Tidak sedikit petinju yang rela melepas sabuk juara versi badan tinju tertentu untuk bertarung dengan lawan dari badan tinju berbeda, dibanding menjalani mandatory fight. Idealnya setiap tahun ada penantang yang wajib dihadapi pemegang sabuk dalam mandatory fight.
Ada cerita ironis. Pada 1997, Mike Tyson melepas gelar juara kelas berat WBC karena ingin menantang juara WBA, Bruce Sheldon. Sehingga pada 7 Februari 1997 digelar pertarungan perebutan gelar juara kelas berat WBC yang lowong antara Lennox Lewis vs Oliver McCall.
Pertarungan berlangsung anti klimaks, karena sejak ronde ke empat McCall tidak melepas satu pun pukulan dan hanya menghindar. Pertarungan dihentikan wasit di tengah ronde ke lima, setelah McCall tetap tidak melawan dan menangis.
Ini sebenarnya menjadi pertarungan ke dua mereka, setelah pertarungan pertama di tahun 1994, McCall menang TKO pada ronde ke dua. Diduga McCall mengalami tekanan dan sebenarnya tidak ingin rematch. Tapi pertarungan itu dianggap menjual, dimana Lewis adalah penantang urutan pertama dan McCall adalah penantang urutan ke dua, mereka juga mantan pemegang sabuk.
Pada kejadian lain di tahun 2018. Petinju kelas berat Curtis Harper memilih meninggalkan lawannya Efe Ajagba di atas ring sesaat setelah bel dimulainya ronde pertama dibunyikan. Menurut jurnalis Premier Boxing, Jordan Hardy, Harper melakukannya sebagai protes atas rendahnya bayaran yang dia terima.
Petinju kadang harus menerima kontrak bertarung atas pertimbangan tim dan permintaan publik. Ini menunjukkan bahwa petinju tak ubahnya alat untuk menghasilkan uang. Saat mereka berpeluh di atas ring, ada pihak lain yang mendapat uang lebih banyak di luar ring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H