Mohon tunggu...
Sindi Darmawan Prasetyo
Sindi Darmawan Prasetyo Mohon Tunggu... Freelancer - Pembaca yang ingin menulis

Menulis sedikit tapi bermanfaat, karena memberi inspirasi lebih penting dari sekedar menjadi viral

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Hukum Sabung Ayam dalam Bayaran Petinju Pro

20 Maret 2020   15:31 Diperbarui: 23 Maret 2020   12:25 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Attentie Attentie on Unsplash

Dalam rilis Forbes (23/12/2019), Floyd Mayweather disebut sebagai atlet dengan bayaran termahal dalam satu dekade terakhir. Bayarannya sebesar 915 juta dolar bahkan mengalahkan bayaran atlet sepakbola, basket dan F1.

Mayweather bukan satu-satunya petinju dalam daftar sepuluh besar. Ada Manny Pacquiao di urutan ke 8. Benarkah tinju menghasilkan bayaran yang tinggi?

Menjadi petinju pro
Seorang petinju akan menjalani perjalanan berat di awal karirnya. Di Amerika, petinju yang punya rekor baik di level amatir akan mendapat kesempatan bertanding di level nasional. Pada fase ini manajer-manajer tinju mulai mencari bakat potensial untuk dibawa ke level pro.

Untuk mendapat status pro, seorang petinju harus mendapat lisensi dari komisi atlet. Syaratnya punya rekor amatir baik, layak secara mental dan fisik yang dibuktikan dengan psikotest dan tes medis.

Setelah mendapat status pro, manajer akan menegosiasikan pertarungan. Dari pertarungan, petinju akan mendapat bayaran yang besarnya bergantung pada siapa dan seberapa tinggi level lawan.

Menurut data dari Bureau of Labor Statistics, bayaran terendah seorang petinju pro sebesar 19.220 dolar per tahun. Sedangkan bayaran rata-ratanya mencapai 35.584 dolar per tahun.

Pada periode awal karir profesionalnya, biasanya petinju pro bertanding 12 kali dalam setahun. Semakin tinggi jam terbang dan semakin baik rekor bertanding, maka nilai tanding seorang petinju akan naik. Apalagi jika bertanding untuk title fight, dimana rata-rata bayaran untuk sekali pertarungan title fight mencapai 375 ribu dolar, tergantung lawan, tempat bertanding, TV partner dan sponsor.

Nilai itu setara dengan jumlah bayaran yang didapat dari 10 kali pertarungan biasa. Jadi jangan heran jika petinju papan atas hanya bertarung sekali dalam setahun.

Bayaran puluhan ribu dolar sekali tanding tergolong besar. Tapi jangan salah, pada perputaran uang dalam pertarungan tinju, petinju bukanlah pihak yang paling banyak memperoleh uang.

Breakdown pendapatan pertarungan tinju
Sebelum membahas aliran uang dari pertarungan tinju, mari kita pahami bagaimana event tinju bisa digelar dan menghasilkan uang untuk petinju. Ada promotor yang bertugas mengatur siapa, kapan dan dimana pertarungan tinju akan digelar.

Promotor mempunyai koneksi bisnis yang kuat dengan sponsor, TV, venue dan pihak-pihak yang memungkinkan untuk mendanai pertarungan. Pertarungan yang disiarkan TV dengan sistem pay per view (PPV) berpotensi menghasilkan nilai ekonomi lebih tinggi. PPV adalah sistem siaran berbayar dimana penonton televisi dapat membeli tayangan yang mereka inginkan. Pendapatan dari PPV seringkali menjadi pendapatan terbesar dari event tinju.

Dari sini didapat gambaran prize money yang akan menjadi jatah bayaran petinju. Promotor lalu mengajak manajer kedua petinju untuk menegosiasikan porsi bayaran petinju (purse bid). Menurut William Trillo, co founder Pound4Pound petinju yang diunggulkan pasar punya posisi tawar lebih baik saat purse bid. 

Contohnya Floyd Mayweather mendapat bayaran 60% dari prize money, sedangkan lawannya Many Pacquiao hanya mendapat 40%. Lain lagi dengan partai Canelo Alvarez vs Gennady Golovkin yang dinilai pasar lebih ketat, sehingga pembagian bayaran di antara mereka 55:45.

Tapi petinju tidak mengantongi semuanya. Menurut Trillo, promotor sebagai penyelenggara meminta kesepakatan 20-25% dari bayaran masing-masing petinju.

Karena petinju bekerja sebagai tim, maka ada pembagian bayaran untuk tim yang juga diambil dari jatah petinju. Umumnya manajer akan mendapat 20-25%, pelatih mendapat 10-15 %, dan cut man mendapat 2 %.

Petinju juga harus membayar pajak penghasilan, di Amerika besarnya pajak berkisar 39% (melmagazine.com). Selain itu mereka harus membiayai sendiri keperluan untuk latihan, makan, transportasi, akomodasi dan lain-lain.

Jadi seorang petinju hanya akan mengantongi 13-15% dari total prize money! Lalu siapa yang mendapat uang lebih besar? Tentu saja promotor. Dalam sekali pertarungan promotor mendapat jatah 40-50% hak petinju belum lagi pendapatan dari tiket masuk dan lain-lain.

Ibarat sabung ayam, petinju yang bertarung mati-matian hanya dapat 'jagung', promotor dan orang-orang di luar ring mendapat jutaan dolar.

'Siapa' bertarung untuk 'Apa'?

Di dunia tinju dikenal empat badan tinju dunia, yaitu WBO (World Boxing Organization), WBC (World Boxing Club), WBA (World Boxing Association), dan IBF (International Boxing Federation). Meski sebenarnya tinju punya puluhan organisasi profesional, tapi empat badan tinju di atas adalah yang paling bergengsi.

Badan tinju menaungi petinju yang bertarung dalam organisasinya. Sabuk juara diperebutkan sebagai predikat terbaik dalam satu badan tinju. Apakah sabuk juara adalah hal utama yang paling dikejar oleh petinju? Jawabnya tidak.

Event tinju sudah berkembang sebagai bisnis. Pertarungan yang menjual adalah tujuannya, dan selera pasar adalah indikatornya. Badan tinju tidak berpengaruh mendatangkan atensi. Kenyataannya tidak semua penonton hafal juara tinju dari masing-masing badan tinju. Yang mereka tahu adalah juara tinju versi TV.

TV dan promotor memegang kendali, mereka lebih kuat dalam memainkan peran untuk mengatur title fight. Prize money yang tinggi dan lawan yang lebih punya reputasi menjadi daya tarik petinju. Pada level tertentu, petinju pro cenderung mengikuti promotor demi mendapat banyak uang dan menjadi terkenal.

Tidak sedikit petinju yang rela melepas sabuk juara versi badan tinju tertentu untuk bertarung dengan lawan dari badan tinju berbeda, dibanding menjalani mandatory fight. Idealnya setiap tahun ada penantang yang wajib dihadapi pemegang sabuk dalam mandatory fight.

Ada cerita ironis. Pada 1997, Mike Tyson melepas gelar juara kelas berat WBC karena ingin menantang juara WBA, Bruce Sheldon. Sehingga pada 7 Februari 1997 digelar pertarungan perebutan gelar juara kelas berat WBC yang lowong antara Lennox Lewis vs Oliver McCall.

Pertarungan berlangsung anti klimaks, karena sejak ronde ke empat McCall tidak melepas satu pun pukulan dan hanya menghindar. Pertarungan dihentikan wasit di tengah ronde ke lima, setelah McCall tetap tidak melawan dan menangis.

Ini sebenarnya menjadi pertarungan ke dua mereka, setelah pertarungan pertama di tahun 1994, McCall menang TKO pada ronde ke dua. Diduga McCall mengalami tekanan dan sebenarnya tidak ingin rematch. Tapi pertarungan itu dianggap menjual, dimana Lewis adalah penantang urutan pertama dan McCall adalah penantang urutan ke dua, mereka juga mantan pemegang sabuk.

Pada kejadian lain di tahun 2018. Petinju kelas berat Curtis Harper memilih meninggalkan lawannya Efe Ajagba di atas ring sesaat setelah bel dimulainya ronde pertama dibunyikan. Menurut jurnalis Premier Boxing, Jordan Hardy, Harper melakukannya sebagai protes atas rendahnya bayaran yang dia terima.

Petinju kadang harus menerima kontrak bertarung atas pertimbangan tim dan permintaan publik. Ini menunjukkan bahwa petinju tak ubahnya alat untuk menghasilkan uang. Saat mereka berpeluh di atas ring, ada pihak lain yang mendapat uang lebih banyak di luar ring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun