Tubuh Ancala sangat dingin. Wajahnya pucat.
Aku coba membangunkan Ancala, tapi nggak ada repon. Seketika aku langsung teriak dan pendaki lain yang tendanya berada dekat dengan tendaku, datang menghampiriku.
"Mbak, temannya kenapa mbak?" tanya salah satu pendaki.
"Saya nggak tau mas, semalam dia baik-baik saja. Terus waktu aku coba bangunin, tubuhnya uda panas banget. Tolong mas." ucapku dengan ketakutan. "Kemaren waktu mau summit, dia sempat kena hipo, mimisan dan wajahnya pucat banget." lanjutnya.Â
Kemudian pendaki tersebut mencoba memberi nafas buatan untuk Ancala, namun tak berhasil.
"Mbak, sepertinya teman mbak ini punya riwayat penyakit khusus. Coba mbak cek di carriernya, kemungkinan ada obatnya." ucap si pendaki tersebut.
Dengan cepat aku membongkar carrier dan waistbag yang digunakan Ancala.
Aku menemukan beberapa obat diluar kotak P3K dan langsung aku berikan beberapa obat tersebut ke pendaki yang menolongiku.
"Mbak, ini obat-obatan tekanan darah untuk memperlambat perkembangan penyakit ginjal."
Aku langsung lemes. Tak bisa berkata apa-apa lagi.
Kenapa kamu menyembunyikan itu dari aku, Al?