Sesampainya aku di rumah, ponselku bordering menandakan ada pesan masuk. Dari grup sosmed teman sekelasku. Pengirimnya Indi, ia mengatakan untuk datang ke rumahnya besok yang bertepatan hari Minggu untuk makan bersama ulang tahun ayahnya. “Oke, kami datang,” begitu balasan teman-teman. Tapi aku tak berani mengetikkan apapun. Justru aku semakin khawatir. Aku yakin Rana juga begitu.
Esoknya semua berjalan lancar dan tak ada masalah apapun di rumah Indi saat makan bersama. Aku rada tenang dan menganggap ini hanya kekhawatiranku saja. Aku pulang ke rumah bersama dengan Rana juga Rafiar, Uji, dan Adit, sahabat dekatku setelah Rana dan Indi.
Malam harinya aku dikejutkan dengan pesan dari Indi yang mengatakan selamat tinggal. Aku dan Rana, yang juga menerima pesan itu langsung berlari menuju rumah Indi. Aku berlari di tengah dinginnya malam menuju halte, ayah, ibu maupun kakakku sedang tidak di rumah. Sampai di rumah Indi, aku dan Rana mendapat sebuah surat dari satpam di rumah Indi.
Untuk sahabatku, Rana dan Trisa. Terima kasih untuk dua tahun ini. Maaf aku tak bisa memberi kalian apa-apa. Aku harus pergi. Aku tahu kalian sudah khawatir dengan keadaanku, tapi maaf aku tak bisa memberi tahu kalian yang sebenarnya secara langsung, aku takut kalian akan mencegahku pergi. Aku sakit, ada masalah di tenggorokanku dan aku akan operasi Selasa besok. Itulah kenapa tugasku tidak selesai karena hari itu aku mengetahui kebenaran penyakitku selama beberapa bulan terakhir dan juga kenapa aku ingin kita bernyanyi bersama.
Aku akan pindah ke rumah pamanku bersama kedua orang tuaku. Di kota pamanku, penyakitku ini akan lebih cepat sembuh dibanding dengan kota kita. Setelah aku sembuh, orang tuaku akan kembali tapi aku tetap di sini untuk melanjutkan belajarku. Aku kan bersekolah di sini. Seperti mimpiku, aku ingin menjadi dokter paru-paru yang hebat. Aku akan mewujudkannya di kota ini. Tapi aku tak akan lupa dengan mimpiku menjadi penyanyi. Aku juga akan berusaha mewujudkannya di sini setelah aku sudah sembuh total. Aku akan kembali suatu saat nanti. Sampai bertemu di saat kita sudah sukses dengan impian masing-masing. Ceritakan yang terbaik tentangku pada teman-teman. Sampaikan maaf dan terima kasihku. Hiduplah dengan baik.
Begitulah, aku dan Rana tak kuasa menahan tangis. Kami berpelukan, menantikan kapan saat yang dijanjikan Indi tiba. Saat kita sudah sukses. Baiklah, sembuhkan penyakitmu, kejar mimpimu dan sampai jumpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H