Mohon tunggu...
Sinta Nur Riski
Sinta Nur Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Nim 43120010022 Mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis Dosen pengampu Apollo Prof.Dr,M.Si.Ak Universitas MercuBuana

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tugas Besar 2 Prof.Dr Apollo: Memahami Penjelasan Etika dan Hukum Filsuf Plato

25 Mei 2022   10:19 Diperbarui: 25 Mei 2022   10:22 2794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Plato, semakin banyak pengertian yang muncul maka semakin banyak pula jenis idea. Terhadap pengertian yang berkaitan dengan barang, sifat, hubungan ada suatu idea yang bertepatan. Seluruh dunia idea merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terdapat tingkatan derajat. Ide timbul karena kecerdasan berpikir, oleh sebab itu pengertian yang dicari dengan pikiran disebut idea yang pada hakekatnya sudah ada, tinggal mencarinya. Pokok tinjauan filosofi Plato ialah mecari pengetahuan tentang pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran Socrates yang mengatakan "budi ialah tahu". Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato.

 Pengertian yang mengandung di dalamnya pengetahuan dan budi yang dicarunya bersama Socrates, pada hakekatnya berlainan dengan pengalaman. Menurutnya pengalaman hanya alasan untuk pengetahuan yang bersumber dari ide. Plato memberikan sebuah contoh: kalau kita melihat orang cantik, penglihatan itu hanya mengingatkan dalan keinsyafan tentang pengertian bagus yang terlihat pada orang itu. Pengertian bagus yang sebenarnya bukan kumpulan segala bagus seperti yang dilihat. Segala pengertian itu berasal dari idea. Menurutnya, siapa yang hidup di dunia idea, tidak berbuat jahat.

Dengan demikian, untuk mencapai budi baik ialah menanam keinsafan untuk memiliki idea dengan pikiran. Tanda dunia idea adalah tetap. Istilahnya tidak berubah-ubah seperti halnya dunia penglihatan. Di dalam hal inim ada dua jalan untuk melaksanakan dasar etik: pertama, melarikan diri dalam pikiran dari dunia yang lahir, semata-mata hidup dalam dunia idea. Kedua, mengusahakan berlakunya idea dalam dunia yang lahir ini. Dengan kata lain, melaksanakan hadirnya idea dalam dunia ini. Dari dua hal tersebut, dapat disederhanakan bahwa tindakan yang pertama merupakan suatu perbuatan yang ideal dan tindakan yang kedua lebih riil. Ide kebaikan merupakan tujuan bagi semua benda yang ada. Artinya, ide-ide memberikan kejelasan, kebenaran, dan kebaikan kepada semua benda lain yang bergantung padanya. Ide juga menciptakan keselarasan dan kesatuan bentuk-bentuk tersebut. Melalui ide kebaikan, plularitas bentuk-bentuk yang beragam menjadi kesatuan totalitas. Plato dalam berfilsafat kerap menggunakan bahasa metafora. Ia membandingkan ide kebaikan dengan matahari menjadikan benda konkret du dunia yang visibel dan sumber kehidupan, pertumbuhan, serta nilai. 

Oleh karena itu, ide kebaikan memberikan kebenaran yang membuat bentuk menjadi dapat dinalar, begitu pula menjadi sumber keberadaan dan kebaikannya. Ia menuturkan bahwa ide kebaikan secara universal menciptakan segala hal yang indah dan benar, merupakan induk dan tambang cahaya di dunia ini, menjadi sumber kebenaran akal. Plato juga berkata "kebaikan bukanlah esensi, namun jauh melebihi esensi dalam kemuliaan dan kekuatannya".
Di dalam ide kebaikan, Plato mengungkapkan pandangan mengenai sumber kebenaran dan kebaikan yang absolut. Ide kebaikan adalah sumber nalar, kebenaran, dan nilai tujuan moral. Melalui ide kebaikan, tercipta kebaikan dan kebaikan absolut yang tunggal, ia melapangkan jalan menuju Tuhan. 

Kebaikan merupakan nilai tertinggi sebagai sumber dari nilai-nilai lainnya. Ide kebaikan yang digagas Plato adalah konsep atas hal yang absolut, prinsip sempurna dari segala realitas, kebenaran dan nilai-nilai. Selama dua ribu tahun, ketika manusia berpikir mengenai Tuhan, mereka memimpikan adanya garis pembagi dan menapak keluar dari gua melalui kekuatan akal dan kekuatan cinta menuju ide kebaikan Plato. Di dalam kehidupan Plato, teori yang digagasnya direalisasikan pada masa mudahnya seperti yang tercatat dalam karyanya Phaedon. Pelaksanaan etikanya didasarkan pada idea dengan menjauhi dunia nyata. Hidup diatur demikian, sehingga timbul cita dan rindu kepada idea. Kemudian selangkah lebih maju untuk melaksanakan jalan yang kedua, yang tertulis dalam di bukunya berjudul Republik, di dalam buku itu tertulis sikap hidup diatur, supaya dunia lahir "ikut serta" dalam dunia idea agar tercipta suatu negara ideal. Tujuan etik bersatu dalam bidang agama yang menekankan bahwa budi merupakan tujuan untuk melaksanakan idea keadilan dalam hidup dan dalam negara sebagai badan kolektif.
Di dalam bukunya yang berjudul Xarmides dalam bentuk dialog, dijelaskan mengenai keugaharian (Sophrosune). Keugaharian adalah sebuah keutamaan yang terutama tampak dalam kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya, mengontrol dirinya karena mengetahui batas. Bertindak demikian karena "tahu" mana yang baik dan yang jahat. "Pengetahuan ini bukanlah kebijaksanaan teoritis, melainkan semacam hikmat praktis yang membimbing orang dalam bertindak". Orang yang memiliki keugaharian disebut Sophron (ugahari). Sikapnya santun, tahu malu dan sederhana.
Dalam bahasa Indonesia diartikan dengan unsur moral dan unsur intelektual. Bahasa jawanya mawas diri. Sebagaimana keutamaan mawas diri penting bagi seorang politis. Menjadi pemimpin politik harus winasis (berpengetahuan), wasis (cakap), awas dalam menimbang dan mawas diri. Pada sejarah sastra Yunani merujuk pada jiwa, orang memiliki disposisi intelektual yang sehat sehingga membuat penilaian dengan baik dan tindakannya terukur. Hal ini dekat dengan kebijaksanaan praktis. Ini semacam pengetahuan universal seperti yang ditulisnya dalam karya Xarmides dalam bentuk dialog antara Sokrates dan Kritias :Sokrates: "Kalau keugaharian adalah sebuah sains, katakan padaku, apa objek khas dari kugaharian, yang tentu saja berbeda dari keugaharian itu sendiri?" Kritias : "Nah, akhirnya, Sokrates!" Jawabnya. "karena terus dicari akhirnya kamu sampai juga pada pembedaan keugaharian dan berbagai sains lainnya. Tetapi kamu masih mencari-cari kemiripan antara keugaharian dengan berbagai sains lainnya. Padahal sebetulnya tidak demikian, karena bila sains-sains lainnya memiliki objek di luar dirinya, hanya keugaharian yang sekaligus menjadi sains tentang sains-sains lainnya dan sains tentang dirinya sendiri. Sebenarnya perbedaan ini bukannya tidak kamu sadari, tetapi menurutku, saat ini kamu sedang melakukan hal yang kamu sendiri tidak mau mengakui apa yang sedang kamu lakukan : yaitu kamu sedang berusaha menyanggahku tanpa memperdulikan topik bahasan diskusi kita."Pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan yang menjadi jaminan mencapai kebahagiaan. Tujuan dari setiap hidup berkeutamaan adalah tawaran pemikiran terakhir yang diberikan Plato dalam dialog Xarmides. Pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan bisa menggantikan apa yang diutarakan Kritias sebagai sains universal. 

Namun berbeda dengan potensi universal yang diklain Kritias. Bagi Socrates, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan hanya menjadi pengarah umum bagi semua sains tanpa pretensi mengetahui secara detai objek khas tiap-tiap sains. Sebagai sains arkhitektonis, pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan menjadi satu-satunya ilmu yang mampu menunjukkan kepada sains partikular apa pun tujuan nama yang layak direalisasikan, yang benar-benar mewujudkan kebaikan sejati, maka dari situ kebahagiaan sejati bagi manusia. Keugaharian sebagai pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan membantu tiap sains agar menemukan tujuan dasar dari dirinya, sehingga bisa menghasilkan kebaikan. Dalam proses dialog, sebenarnya keugaharian sudah didekatkan dengan pengetahuan kebaikan dan kejahatan. Maka keugaharian merupakan sebuah tindakan melakukan urusannya sendiri, dalam melakukan kebaikan dan mengenai diri sendiri. Tindak mengurus diri sendiri sebagai definisi keugahariaan dibimbing oleh pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan. Sokrates : "Sains mana yang lebih banyak memberikan kebahagiaan? Apakah sains yang memberikan pengetahuan masa kini, masa lalu dan masa depan? Atau yang memberikan pengetahuan tentang aturan bermai dam?" Kritias: "Tentang kebaikan dan kejahatan", jawabnya. Sokrates menegaskan bahwa sama seperti kita, tidak boleh berupaya menyembuhkan mata secara terpisah dari kepala atau kepala terpisah dari tubuh. 

Demikian juga kita tidak boleh berupaya menyembuhkan tubuh secara terpisah dari jiwa dan alasan mengapa banyak penyakit tidak bisa ditangani tabib-tabib Yunani adalah karena mereka melalaikan keseluruhan yang semestinya dirawat, karena pada saat keseluruhan sedang buruk keadaannya, sangat tidak mungkin bahwa bagian-bagian terasa baik. Sebenarnya, katanya lagi, jiwa adalah sumber dari segala hal-hal buruk dan hal-hal baik yang ada pada tubuh dan manusia secara keseluruhan, dan bahwa dari jiwalah sumbernya, mengalir mirip dari kepala sampai mata.

Dalam karyanya yang berjudul Apologia, sebuah karya dalam bentuk teks pidato atas pembelaan terhadap Sokrates saat diadili oleh pengadilan Athena, dia berkata: "Kalau kautanyakan, jenis kebijakan yang bagaimanakah itu, maka jawabku ialah kebijakan sebagaimana dapat dicapai oleh manusia, dalam artian yang demikian itu maka aku cenderung untuk percaya bahwa aku ini memang bijaksana, tetapi yang nama-namanya kusebutkan tadi memiliki kebijakan yang melebihi taraf manusiawi belaka, sehingga sukar bagiku untuk melukiskannya, karena aku sendiri tak memiliki kebijakan demikian itu. Maka mereka yang mengatakan bahwa aku ini sejenis mereka pula dustalah semata-mata, tentunya bermaksud menimbulkan noda kepadaku"
Keutamaan tertinggi adalah kebijaksanaan yang dirumuskan Plato sebagai memahami ide kebaikan. Identifikasi Plato tentang kebajikan ditegaskan bahwa para filsuf adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan yang benar tentang kebaikan, sebab itu mereka yang mampu memimpin negara. Filsuf memiliki kualitas yang cocok untuk pemerintahan, karena memiliki pengetahuan tentang kebajikan sekaligus orang yang baik dan benar. Plato menyadari bahwa untuk mencapai dunia asalnya, manusia akan banyak menghadapi rintangan dan hambatan. 

Materi merupakan penghalang terbesar, dan meskipun ia dapat disingkirkan, namun penghalang itu tidak dapat dihilangkan seluruhnya, karena wujud manusia sangat terbatas. Dengan kemampuan intelektual yang dimilikinya, manusia begitu, manusia dapat mengatasi hambatan yang terdapat pada diri sendiri, namun tugas ini sangat berat. Manusia harus berjuang membebaskan fakultas rasionalnya dari pengaruh jasad yang bertentangan antara baik dan buruk.

Dari sinilah, menurut Plato, munculnya teori etika.  Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, dunia yang sesungguhnya bagi Plato ialah dunia ide. Sedangkan segala sesuatu yang ada di dunia inderawi hanyalah merupakan realitas bayangan. Selama manusia berada di dunia inderawi, ia senantiasa rindu untuk naik ke atas, ke dunia ide. Maka selama ia hidup, ia harus memiliki pengetahuan yang disempurnakan oleh pengertian yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Ia harus mengupayakan semaksimal mungkin untuk meraih pengetahuan yang benar, karena hanya orang yang memiliki pengetahuan yang benar yang disebut bijaksana dan berbudi baik. Pemahaman lewat pengetahuan yang benar itu akan menuntun mereka yang bijaksana dan berbudi baik sampai kepada pengenalan akan ide-ide yang merupakan kebenaran sejati.

Dunia ide menurut Plato sendiri memiliki ciri-ciri, yaitu tidak berubah, tetap dan merupakan sebuah bentul asal dari segala sesuatu. Perubahan-perubahan yang terjadi itu mengakibatkan bentuk tiruan dari bentuk asal didunia ide. Plato berpendapat bahwa dunia yang kita rasakan itu melalui indra kita hanyalah bayangan semata yang tidak menunjukan bentuk asli dari kondisi ideal di dunia ide, maka dari itu memperoleh pengetahuan yang sejati manusia harus mempelajari dunia ide.  Plato mengatakan bahwa tujuan hidup manusia itu adalah mencapai kesenangan hidup, menurutnya kesenangan hidup adalah dengan memperoleh suatu pengetahuan, bukan hanya kesenangan hidup duniawi saja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun