Sepanjang triwulan I tahun 2018, mata uang beberapa negara di dunia mengalami depresiasi terhadap Dolar AS. Peso Filipina, Lira Turki, Real Brazil, dan Rupiah Indonesia termasuk yang mengalami depresiasi nilai tukar terhadap Dolar AS pada triwulan I tahun 2018. Depresiasi Peso disebabkan oleh kenaikan impor bahan bakar seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur di Filipina. Selain itu, tingkat inflasi yang meningkat juga menjadi pendorong depresiasi Peso.
Lira Turki mengalami depresiasi sepanjang triwulan I tahun 2018 yang mencapai 5,2 persen terhadap Dolar AS. Hal ini merupakan kondisi terburuk sepanjang triwulan I dimana sampai bulan Maret tahun 2018 Lira Turki masih terus mengalami depresiasi. Hal ini didorong oleh kombinasi beberapa faktor seperti penguatan Dolar AS, defisit transaksi berjalan Turki yang memburuk, pemilihan umum presiden di Turki, dan tingkat suku bunga yang ditahan untuk tidak meningkat menjadi salah satu pendorong melemahnya nilai tukar Lira terhadap Dolar AS.
7). Perkembangan Harga Komoditas
Peningkatan harga komoditas internasional masih dalam tren meningkat sepanjang triwulan I tahun 2018, terutama komoditas energi dan pangan pertanian. Berdasarkan data Pink Sheet Bank Dunia, pada triwulan I tahun 2018, peningkatan terjadi pada komoditas batu bara Australia (25,6 persen, (YoY)), minyak mentah WTI (21,4 persen, (YoY)). Komoditas pertanian kakao juga mengalami peningkatan sebesar 4,8 persen, (YoY). Komoditas logam dan mineral seperti tembaga meningkat 19,1 persen (YoY), Nikel meningkat 29,3 persen (YoY), timah dan seng masing-masing meningkat 5,9 persen (YoY) dan 22,9 persen (YoY).
Harga batu bara meningkat cukup tinggi pada triwulan I tahun 2018 didorong oleh peningkatan permintaan yang tinggi di Tiongkok. Peningkatan harga batu bara dipicu juga oleh kondisi produksi yang terbatas dan rendahnya persediaan batu bara. Ke depan, konsumsi batu bara diperkirakan akan berkurang sebagai dampak kebijakan berbagai negara untuk menggunakan sumber energi yang lebih bersih. Harga batu bara sepanjang triwulan I tahun 2018 rata-rata mencapai USD102,4 per mt.
Sementara itu, harga logam dan mineral juga mengalami tren yang meningkat pada awal tahun 2018 didorong kombinasi permintaan yang meningkat dan terbatasnya produksi pada beberapa jenis logam atau mineral. Harga logam kemudian menurun pada bulan Februari 2018 disebabkan salah satunya oleh kebijakan perdagangan AS yang meningkatkan tarif untuk baja.
8). Harga Minyak Dunia dan Gas Alam
Harga minyak mentah dunia pada triwulan I tahun 2018 masih mengalami peningkatan yang mencapai USD64,6 per barel. Pembatasan produksi oleh negara-negara OPEC dan non OPEC pada akhir November 2017, penurunan produksi minyak oleh negara-negara OPEC pada bulan Desember 2017, penurunan jumlah rig di Amerika Serikat, peningkatan permintaan di India dan Korea Selatan, serta alasan geopolitik di Timur Tengah menjadi faktor pendorong meningkatnya harga minyak mentah dunia.
Seiring dengan peningkatan harga minyak pada pasar global, harga minyak mentah Indonesia juga mengalami peningkatan pada triwulan I tahun 2018. Harga minyak mentah Indonesia mencapai USD63,1 per barel. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan minyak terutama dari Vietnam, India, dan Korea Selatan. Hal ini disebabkan menurunnya suplai minyak di negara tersebut dan pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan.
9). Cadangan Devisa
Sepanjang triwulan I tahun 2018, beberapa negara mengalami peningkatan cadangan devisa seperti Tiongkok yang mengalami pertumbuhan devisa sebesar 4,4 persen (YoY) dibandingkan posisi Maret 2017. Total cadangan devisa Tiongkok pada bulan Maret tahun 2018 mencapai USD3.240,2 miliar. Hal ini seiring dengan menguatnya Yuan terhadap Dolar AS.