Stabilisasi makroekonomi
Sejak krisis ekonomi pada tahun 1991 dan 1996, pemerintah Rusia memfokuskan stabilisasi makroekonomi dengan membatasi defisit dan menjaga tingkat utang pemerintah tetap rendah. Pemerintah menjaga defisit anggaran serendah mungkin.
-
Devaluasi Rubel
Sanksi yang dijatuhkan Barat dan jatuhnya harga minyak, komoditas andalan Rusia, memaksa Rusia mendevaluasi Rubel dengan mengatur harga minyak berdasarkan Rubel dan bukan Dollar. Pada tahun 2014-2015, Rusia membiarkan pergerakan harga Rubel bergantung pada harga minyak. Dengan ini, Rusia bisa dengan mudah mendapatkan Rubel untuk setiap pembelian minyak.
Dengan begitu, pemerintah Rusia bisa membayar anggaran dalam Rubel dengan lebih mudah. Namun, devaluasi Rubel ini berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat Rusia. Akibatnya, barang impor yang dihargai dengan Dollar maupun Euro menjadi lebih mahal.
Menyelamatkan industri melalui pinjaman bank
Sanksi yang dijatuhkan pada tahun 2014 membuat banyak industri di Rusia hampir bankrut. Pemerintah Rusia melalui bank sentralnya memberikan pinjaman Dollar kepada bank-bank swasta yang kemudian dipinjamkan kembali kepada industri yang terancam bankrut. Langkah ini berdampak pada berkembangnya bank-bank swasta Rusia pada tahun itu.
Selain kebijakan moneter dan fiskal, Rusia juga menerapkan kebijakan self sufficiency dan import substitution yaitu kebijakan untuk menggantikan barang kebutuhan impor dengan produksi dalam negeri. Dengan dua kebijakan ini, Rusia berhasil mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Salah satunya di bidang agro industri gandum, kentang, susu, daging dan telur, buah-buah serta sayur-sayuran danÂ