"Kamu pakai ini ya, aku keluar sebentar bikin minuman hangat buat kamu." ucapku sambil memberikan selimut ekstra dan sleeping bag.Â
Jujur disini aku panik banget. Gimana nggak panik cobak, Ancala yang biasanya sosok lelaki kuat, nggak pernah hipotermia, tiba-tiba terserang.
Aku menuangkan air ke dalam nesting dan menyalakan kompor. Sambil menunggu air mendidih, sesekali aku menengok Ancala dari luar tenda.Â
Ancala terlihat lebih membaik dari sebelumnya. Syukurlah, ucapku dalam hati.
"Al, bangun yuk, ini aku udah bikinin teh hangat." aku mencoba membangun Ancala yang terlihat sedang tidur.
Karena nggak ada respon dari Ancala, aku biarkan saja dia beristirahat. Suhu tubuhnya pun sudah kembali normal.
Dengan sangat hati-hati, aku keluar dari tenda agar tidak membuat Ancala terbangun.
Udara malam ini benar-benar dingin. Di samping kanan kiri, masih banyak pendaki yang sedang mengobrol di depan tenda. Tak sedikit juga dari mereka yang sudah tertidur pulas.
Malam yang sunyi
Ku duduk di depan tenda
Ku rasakan sejuknya angin malam
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!