Di era perkembangan digital saat ini, anak muda adalah figur sentral yang banyak terlibat dalam berbagai aktivitas digital. Anak milenial saat ini terbiasa mengakses informasi dan menjadi penggemar yang eksis di dunia maya.
Teknologi digital telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan media dan isinya. Munculnya jejaring sosial baru yang menawarkan layanan fitur-fitur lebih lengkap menggeser jejaring sosial yang telah ada sebelumnya. Bagi kalangan milenial, media baru memberikan akses kemudahan dan kesempatan interaksi yang semakin luas dan cepat untuk membangun jejaring sosial, sarana berekspresi, berbagi gagasan dan pendapat.
Akhir-akhir ini media digunakan anak muda untuk mengakses informasi mengenai artis kegemarannya. Anak milenial yang memiliki kesamaan dalam kegemarannya akan bergabung dan membuat suatu komunitas. Mereka memanfaatkan teknologi saling berinteraksi antar penggemar yang lain serta bisa mengatur jadwal untuk bertemu secara langsung atau tatap muka.
Salah satu kegemaran anak milenial akhir-akhir ini berasal dari berkembangnya drama korea di dunia, yaitu Korean Pop Music atau biasa dikenal dengan K-Pop. K-Pop identik dengan penampilan boyband dan grilbrand-nya. untuk generassi milenial, mereka lebih sering mendengarkan musik EXO, BTS dan Blackpink. Selain karena musiknya, boy/girlband ini memiliki dance yang energik dan visual yang mengagumkan bagi sederet penggemarnya.
Boyband dan girlband ini memiliki fandom yang sangat besar dan kuat di Indonesia. Dari banyaknya idol K-Pop, BTS menjadi salah satu boyband dengan fandom terbesar di dunia. BTS merupakan boyband Korea Selatan sejak 2013. Boyband ini berhasil menerbitkan beberapa album dengan salah satu lagu terkenalnya yaitu Love Yourself. Fandom BTS sendiri lebih dikenal dengan ARMY. Fandom ARMY memiliki jumlah penggemar internasional lebih dari 1 juta followers di isntagramnya. Fandom ini mampu menghantarkan BTS meraih kesuksesan dan penghargaan internasional.
Rasa cinta sebagai penggemar terhadap grup yang mereka idolakan memunculkan suatu fenomena bernama “Fans Culture”. Fenomena ini dapat diartikan sebagai budaya yang meliputi aktivitas penggemar dalam mengidolakan idola mereka. Fans culture dapat dilihat dari beberapa hal. Berikut beberapa hal yang terkait dengan fans culture tersebut.
Pertama, adanya bentuk budaya partisipasi ekspresi yang digunakan para idol adalah dengan menggabungkan data lebih dari satu sumber. Misalnya adalah melakukan pengeditan musik, video yang diolah sesuai dengan karakter idolnya. Selain itu, budaya partisipatif yang terlihat adalah dengan memposting informasi di website dan memberikan comment di platform yang tersedia dalam fandomnya.
Tidak semua anggota harus ikut berkontibusi, tetapi harus percaya bahwa mereka bebas menyatakan kontribusi mereka. Segala bentuk hasil produksi konten yang dicetuskan oleh para informan juga para penggemar K-Pop mencerminkan budaya partisipasi. Dalam hal kreasi, para penggemar K-Pop mampu membuat video hingga meme unik yang mencerminkan idolnya.
Kedua, munculnya sifat hedonisme atau menghambur-hamburkan uang untuk membeli benda yang berhubungan dengan idola mereka. Kebanyakan penggemar berlomba-lomba untuk membeli aksesoris yang khas dengan idola mereka. Seperti lightstick, album, photo card dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga yang membeli benda-benda yang digunakan oleh idola sebagai bentuk menunjukkan rasa cinta terhadap idola mereka.
Ketiga, media sosial adalah media online, dimana para pengguna media sosial dapat dengan mudah secara aktif berpartisispasi, berbagi dan membentuk isi. Adanya platform seperti Twitter memberikan tempat untuk para penggunanya mengeskpresikan diri tiap individu.
ARMY memilih Twitter sebagai wadah untuk melakukan aktivitas digital karena platform ini menyediakan cara yang gratis dan mudah untuk mengirimkan dan menyebarkan suatu pesan. Adanya umpan balik ketika fandom dan pengikutnya mengetahui peristiwa yang terjadi dari pagi hingga malam hari. Ikut memperkuat pesan atau konten dari influencer melaui repost, retweet hingga pesan tersebut viral.
Perbincangan dalam fandom bukan hanya tetang idola, namun juga terkait isu-isu yang ada di dalamnya. Salah satunya saat fandom menolak adnaya RUU Cipta Kerja. Hingga beberapa hari pemberitaan di media massa lebih banyak mengadopsi informasi dari twitter. Aksi penolakan digital dengan menggunakan twitter telah terbukti mampu membangan aktivis digital hingga menjadi perbincangan publik.
Perang antar fandom juga bisa disebabkan oleh adanya kabar kencan para idol atau dikenal dengan dating. Jika salah satu anggota idolnya dikabarkan seedang berpacaran dengan anggota lain, hal ini dapat memunculkan reaksi yang berbeda-beda. Ada pihak yang melakuka penolakan dengan berperilaku agresif terhadap orang yang memiliki hubungan khusus dengan idolanya.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya fans culture tidak lepas dari hal positif dan negatif. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi pada kalangan fandom, sehingga aktivitas pengidolaan tidak dikenal dengan citra negatif yang melekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H