Penulis: Sindy Sintiya
NIM: 0301173491
Prodi: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Stambuk: 2017
Instansi: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Â
Pendidikan merupakan proses dan sistem yang berujung pada pencapaian kualitas hidup manusia yang dianggap ideal dan sempurna. Siapapun bisa menempuh pendidikan sampai batas akhir kemampuan. Pendidikan adalah komponen terpenting dalam kehidupan manusia. pendidikan merupakan proses dari memanusiakan manusia. melatih, mengajar, membimbing, mendidik, dan mengevaluasi peserta didik dengan baik agar peserta didik menjadi lebih baik dan terarah.
Pendidikan juga merupakan proses belajar seumur hidup baik dalam formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan proses perubahan hidup manusia dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan dikatakan proses memanusiakan manusia. pendidikan pada biasa dilakukan di dalam lembaga pendidikan dengan kegiatan tatap muka atau pertemuan langsung antara pendidik dengan peserta didik. Â Pendidikan juga dilakukan oleh semua orang tanpa terkecuali baik normal maupun orang dengan berkebutuhan khusus atau penyandang disibilitas dengan lembaga pendidikan khusus.
Wabah corona (covid 19) yang melanda dunia, telah memberikan tantangan tersendiri bagi semua pihak salah satunya lembaga pendidikan. Untuk mengantisipasi penularan virus corona, pemerintah telah mengeluarkan/menetapkan beberapa kebijakan, seperti isolasi, social distancing and physical distancing bahkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi seperti ini menuntut lembaga pendidikan untuk melakukan pembelajaran jarak jauh atau secara daring.
Dalam masa pandemi covid-19 yang muncul menghalang proses pendidikan normal tatap muka menjadi pendidikan yang dijalankan dengan membutuhkan alat bantu media komunikasi ataupun media sosial. Dampak yang  ditimbulkan dari covid-19 sangat banyak. Baik itu dari segi ekonomi, sosial dan yang terpenting pendidikan. Oleh karena itu pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk membatasi diri dari lingkungan agar terhindar dari ancaman covid-19.
Saat masa pandemi ini, pendidikan tidak dapat dilakukan sesempirna pada masa normal. Pendidikan pada saat ini dilaukan dengan batasan batasan, seperti batasan pertemuan yang membuat peserta didik tidak dapat melakukan pembelajaran seperti biasanya. Peserta didik diharapkan belajar dan melakukan kegiatan dari rumah. Namun itu semua menjadi kendala bagi peserta didik untuk memajukan karakter berfikirnya. Pandemi ini juga menghambat proses pembelajaran termasuk pembelajaran pendidikan agama islam yaitu khususnya bagi anak penandang desibilitas yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dengan proses pembelajaran tatap muka dilembaga pendidikan khususnya.
Hambatan yang sulit dalam mengahadapi anak penyandnag disabilitas ketika dirumah yaitu, terkadang orang tua sulit mengendalikan anak tersebut hanya orang yang ahli dibidangnya yang mampu memahami karakternya. Masa pandemi ini sangat memperburuk keadaan anak-anak dengan penyandnag disabilitas yang harus mendapat pembelajaran lebih tersebut.
Pembelajaran pendidikan agama islam yang biasanya dilakukan dilingkungan sekolah berupa praktek untuk menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam membentuk manusia yang berkepribadian baik dan luhur menurut ajaran agama islam. Namun ketika masa pandemi pendidikan tersebut harus tetap dilaksanakan agar peserta didik dengan berkebutuhan khusus tetap dalam budi pekertinya yang luhur.
Mata pelajaran yang ada didalam lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus/penyandnag disabilitas biasanya memiliki pokok bahasan dari tiap mata pelajaran tersebut ada yang bersifat teoritis yang mencakup teori murni dan praktek.
Tujuan dilaksanakan pembelajaran pendidikan agama islam untuk anak berkebutuhan khusus atau penyandang desibilitas adalah, sebagai berikut:
1. Agar dapat menghasilkan individu yang melakukan kegiatann sehari-hari tanpa bantuan orang lain melalui kemampuan dirinya dalam menggunakan persepsi pendengaran, penglihatan, taktik, gerak halus, dan gerak kasar
2. Agar dapat menghasilakn individu yang mempunyai kematangan diri dan sosial. Misalnya dapat memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan yang baik dan bersikap tekun
3. Menghasilkan individu yang mampu bertanggung jawab secara pribadi dan sosial seperti dapat berhubungan dengan orang lain dan berperan didalam suatu lingkungan.
4. Agar dapat menghasilkan individu yang mampu melakukan penyesuaian diri dan sosialnya.
Pengenalan pembelajaran agama islam terhadap anak penyandang desibilitas yaitu pengenalan dan tanggung jawab diri terhadap allah swt. pengenalan dan tanggung jawab diri terhadap rasul dan nabi, pengenalan dan tanggung jawab diri terhadap kitab allah, pengenalan dan tanggung jawab diri terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan secara daring yaitu dengan cara:Â
1. Sebelum memberikan tugas guru menyiapkan apa saja tugas yang akan diberikan melalui perencanaan pembelajaran yang sudah guru siapkan secara daring. Sebelum guru memberikan tugas, terlebih dahulu guru memberikan arahan kepada ornag tua anak untuk memandu anak mengerjakan tugas.
2. Orang tua memperhatikan anak dan memantau anak untuk mengerjakan tugas yang guru berikan.
3. Setelah anak selesai mengerjakan tugas, kemudian orang tua memeriksanya terlebih dahulu, lalu mengirimnya kepada guru.
4. Guru memeriksa tugas yang sudah dikumpulkan oleh orang tua anak.
5. Guru memberitahukan hasilnya kepada ornag tua anak hasil tugas yang anak kerjakan.
6. Guru memberikan motivasi terhadap ornag tua anak agar senantiasa orang tua terus berperan aktif untuk mengawasi anak dalam pembelajaran secara daring ini.
7. Guru melakukan video conference dengan orang tua anak untuk melihat anak mengerjakan tugas dan membantunya
8. Orang tua mengajari anak. Agar pembelajaran secara daring ini tetap berjalan.
Dibalik pembelajaran daring ini ada kelemahan yang terdapat, yaitu:
1. Tidak semua orang tua paham menggunakan gadget
2. Pembelajaran yang kurang efektif
3. Anak tidak mendapat pendidikan secara langsung dari guru
4. Aksestabilitas pemebajaran yang terbatas
5. Anak tidak mendapatkan ilmu baru yang diberikan guru
6. Pemahaman anak yang kurang efesien karena pembelajaran daring.
Pembelajaran yang dilakukan dirumah tetap sesuai dengan pengenalan dan tanggung jawabnya. Dalam pengawasan orang tua dan pengawasan guru melalui media sosial. Pembelajaran yang tidak memberatkan peserta didik, tidak membuat stress atau bahkan membuat peserta didik mengalami down emosional. Pembelajaran yang dilakukan dirumah  bersifat sederhana seperti melakukan ibadah rutin, berbuat baik terhadap orang lain, patuh terhadap yang lebih tua, penurut dan tekun. Maka dengan itu guru mampu menilai kemampuan peserta didik penyandang desibilitas dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama islam selama masa pandemi.
Maka dengan adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan walaupun berada dirumah anak penyandang desibilitas tetap akan mendapatkan pembelajarannyya dengan pengawasan orang tua dan gurunya. Anak penyandang desibilitas tetap mendapatkan ilmu dan tetap melatih diri menjadi lebih baik.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bersama anak penyandnag disabilitas/difable guru harus rajin memantau perkembangan belajar anak melaui pengawasan orang tua dan tugas yang diberikan guru. Ini semua agar pembelajaran daring tetap berjalan pada masa covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H