : The social Construction of Power Politics” pada jurnal Internasional Organization menyatakan terkait bagaimana negara sebagai aktor internasional menentukan pergaulan internasionalnya dengan melihat terjadinya transformasi sistem internasional dari sistem awalnya Hobbesian yang menggambarkan suasana ‘konflik’ atau ‘peperangan’ beralih ke sistem Lockean yang bersuasana ‘persaingan’ kemudian ke sistem Kantian yang bernuansa ‘kerja sama’ atau ‘persahabatan’, yang mana perilaku negara-negara dalam hubungan internasional menggambarkan identitasnya masing-masing inilah yang menjadi ciri khas dari perspektif konstruktivisme.

            Setelah itu ada pula tokoh lainnya yaitu Max Weber (2005) yang berpendapat bahwa konstruktivisme didefinisikan sebagai salah satu perilaku atau tindakan individu memberikan pengaruh pada masyarakat sosial yang berfokus pada ide kesepakatan bersama, Weber juga menjelaskan bahwa dalam perspektif konstruktivisme perubahan dalam politik global tidak hanya dipengaruhi oleh negara melainkan terdapat aktor-aktor lainnya yang juga dapat mempengaruhi politik global.

            Perspektif konstruktivisme melihat bahwa aktor-aktor dalam hubungan internasional memiliki identitasnya masing-masing sehingga hal ini mempengaruhi perilaku dari aktor-aktor tersebut, seperti dalam hal membangun kerja sama maupun dalam melihat ancaman dari aktor lainnya, adanya kesamaan identitas akan mendukung hubungan yang baik antara aktor satu dengan yang lainnya, tetapi identitas tersebut bersifat dinamis sehingga dapat berubah-ubah. Melihat perilaku aktor dipengaruhi identitasnya maka hal ini akan membentuk socially constructed atau struktur yang terbentuk dalam sistem internasional yang dibangun dari interaksi aktor berdasarkan identitas dan kepentingannya sehingga mempengaruhi terbentuknya norma internasional. Lalu bagaimana kaitan teori konstruktivisme dengan topik yang akan dibahas?

Kerja Sama Perdagangan Indonesia dan Kerajaan Eswatini

            Kerja sama antar aktor internasional merupakan hal yang sering dilakukan baik oleh Negara, Organisasi Internasional, Perusahaan Multinasional maupun aktor internasional lainnya, dalam perspektif konstruktivisme hal ini merupakan wujud interaksi yang didasari oleh identitas kepentingan aktor tertentu serta bertujuan menciptakan hubungan yang baik antara sesama aktor dalam sistem internasional. Hingga saat ini telah banyak kerja sama yang terjalin antara sesama aktor internasional dengan berbagai kepentingan masing-masing salah satunya kerja sama perdagangan antara pemerintah Indonesia dengan Kerajaan Eswatini. Tepatnya pada 24 Agustus tahun 2022 Raja Kerajaan Eswatini, Y.M Mswati III melakukan kunjungan ke Indonesia yang disambut dengan baik oleh Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia, yang mana kunjungan tersebut bertujuan untuk membahas lebih lanjut upaya kerja sama bilateral kedua negara.

           Jika diulik sekilas kita akan melihat bahwa sebenarnya tidak ada urgensi khusus ataupun aspek saling ketergantungan lainnya baik bagi Indonesia maupun Kerajaan Eswatini untuk menjalin kerja sama di bidang perdagangan, karena melihat bahwa selain letak geografis yang cukup jauh yaitu Indonesia di kawasan regional Asia Tenggara dan Kerajaan Eswatini di bagian Afrika Selatan dan juga keduanya merupakan negara yang tidak begitu besar serta pengaruh bagi keduanya juga tidak lebih besar dibanding kedua negara masing-masing menjalin kerja sama dengan negara yang lebih besar lainnya. Lalu alasan apa yang mendukung kedua pihak hingga memutuskan untuk menjalin kerja sama? Dan bagaimana interaksi keduanya akan menciptakan norma internasional? Dari sinilah kita bisa mendapat jawaban dengan melihat dari kacamata teori konstruktivisme.

Identitas Indonesia Dan Kerajaan Eswatini  

            Seperti penjelasan di atas mengenai teori konstruktivisme bahwa identitas aktor internasional akan mempengaruhi perilaku aktor tersebut di lingkup internasional, baik dalam menjalin kerja sama ataupun melihat ancaman, sama halnya dengan topik kali ini. Dari kacamata konstruktivisme hubungan bilateral ini akan dilihat dari adanya kesamaan identitas masing-masing pihak baik itu Indonesia dan Kerajaan Eswatini.

            Sebelum adanya kerja sama perdagangan antara kedua pihak, Indonesia dan Kerajaan Eswatini telah memiliki hubungan bilateral yang diawali dengan hubungan diplomatik resmi  sejak tahun 1993, tetapi jauh sebelum ini yaitu pada tahun 1955 hubungan bersejarah yang terjalin antara Indonesia dan negara-negara di wilayah Afrika Selatan sudah tercipta dan dengan baik pada momen Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Indonesia dan juga dalam Gerakan Non-Blok, hal ini dapat dikatakan sebagai kesamaan adanya kaitan identitas dari latar belakang sejarah kedua negara. Kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Kerajaan Eswatini merupakan langkah strategis yang menunjukkan komitmen Indonesia dalam meningkatkan hubungan bilateral dengan negara-negara di wilayah regional Afrika Selatan karena melihat latar belakang hubungan sejarah sebelumnya, dan adanya kesamaan identitas sebagai negara yang sama-sama memiliki kekayaan sumber daya tanaman obat dan herbal. Dalam kerja sama perdagangan ini Indonesia dan Kerajaan Eswatini memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian global dengan  komitmen untuk mengembangkan kegiatan promosi kerja sama ekonomi, memfasilitasi kemitraan antara sektor swasta kedua negara, mendukung keterlibatan sektor bisnis untuk mengeksplorasi peluang pasar, serta mempromosikan pengembangan kapasitas, berbagi pengetahuan serta praktik terbaik. Pihak Indonesia juga mengambil kesempatan ini untuk memperluas tujuan ekspor produk lokal, begitu pun dengan Kerajaan Eswatini dalam menetapkan Indonesia sebagai mitra dagang alternatif untuk menyusun strategi mobilisasi sumber daya negaranya dan berpartisipasi dalam rantai ekonomi global serta integrasi ekonomi kawasan, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kerja sama perdagangan ini menciptakan norma perdagangan internasional yang dimulai  dari kedua negara dengan komitmen yang sama-sama telah disepakati, dan jika nantinya kerja sama ini berhasil, kemungkinan norma perdagangan internasional ini setidaknya akan diterapkan dalam hubungan perdagangan antara negara di Asia Tenggara dengan negara-negara di kawasan Afrika Selatan.

            Dengan demikian dapat terlihat bahwa dimulainya kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Kerajaan Eswatini merupakan salah satu contoh perilaku aktor hubungan internasional yang dipengaruhi oleh identitasnya, yang mana di antara keduanya memiliki latar belakang hubungan sejarah dan kesamaan dibidang sumber daya tumbuhan obat dan herbal. Dengan ini teori konstruktivisme berhasil membuktikan bahwa tidak harus adanya ketergantungan atau tekanan kondisi dunia internasional yang akan membangun kerja sama antar negara, melainkan kerja sama dapat terbangun dengan melihat kesamaan dari identitas aktor-aktor internasional.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun