Mohon tunggu...
Sintiya TriAnjani
Sintiya TriAnjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sastra, Bahsa, Kesehatan, Pendidikan, Seni & budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Anak Sepasang Sepatu, Pengertian dan Contoh Cerpen

20 April 2024   12:46 Diperbarui: 20 April 2024   12:55 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek dimana terdapat struktur yang lengkap mulai dari perkenalan tokoh, konflik pemasalan, dan juga upaya penyelesaian dari permasalahan yang di hadapi. Cerpen juga secara umum  merupakan suatu cerita yang berikan tentang fiksi atau fantasi. Banyak sekali jenis cerpen dengan berbagai judul menarik sering kita jumpai di berbagai macam media onlien. 

Berikut merupan salah satu contoh cerpen yang menarik untuk di baca dan juga sekilas penjelasan terkait cerpen dengan judul "Sepasang Sepatu". Dimana cerpen ini mengisahkan persahabatan antara RIO dan BAGUS. Terdapat perbedaan besar antara RIO dan juga Bagus dari segi ekonomi, akan tetapi hal ini tidak membuat persahabatan yang mereka jalin menjadi renggang. Perjalanan persahabatn mereka tidaklah mudah apa lagi dengan kepindahan RIO ke kota makasaar. Bagaimana tertarik untuk membaca isi ceritanya lebih lanjut ?. Yuk langsung baca ceritanya.

                                                                                                    

SEPASANG SEPATU 

Oleh: Sintiya tri anjani

Aku dan Bagus merupakan sahabat karib. kami bersekolah di sekolah yang sama yaitu SD Budi Satria. Semua teman sekelasku sering menyebut aku dan Bagus sebagai sahabat perangko. Mereka bilang, di mana ada Rio di situ ada Bagus. Akan tetapi antara aku dan Bagus memiliki perbedaan. Aku dari keluarga yang berada, dan Bagus berasal dari keluaga yang sederhana.

Namun, walaupun Bagus berasal dari kelurga yang sederhana, aku tidak pernah menyombongkan diri kepada Bagus karena menurutku persahabatan tidak di nilai dari materi akan tetapi ketulusan dan  kesetiaan adalah kunci dari kokohnya suatu persahabatan. Aku dan Bagus memiliki hobi yang sama yaitu bermain bola. Satu hal yang paling aku kagumi dari Bagus yaitu ia sangat pandai bermain sepak bola bahkan sering memenangkan perlombaan antar kelas di sekolah kami. Aku jadi termotivasi dan ingin belajar banyak hal tentang dunia sepak bola bersama dengan Bagus.

Persahabatanku dengan Bagus sungguh menyenangkan, di mana kami sering bertukar ide dan gagasan terkait dunia olah raga. Namun, aku merasa bersalah karena harus meninggalkan bagus karena ikut ayah dan mengharuskanku pindah ke sekolah di tempat ayahku bertugas.

Suatu hari, ada pengumuman di papan mading mengenai suatu perlombaan sepak bola antar sekolah. Aku terheran melihat Bagus hanya diam saja tidak seantusias saat ia mengikuti perlombaan antar kelas bahkan aku bisa melihat wajahnya sangat murung.

   "Bagus, kamu mau mengikuti lomba ini enggak?" tanyaku.

   "Kayanya untuk kali ini aku mundur deh Rio" ucapnya yang membuatku kaget dan bertanya-tanya mengapa dia tidak mengikuti        lomba itu padahal yang aku tahu Bagus biasanya sangat antusias dengan perandingan olah raha terutama sepak bola.

   "Tapi kenapa? Padahal kamu sangat berbakat bahkan selalu memenangkan lomba" tanyaku. Akan tetapi Bagus hanya tersenyum lalu mengajakku untuk kembali ke kelas karena jam istirahat telah selesai.

Keesokan harinya, aku tak sengaja menemukan buku diari milik bagus yang terlihat seperti buku lama yang kusam tertinggal di laci meja miliknya dan aku berniat memberikan langsung kepada Bagus kerumahnya. Akan tetapi, ada kendala di karenakan aku mendapat kabar bahwa ayahku sedang sakit dan aku pun langsung berlari terburu-buru kerumah sakit tempat ayahku di rawat. Saat sedang berlari tak sengaja buku yang aku pegang jatuh dan membuatku tak sengaja melihat isi dari buku diari itu.

Dalam buku diari milik Bagus ia ternyata mengidam-idamkan sepasang sepatu bola sejak umurnya masih 8 tahun. Aku jadi terharu dan menyadari mengapa Bagus tidak ingin mengikuti perlombaan itu. Karena buku diari ini aku jadi mendapatkan ide ingin memeberikan hadiah sepasang sepatu bola untuk Bagus sebelum kepindahanku ke kota yang baru.

Sepulang dari sekolah, aku menceritakan keiinginan sahabtku itu kepada kakaku Bagas. Lagi pula, sebentar lagi Bagus berulang tahun yang ke-10. Maka dari itu aku meminta kepda kakaku Bagas untuk membelikan Bagus sepatu yang ia impikan.

   "jadi menurut kakak merek sepatu seperti apa yang cocok untuk Bagus?" tanayaku sedikit bingung.

   "Kamu tau ukuran sepatu bagus?" tanyanya.

Mendengar hal itu, aku sedikit berfikir "Em..sepertinya 34 cm" jawabku.

   "Kalau begitu merek sepatu Nike cocok untuk ukuran kaki Bagus" katanya. Aku pun langsung mengangukkan keplaku tanda setuju.

***

Esok paginya, aku melihat bagus memasuki ruang kelas. Aku pun langsung bergegas menyapanya.

  "Hei Bagus apa kabar" sapaku dengan ramah sambil melambaikan tanganku kepadanya.

  "Kabarku baik, bagai mana denganmu? Aku dengar ayahmu masuk rumah sakit apakah sudah pulih?" tanyanya.

Aku tersenyum, "Ayahku hari ini sudah bisa pulang kerumah, kata dokter ayah hanya kelelahan akibat pekerjaan yang menumpuk" ucapku.

  "Oh ya, aku tak sengaja menemukan buku diari milikmu tertinggal di laci meja" kataku sambil menyodorkan buku tersebut. Akan  tetapi aku melihat Bagus nampak sedikit kaget, ini terlihat dari raut wajahnya.

  "Terima kasih" ucap Bagus kepadaku.

Pulang dari sekolah aku mendatangi Bagus yang sedang duduk dibawah pohon "Baru selesai latihan?" tanyaku karena melihatnya sedikit berkeringat.

Bagus menoleh, "Iya nih..kamu kenpa belum pulang?" tanyanya kembali.

  "Sengaja mau menemuimu" ucapku sambil menyodorkan sebuah kado.

  "Kamu tau hari ini aku berulang tahun?" tanya bagus penuh haru.  "Kamu kan sahabat aku Bagus, masa ia aku gk tau hari ulang tahun kamu" ucapku sambil merangkul Bagus. 

  "Coba buka apa isi kado yang aku berikan untukmu" dengan sigap dan penuh antusias Bagus membuka isi kado yang aku beri.

  "Ini sepatu bola untukku?" tanya Bagus tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Aku menganggukkan kepalaku. Dengan cepat bagus memelukku dengan erat. Aku dapat melihat matanya yang berkaca-kaca.

  "Terima kasih Rio, kamu memang sahabat karib terbaikku" ucapnya.

"Sama-sama Bagus, kamu jadi kan mengikuti perlombaan ini?" ucapku sambil menyodorkan sebuah kertas berisikan pengumuman perlombaan.

  "Tentu saja aku kan mengikutinya, dan aku berjanji padamu akan memenangkan perlombaan ini"ucap Bagus.

  "Aku akan selalu mendukungmu Bagus"ucapku.

  "Terima kasih"ucapnya sambil kembali memelukku dengan erat.

Aku senang melihat sahabatku kegiranagan. Apalagi membayangkan bagaimana bagus bisa mengenakan sepatu bola yang aku belikan untuknya.

  "Oh ya bagus, aku ingin memberitahukan sesuatu kepadamu bahwa aku akan pindah ke kota makasar karena ikut ayah dan mengharuskanku pindah ke sekolah di tempat ayahku bertugas" ucapku. Mendengar hal itu Bagus lantas menatapku dengan tatapan sendu.

  "Benar kah ?" ucap bagus sedikit terkejut.

  "iya".ucapku sambil menundukkan pandanganku ke tanah.

  "Jadi, kapan kau akan berencana untuk pergi ?" tanyanya. Aku dapat melihat sorot kesedihan yang tergambar dari pelupuk matanya.

  "Besok pagi"ucapku.

  "Tidak apa Bagus, meskipun kita terpisah aku tidak akan pernah melupakanmu sebagai sahabat terbaik di hidupku" ucapku  kepadanya.

  "Kau berjanji ?" ucapnya sambil mengangkat jari kelingkingnya.

  "Aku berjanji" ucapku sambil menautkan jemari kelingking kami.

***

Suatu hari, bunyi sepeda motor menderu di depan rumah. Pak pos menyerahkan paket untukku. Karena penasan, aku langsung membuka isi paket. Bagus telah menepati janjinya kepadaku dan mengirimkan foto-foto dirinya bersama dengan mendali kejuaraanya serta sepucuk surat . Aku sebagai sahabatnya turut bangga melihat sahabatku memiliki bakat yang sangat luar biasa dan aku yakin kelak Bagus akan menjadi seorang atlet sepak bola yang handal.

Dear sahabatku Rio,...

Entah sudah berapa banyak kata terima kasih aku ucapkan untukmu. Jika bukan karenamu yang selalu mendukungku dan memberikan sebuah kado sepesial ini mungkin..aku tak bisa mengikuti perlombaan yang sangat aku impikan ini. Kau tahu ? aku di sini merindukanmu...setiap aku memasuki kelas, bermain ke lapangan sepak bola dan tempat-tempat yang sering kita datangi aku selalu mengingatmu Rio. Ada harapan besar di hatiku untuk dapat bisa berjumpa kembali dengan mu dan  untuk persahabatan kita semoga tetap abadi dan takan pernah berakhir Rio.

     Salam hangat Bagus...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun