A. Pengertian Dongeng
Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng  diceritakan terutama untuk hiburan, meskipun kenyataannya banyak dongeng yang melukiskan kebenaran, mengandung pelajaran moral, atau sindiran. Dongeng biasanya mempunyai kalimat pembukaan dan penutup yang bersifat klise, misalnya dalam dongeng Jawa diawali dengan "Anuju sawijining dino..." dan diakhiri dengan kalimat penutup "A lan B urip rukun bebarengan kaya mimi lan mintuno". Pada dongeng Melayu biasanya diawali dengan kalimat "Sahibul hikayat", "Kata yang empunya ceritera  ", dan sebagainya.
Dongeng adalah salah satu jenis prosa lama yang menceritakan suatu peristiwa fiksi dan memiliki anggapan tidak nyata atau khayalan. Menurut Kamisa, dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang sifatnya berupa hiburan dan biasanya merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi.Â
Meskipun dongeng bersifat fiksi namun sering kali dongeng mendapatkan inspirasi dari kisah atau peristiwa yang benarbenar terjadi di dunia nyata. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan karya sastra yang dapat digunakan sebagai sarana pendidik melalui amanat dan pesan moral yang terdapat di dalam cerita. Salah satu unsur intrinsik yang ada dalam dongeng adalah amanat atau pesan moral.
B. Jenis Dongeng
  Dongeng tidak hanya berkisah tentang manusia, namun bisa kisah tentang binatang, tanaman, dan sebagainya. Pada dasarnya semua yang ada di sekitar kita dapat diangkat menjadi dongeng.
Salah satunya penggolongan jenis dongeng oleh Anti Aarne dan Stith Thompson yang membagi jenis dongeng ke dalam empat golongan besar, yaitu:
1) dongeng binatang (animal tales),
2) dongeng biasa (ordinary folktales),
3) lelucon dan anekdot (jokes and anecdotes),
4) dongeng berumus (formula tales).
5) Legenda
6) Mite
7) Sage
8) Parabel
C. Tujuan MendongengÂ
Dalam mendongeng mempunyai tujuan:
- Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar.
- Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif.
- Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa.
- Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh.
- Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak.
D. Peran Pendongeng
Menurut Priyono ada beberapa hal penting yang harus dilakukan seorang pendongeng, yaitu
- Pendongeng harus ekspresif dan enerjik untuk menarik perhatian anak. Jika pendongeng terlihat tidak bersemangat dalam menyajikan cerita, anak-anak tidak akan tertarik mendengarkannya. Dalam mendongeng harus ada perubahan intonasi, mimik wajah, dan gerakan tubuh.
- Â Memilih cerita yang mempunyai pesan, tidak semua cerita rakyat mempunyai pesan moral yang baik untuk anak-anak, pilihlah cerita rakyat yang pesan dan budayanya dapat ditiru anak-anak.
- Sesuaikan dengan usia anak karena setiap tingkatan umur memiliki cara bercerita atau mendongeng yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan informasi yang berbeda di tiap tingkatan umur.
E. Â Manfaat Mendongeng
 Manfaat dari kegiatan mendongeng atau bercerita, semakin membuat daya imajinasi anak berkembang lebih luas, karena tanpa sebuah imajinasi akal pada seorang anak tidak akan berkembang. Imajinasi dapat melatih anak dalam memecahkan masalah dan kreativitas pada diri juga semakin meningkat. Para pengamat pendidikan berpendapat, bahwa dongeng sebelum ada generasi milenial sangat akrab dengan anak-anak, sehingga dongeng memiliki pengaruh yang besar pada pertumbuhan mental merekaÂ
Manfaat tersebut adalah sebagai beriku:
1. Menumbuhkan sikap proaktif.
2. Mempererat hubungan anak dengan orang tua.
3. Menambah pengetahuan.
4. Melatih daya konsentrasi
5. Menambah perbendaharaan kata.
F. Struktur Dongeng
1. Pendahuluan
Bagian awal ini akan berisi pernyataan umum yaitu kalimat pengantar untuk memulai dongeng atau sebelum kalimat pembuka paragraf pertama.
2. Kejadian atau Peristiwa
Kejadian ceritanya disusun sesuai dengan urutan waktu (kronologis).
3. Penutup
Dalam penutup biasanya terdapat suatu pernyataan umum, berupa pesan moral maupun komentar tentang kebaikan yang dapat mengalahkan kejahatan. Kalimat penutup yang sering ditemukan dalam dongeng. misalnya "mereka hidup bahagia selamanya".
G. Gaya Bahasa Dongeng
Berikut beberapa contoh gaya bahasa yang umum ditemukan dalam dongeng anak:
1. Gaya Bahasa Perbandingan: Gaya bahasa ini digunakan untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda. Contoh: "Si Kancil yang cerdik seperti seekor kucing yang pandai bermain"Â
2. Gaya Bahasa Pertentangan: Gaya bahasa ini digunakan untuk mempertentangkan antara dua hal yang berbeda. Contoh: "Si Kancil yang cerdik tidak seperti seekor kucing yang bodoh"Â
3. Gaya Bahasa Perulangan: Gaya bahasa ini digunakan untuk memperulangkan suatu ide atau gagasan. Contoh: "Si Kancil yang cerdik, Si Kancil yang cerdik, Si Kancil yang cerdik"Â
4. Gaya Bahasa Depersonifikasi: Gaya bahasa ini digunakan untuk menggantikan nama orang dengan suatu nama yang lebih umum. Contoh: "Si Kancil yang cerdik"Â
5. Gaya Bahasa Metafora: Gaya bahasa ini digunakan untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda dengan menggunakan kata-kata yang tidak langsung. Contoh: "Si Kancil yang cerdik seperti seekor kucing yang pandai bermain"Â
Adapun contoh lain dari gaya bahasa dalam dongeng yaitu:Â
gaya bahasa
a.perbandingan,
b.pertentangan,
c.perulangan,
d.depersonifikasi, dan
e.metafora digunakan dalam dongeng anak berbaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H